Oleh Veeramalla Anjaiah
Beberapa penggemar agresif Republik Rakyat China (RRC) di Indonesia baru-baru ini menyatakan bahwa China sudah menjadi kekuatan global, pembawa damai dan berperan sangat aktif dalam pemerintahan global (global governance).
Hal ini persis sejalan dengan narasi China sendiri bahwa China, negara berkembang yang terbesar di dunia, merupakan kekuatan dunia yang bertanggung jawab yang merupakan negara sosialis yang cinta damai dan memelihara perdamaian.
"China tidak pernah dan tidak akan pernah menyerang atau menggertak orang lain, atau mencari hegemoni. China selalu menjadi pembangun perdamaian dunia, penyumbang pembangunan global, pembela tatanan internasional dan penyedia barang publik. China akan terus menghadirkan peluang baru bagi dunia melalui perkembangan barunya," kata Presiden China Xi Jinping di Majelis Umum PBB tahun lalu.
Mari kita periksa apakah semua komentar dan pernyataan ini benar atau tidak.
Akankah China menjadi negara adidaya dan negara adidaya yang seperti apa?
Menurut mantan menteri luar negeri AS Mike Pompeo, China akan menjadi "mimpi buruk otoriter yang rakus, yang berniat untuk menghancurkan demokrasi itu sendiri".
China tidak setuju dengan komentar Pompeo.
"Kita harus dengan penuh semangat mengadvokasi perdamaian, pembangunan, kesetaraan, keadilan, demokrasi dan kebebasan, yang merupakan nilai-nilai umum kemanusiaan dan bekerja sama untuk memberikan filosofi panduan yang tepat untuk membangun dunia yang lebih baik. Perdamaian dan pembangunan adalah tujuan bersama kita, kesetaraan dan keadilan aspirasi kita bersama, dan demokrasi serta kebebasan adalah tujuan kita bersama," ujar Presiden ambisius China Xi Jinping tahun lalu di PBB.
Sangat sulit untuk mempercayai kata-kata Presiden Xi terutama tentang demokrasi dan kebebasan.