Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Warga Tibet Memperingati Hari Pemberontakan, Berjuang Mengakhiri Pendudukan Ilegal China di Tibet

10 Maret 2022   18:04 Diperbarui: 11 Maret 2022   06:55 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biksu wanita dari Tibet melakukan aksi protes di India. | Sumber: Olivier Adam/via Tibetan Nuns Project

Oleh Veeramalla Anjaiah

Tepat hari ini, 63 tahun yang lalu atau pada tanggal 10 Maret 1959, sebuah protes kecil meletus di sebuah kota bernama Lhasa, ibu kota Tibet, dan dengan cepat berubah menjadi pemberontakan besar-besaran di Tibet melawan pemerintahan kejam Partai Komunis China (PKC) beserta pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Setiap tahun, 10 Maret diperingati sebagai Hari Pemberontakan Tibet oleh orang-orang Tibet yang tinggal di China dan banyak negara di dunia.

China, yang menghabiskan lebih banyak uang untuk keamanan internal daripada keamanan eksternalnya setiap tahun, masih takut terhadap 10 Maret dan peringatan lainnya.

Pada minggu ketiga bulan Februari, Wang Junzheng, seorang pejabat tinggi PKC dari Tibet, mengunjungi beberapa biara -- termasuk kuil Ramoche dan biara Gaden-- di Lhasa dan tempat-tempat terdekat untuk mengingatkan para biksu Buddha agar menjadi warga yang "patriotik dan taat hukum" dan tetap setia kepada partai.

Menurut Radio Free Asia (RFA), China secara teratur memperketat keamanan di ibu kota regional Tibet Lhasa dan di wilayah Tibet lainnya di China selama peristiwa politik penting dan pada bulan Maret, bulan peringatan yang sensitif secara politik, di Beijing dan kota-kota besar lainnya.

Menurut Pema Gyal, seorang peneliti di Tibet Watch di London, pendekatan pemerintah China untuk mengontrol dan mengawasi biksu dan biarawati Tibet telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Dan dengan peringatan Hari Pemberontakan 10 Maret yang akan segera tiba, pemerintah China bahkan lebih waspada dalam mengawasi biara-biara Tibet untuk menghindari segala jenis kerusuhan. Pembentukan komite manajemen di biara-biara ini bertujuan untuk memantau para biksu, dan kami juga telah melihat kampanye pendidikan ulang politik baru-baru ini ditingkatkan di biara-biara," kata Gyal kepada RFA baru-baru ini.

"Ini adalah strategi Partai Komunis China untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka dan 'Mensinisisasi' Buddhisme Tibet."

Mengapa China begitu takut pada tanggal 10 Maret bahkan setelah 63 tahun berlalu? Apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu? Apakah Tibet merupakan bagian integral dari China?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun