Kosovo, sebuah negara kecil di Eropa Tenggara, adalah negara mayoritas Muslim pertama yang mengumumkan boikot diplomatik Olimpiade Beijing atas kekejaman China terhadap Muslim.
Beberapa negara seperti Jepang (11 Desember), Estonia (13 Desember) dan Belgia (14 Desember) juga mengikuti jejak AS. Kemudian Austria dan Belgia turut bergabung dengan grup.
Sejauh ini, 11 negara telah bergabung di dalam kelompok tersebut, sebuah koalisi negara yang memilih untuk memprioritaskan hak-hak orang-orang Uighur di atas tontonan dan ekonomi dari acara ini.
Semakin banyak negara dapat bergabung dengan kelompok ini dalam beberapa minggu mendatang. Ini adalah tujuan besar bagi umat manusia.
Idealnya, seseorang tidak boleh mencampuradukkan olahraga dengan politik. Boikot diplomatik adalah cara terbaik untuk memprotes genosida China. Cara ini tidak menghentikan Olimpiade tetapi meningkatkan kesadaran global tentang tragedi Muslim Uighur dan aktivis pro-demokrasi di Hong Kong.
Bukan hal baru
Boikot Olimpiade bukanlah hal baru. Athena adalah kota pertama pada 332 SM yang menyerukan boikot sebuah pertandingan atas praktik pengaturan skor dan korupsi.
Lobi Yahudi mencoba untuk memboikot Olimpiade Berlin 1936 demi memprotes pemerintahan Nazi Adolf Hitler. AS memang mengirimkan delegasi ke Berlin di mana Jesse Owens, seorang warga kulit hitam Amerika, memenangkan empat medali emas, menghancurkan kepercayaan supremasi kulit putih Hitler.Â
Lebih dari 20 negara Afrika memboikot Olimpiade Montreal 1976 atas masalah partisipasi Selandia Baru, yang tim rugbinya mengunjungi Afrika Selatan, yang diperintah oleh rezim apartheid saat itu.
Menurut majalah Time, AS memboikot Olimpiade Moskow 1980. Itu adalah protes besar terhadap invasi militer 1979 Uni Soviet ke Afghanistan. Enam puluh lima negara, termasuk Indonesia dan China, memboikot Olimpiade Moskow 1980.
Dalam taktik gayung bersambut, 14 negara yang dipimpin oleh Uni Soviet memboikot Olimpiade Los Angeles 1984 dengan alasan keamanan.