Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Banyak Dalang Serangan Teror Mumbai 26/11 Masih Berkeliaran Bebas di Pakistan

26 November 2021   07:44 Diperbarui: 29 November 2021   07:13 6195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 26 November 2021. Tepat 13 tahun yang lalu pada hari ini, sekelompok teroris Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan, memasuki kota Mumbai secara ilegal dan membunuh 166 orang India serta orang asing di berbagai lokasi.

Kelompok teror tersebut, yang menerima dukungan reguler dari Angkatan Darat Pakistan dan agen mata-mata Inter-Services Intelligence (ISI), merupakan organisasi teroris yang didanai dengan baik di Asia. Mereka menghabiskan AS$5 juta per tahunnya untuk melatih teroris dan meluncurkan serangan teror.

Menurut pengakuan oleh salah satu teroris, tim teroris beranggotakan 10 orang ini dilatih oleh perwira, baik aktif maupun pensiunan, dari Angkatan Darat Pakistan dan ISI dalam menangani senjata, granat tangan serta alat peledak improvisasi (IED) di Pakistan.

Mereka telah dicuci otak oleh para pemimpin LeT seperti Hafiz Saeed, Zaki-Ur-Rahman Lakhvi, Sajid Mir, Abu Hamza dan Kaahfa untuk menjadi penyerang bunuh diri. Teroris dijanjikan bantuan keuangan (hanya Rp 30-40 juta) kepada keluarga mereka setelah kematian mereka.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Pada tanggal 22 November 2008 mereka berangkat dari Karachi, Pakistan, dengan menggunakan kapal kargo Al Husseini milik LeT dan membajak kapal penangkap ikan India MV Kuber untuk berlayar ke Mumbai. Mereka membunuh lima anggota awak Kuber dengan tanpa ampun.

Setiap teroris diberikan kit yang berisi senjata otomatis, amunisi, pistol 9mm, granat tangan, IED, buah-buahan kering dan telepon satelit. Misi mereka adalah untuk membunuh sebanyak mungkin orang dan mati di akhir misi mereka. Itu adalah serangan terkoordinasi berdasarkan presisi. Pelatih mereka memberikan instruksi langsung melalui telepon tentang siapa yang harus dibunuh dari Karachi. 

Apa yang terjadi pada 26/11?

Tim teror tiba di Mumbai pada tanggal 26 November 2008 pukul 20:30 tanpa terdeteksi. Mereka pergi ke lima lokasi berbeda dengan taksi untuk melancarkan serangan mereka.

Situasi di stasiun kereta api CST di Mumbai usai terjadinya serangan teroris. | Sumber: BCCL/via timesnownews.com
Situasi di stasiun kereta api CST di Mumbai usai terjadinya serangan teroris. | Sumber: BCCL/via timesnownews.com

Serangan pertama terjadi di Terminal Stasiun Chhatrapathi Shivaji (CTS Stasiun Kereta Api). Stasiun ini merupakan tempat paling ramai di kota karena menangani 3.5 juta penumpang setiap harinya.

Dua teroris -- Ismail Khan (pemimpin regu bunuh diri) dan Mohammed Ajmal Amir Kasab -- memulai serangan mereka pada pukul 21:20 dengan senjata otomatis dan granat tangan dan menewaskan 58 orang dalam waktu 90 menit.

Kemudian mereka pindah ke Rumah Sakit Cama and Albless terdekat untuk membunuh lebih banyak orang di sana. Dalam pertempuran dengan polisi, Ismail tewas dan Kasab ditangkap hidup-hidup. 

Dua teroris menyerang Leopold Caf pada pukul 21:40 dan menewaskan 10 orang. Kemudian mereka melarikan diri ke Hotel Taj Mahal untuk bergabung dengan teroris lainnya.

Hotel Taj Mahal pada saat serangan Mumbai. | Sumber: India Today
Hotel Taj Mahal pada saat serangan Mumbai. | Sumber: India Today

Empat teroris melancarkan serangan di Hotel Taj Mahal yang mewah dan terjebak di sana sampai mati pada tanggal 29 November. Mereka membunuh 33 orang di hotel ini, kebanyakan orang asing.

Serangan keempat pada pukul 10 malam di Oberoi dan Hotel Trident di mana 35 orang tewas, termasuk dua teroris. 

Yang kelima adalah penyerangan di Nariman House, tempat pusat penjangkauan Yahudi, pada pukul 22:25 oleh dua teroris. Teroris tersebut menewaskan 6 orang dan aparat keamanan membunuh dua pelaku.

Sembilan teroris tewas dari tanggal 26-29 November dan teroris ke-10 Kasab ditangkap hidup-hidup. 

Yang mengejutkannya, 10 teroris yang berusia pertengahan 20-an ini belum pernah mengunjungi Mumbai, kota terbesar ketujuh di dunia, sebelumnya. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan presisi seolah-olah mereka adalah penduduk asli Mumbai.

Dalam empat hari pembantaian, para teroris tersebut telah membunuh 166 orang, termasuk 20 pasukan keamanan dan 26 orang asing dari 16 negara. Tiga wanita dari Malaysia, Singapura dan Thailand dibunuh oleh teroris. Lebih dari 300 orang terluka dalam serangan Mumbai.

Lebih dari 100 negara, termasuk AS, Inggris, Arab Saudi, Uni Eropa dan China, mengutuk keras serangan keji, biadab dan tidak manusiawi ini.

Tukang jagal ini dan majikan mereka mungkin mengklaim bahwa mereka melakukannya untuk agama. Tetapi sebagian besar dari 2 miliar Muslim mengutuk serangan kejam tersebut.

Indonesia, rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, mengutuk keras serangan itu.

"Pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan teroris di Mumbai, India. Serangan teroris adalah tindakan yang kejam dan tidak manusiawi. Pemerintah Indonesia menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada pemerintah India dan para korban beserta keluarganya dan berharap para pelaku bisa cepat ditangkap dan diadili," kata Kementerian Luar Negeri RI dalam sebuah pernyataan.

Dewan Muslim India menolak untuk mengubur sembilan penyerang di Jalur Laut Bada Qabrastan (Kuburan Besar) Mumbai Selatan. Mereka juga mengirim pesan ke organisasi Muslim lainnya di India, meminta mereka untuk menahan diri dari mengubur mereka. Organisasi Imam Masjid Seluruh India menyatakan solidaritas setelah serangan itu.

India memiliki lebih dari 200 juta Muslim, kebanyakan dari mereka adalah moderat seperti di Indonesia.

Seorang juru bicara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyatakan penyesalan atas kematian orang-orang yang tidak bersalah akibat serangan tersebut; OKI menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada Pemerintah India dan keluarga para korban dan berharap agar para korban luka cepat sembuh. Juru bicara tersebut mengatakan bahwa tindakan kekerasan seperti itu bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tidak dapat dibenarkan.

Ke-15 anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Anggota Dewan Keamanan menyatakan belasungkawa mereka kepada keluarga para korban dan kepada rakyat serta Pemerintah India, menggarisbawahi perlunya membawa pelaku, penyelenggara, penyandang dana dan sponsor dari tindakan terorisme yang tercela ini ke pengadilan. Semua tindakan terorisme adalah kriminal dan tidak dapat dibenarkan, terlepas dari motivasinya."

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani mengutuk serangan tersebut, dengan mengatakan "kesedihan kami bersama keluarga dan teman-teman dari mereka yang tewas dan terluka saat melakukan serangan itu. Pakistan dan India akan melanjutkan perjuangan bersama untuk melawan tindakan teroris."

"Terorisme adalah ancaman yang mengancam kemanusiaan dan kemanusiaan harus bergandengan tangan dalam memerangi isu ini. Pakistan mengutuk terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Pakistan sendiri telah menderita akibat terorisme dan banyak berkorban dalam memerangi ancaman ini. Kami juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada yang keluarga berduka," ujar Menteri Luar Negeri Pakistan Makhdoom Shah Mehmood Qureshi dalam sebuah pernyataan.

Pakistan telah memainkan permainan ganda. Di satu sisi mengutuk terorisme dan mendukung terorisme lintas batas di India.

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi baru-baru ini menyerukan kepada negara-negara dan orang-orang untuk menolak dukungan logistik, keuangan atau militer apa pun kepada kelompok teroris.

Mereka "mengutuk terorisme lintas batas dan menyerukan para pelaku serangan Mumbai 26/11 untuk diadili. Mereka mencela setiap penggunaan proksi teroris dan menekankan pentingnya menyangkal dukungan logistik, keuangan atau militer untuk kelompok teroris yang dapat digunakan untuk melancarkan atau merencanakan serangan teror", kata kedua pemimpin dalam pernyataan bersama di bulan September 2021.

Motif

India dan Pakistan memiliki persaingan sejak tahun 1947 atas Jammu dan Kashmir. Pakistan ingin menduduki seluruh wilayah Jammu dan Kashmir karena mayoritas penduduknya adalah Muslim. Tetapi penguasanya pada tahun 1947 secara hukum mengaksesikannya ke India.

Pakistan terlibat perang dengan India pada tahun 1947, 1965, 1971 dan 1999. Setelah mengalami kekalahan dalam setiap perang, Pakistan meluncurkan perang proksi pada tahun 1989 dengan menggunakan aktor non-negara seperti LeT.

Mereka ingin mengacaukan India dengan segala cara.

Selain itu, Mumbai adalah ibu kota keuangan, komersial dan hiburan India.

Serangan Mumbai adalah bagian dari strategi Pakistan untuk "melukai India dengan seribu luka". Serangan-serangan ini akan menghancurkan citra India sebagai negara yang aman di dunia.

Ini bukan pertama kalinya Mumbai menghadapi serangan teror seperti itu, yang disponsori oleh ISI Pakistan dan berbagai kelompok teror. LeT sendiri terlibat langsung dalam ledakan kereta api Mumbai Juli 2006 yang menewaskan 209 orang.

Pada tahun 2007-2008, mayoritas kader muda LeT muak dengan kepemimpinannya yang terlalu loyal kepada ISI. Mereka ingin berpisah dari LeT dan memulai kelompok teror baru. LeT dan ISI ingin menginspirasi kader-kader ini dengan meluncurkan serangan Mumbai.

Karena alasan tersebut, baik ISI dan LeT memilih Mumbai sebagai target utama mereka.

Bukti lengkap dan tidak adanya tindakan

Serangan Mumbai disiarkan langsung dari tanggal 26-29 November 2008. Bukti yang jelas ditemukan dan percakapan antara teroris serta penangannya disadap dan direkam. Tiga orang -- Kasab, Pakistan-Amerika David Coleman Headley, teroris India Zabiuddin Ansari, yang mengambil bagian dalam plot mengungkapkan semua rahasia dan mengakui kejahatan mereka.

Awalnya, rencana serangan bunuh diri rahasia dirancang untuk menghapus identitas/kebangsaan teroris dan tidak membawa nama Pakistan.

Tapi semuanya terungkap sepenuhnya tentang siapa dalangnya, dugaan peran ISI, tempat pelatihan dan dukungan keuangan kepada pelaku setelah penangkapan Kasab.

Sesuai rencana, Pakistan mengumumkan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan tersebut dan para teroris bukanlah warga negara Pakistan. Setelah liputan luas tentang teroris dan keluarganya, akhirnya Pakistan menerima bahwa teroris-teroris tersebut adalah orang Pakistan. Butuh 42 hari untuk mengakui kebenarannya.

Headley, yang menerima uang dari ISIS untuk melakukan kegiatan pengintaian di Mumbai antara tahun 2006 dan 2008 tentang target potensial, mengungkapkan peran yang dimainkan oleh perwira ISI dan Angkatan Darat seperti Mayor Iqbal, Mayor Abdul Rehman Pasha dan Mayor Samir Ali dan Kolonel Pasha.

Tidak ada keinginan dari Pakistan

Terlepas dari bukti dan kesaksian yang jelas dari tiga orang, Pakistan tidak memiliki niat tulus untuk mengadili teroris atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan.

Mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif mengakui pada tahun 2018 bahwa Pakistan berperan dalam serangan Mumbai.

Bahkan setelah 13 tahun, sebagian besar dalang serangan teror Mumbai 26/11 masih berkeliaran bebas di Pakistan.

Rupanya, kelompok teror terlarang Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia mungkin meniru taktik JUD dan LeT. Wajah depan mereka adalah pekerjaan amal dan partai politik.

Menyamar sebagai kelompok amal, banyak radikal dan simpatisan teroris menggalang dana untuk kelompok teror seperti JI.

Pada tanggal 16 November, Densus 88 (pasukan anti teror 88) menangkap Farid Ahmad Okbah, Ahmad Zain An-Najah dan Anung Al Hamad atas tuduhan terorisme. Pendukung mereka, kebanyakan radikal, menuntut pembebasan tiga tersangka teror tersebut.

Banyak orang tidak menyadari betapa berbahayanya JI. Kelompok teror JI sendiri meluncurkan sembilan serangan besar di Indonesia dan menewaskan 312 orang, termasuk banyak Muslim yang tidak bersalah, dari tahun 2000 hingga 2009. Kelompok teror terkait ISIS juga melancarkan banyak serangan bunuh diri dan menewaskan 57 orang dari tahun 2011 hingga 2019. 

Densus 88 bekerja dengan baik dengan melindungi masyarakat Indonesia dari terorisme. Kelompok radikal yang mencari pembebasan tiga tersangka teror ini tidak pernah membicarakan pembunuhan JI yang tanpa ampun. Membantu atau menyediakan dana untuk teroris adalah dosa besar, yang dapat menyebabkan pembunuhan orang yang tidak bersalah.

Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan bahwa terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan semua ajaran agama menolak terorisme dengan alasan apapun. Terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun.

 "Seluruh aparatur negara tidak akan mentolerir aksi terorisme seperti itu," kata Jokowi baru-baru ini.

"Saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama melawan terorisme, radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur kita sebagai bangsa yang membela nilai-nilai ketuhanan dan kebhinekaan."

Kita bangsa Indonesia harus bersatu untuk melawan terorisme dan radikalisme yang tidak baik untuk negara dan rakyat.

Penulis Veeramalla Anjaiah, seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun