Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Turki Terlibat dalam "Perang Dingin" dengan Arab Saudi dan Sekutunya

15 Oktober 2021   17:02 Diperbarui: 18 Oktober 2021   07:11 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turki, yang memiliki pangkalan militer di Qatar, Suriah, Somalia, Irak dan Libya, memiliki pasukan paramiliter swasta terkenal SADAT, yang aktif dalam melatih kaum radikal dan penyelenggara kerusuhan sosial di Libya dan Suriah.

Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2003, Erdogan telah berkelahi dengan Uni Eropa, NATO, Israel, Arab Saudi, Bahrain, Armenia, Iran, Mesir, UEA, Yunani dan India dan terlibat dalam hampir semua perang di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ia telah menunjukkan kebencian terhadap orang-orang Kurdi.

Ia mengklaim sebagai mesias Muslim tetapi ia tetap diam atas kekejaman China terhadap etnis Uighur asal Turki.

Turki telah berhasil mendapatkan sekutu seperti Azerbaijan dari Kaukasus Selatan, tenaga nuklir Pakistan dari Asia Selatan dan Qatar yang kaya akan gas di Timur Tengah.

Sekarang Erdogan ingin merayu Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, dan Malaysia. Tahun depan, Erdogan ingin mengunjungi Indonesia untuk meningkatkan hubungan Turki dengan Indonesia.

Kita di Indonesia harus berhati-hati dengan upaya Turki untuk menjadi pemimpin umat. Kita seharusnya tidak mendukung Turki atau Arab Saudi dalam perang dingin mereka. Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan strategisnya dan tidak akan pernah menjadi sekutu negara manapun. Indonesia terlalu besar untuk dijinakkan.

Mengingat besarnya populasi dan ekonomi, lokasi strategis, masyarakat moderat dan cinta damai, Indonesia layak menjadi pemimpin global sendiri.

Indonesia harus memainkan peran yang jauh lebih besar dalam urusan internasional, khususnya di Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Dengan lebih dari 1.9 miliar orang, Islam adalah agama terbesar kedua dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Muslim merupakan hampir seperempat dari 7.90 miliar orang di dunia.

Meningkatnya politisasi Islam dan kebangkitan fundamentalis telah menyebabkan perpecahan mendalam dan ketegangan sektarian di dunia Muslim. Ekstremisme dan radikalisme hanya akan membawa kekacauan dan kekerasan.

Dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, Indonesia harus menjadi panutan bagi banyak negara berkembang. Moderasi, hidup berdampingan secara damai, kebebasan berekspresi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, keadilan sosial dan pembangunan ekonomi adalah ciri khas Indonesia.

Oleh Veeramalla Anjaiah  

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun