Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Orang Afghanistan Tidak Mempercayai Taliban dan Pakistan

31 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 2 September 2021   09:01 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amrullah Saleh | Sumber: Wikipedia

Banyak orang Afghanistan merasa bahwa Pakistan adalah alasan utama penderitaan mereka. Pakistan-lah yang memberikan dukungan politik dan militer kepada berbagai faksi untuk saling berperang di Afghanistan sejak tahun 1970-an.

---

Oleh Veeramalla Anjaiah

Bom dan roket jatuh di Kabul hanya beberapa hari menjelang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Lebih dari 200 warga Afghanistan, termasuk pejuang Taliban dan tentara AS, tewas selama 100 jam terakhir. Kelompok teror Islamic State-Khorasan (IS-K) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Mengapa kelompok teror (IS-K) menargetkan kelompok teror lain (Taliban)?

BBC baru-baru ini melaporkan bahwa IS-K memiliki perbedaan besar dengan Taliban, menuduh mereka meninggalkan Jihad dan medan perang demi perdamaian ternegosiasi yang diselesaikan di "hotel mewah" di Doha, Qatar.

"IS-K menganggap gerilyawan Taliban 'murtad', membuat pembunuhan yang mereka lakukan sah menurut interpretasi mereka atas hukum Islam," kata BBC.

IS-K, provinsi Negara Islam Asia Tengah yang meliputi Pakistan, Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah, baru saja didirikan pada bulan Januari 2015 dan pemimpin pertamanya ialah Hafiz Saeed Khan, seorang warga negara Pakistan.

Taliban dibentuk oleh Mullah Omar dan para pemimpin Pashtun lainnya pada tahun 1994 dengan bantuan Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan dan jenderal militer senior Pakistan untuk melayani kepentingan Pakistan di Afghanistan. 

Pakistan tidak pernah menginginkan Afghanistan yang stabil dan kuat.

Orang Afghanistan sedang menunggu sebelum naik ke pesawat militer Amerika Serikat di dekat bandar udara di kota Kabul. | Sumber: unknownthing.in
Orang Afghanistan sedang menunggu sebelum naik ke pesawat militer Amerika Serikat di dekat bandar udara di kota Kabul. | Sumber: unknownthing.in

Anehnya, kedua kelompok teror tersebut merekrut anggotanya dari beberapa sekolah agama radikal dan kamp pengungsi di Pakistan. Mayoritas anggota IS-K berasal dari Taliban, Tehrik-e-Taliban Pakistan, Lashkar-e-Taiba, Jamaat-ud-Dawa, al-Qaeda, Jaringan Haqqani dan Gerakan Islam Uzbekistan.

Banyak dari kelompok teror ini beroperasi secara bebas di Pakistan, yang telah menjadi pusat radikalisme dan terorisme. Banyak dari kelompok ini menerima uang, senjata dan pelatihan dari ISI serta militer Pakistan.

Dengan bantuan militer Pakistan, Taliban dengan cepat dapat menduduki sebagian besar Afghanistan pada tahun 1996 dan memerintah negara tersebut hingga tahun 2001. Pemerintahan Taliban bersifat biadab. 

Mereka memberlakukan tatanan yang keras, regresif dan otoriter. Wanita Afghanistan tidak bisa bekerja dan belajar. Mereka harus memakai burqa dan tidak bisa bepergian sendiri. Mereka melarang musik, film dan televisi.

Taliban melakukan rajam kepada orang yang berzinah sampai mati, amputasi anggota badan untuk pencurian kecil, pencambukan publik dan menghancurkan patung-patung Buddha Bamiyan yang berusia 2,000 tahun.

Taliban mengubah Afghanistan sebagai sebuah pusat kegiatan untuk al-Qaeda dan kelompok-kelompok teror transnasional lainnya. Mereka mengubahnya  menjadi negara paria. Al-Qaeda merencanakan dan berhasil meluncurkan serangan 11 September di AS.

Pada tahun 2001, AS melancarkan serangan ke Afghanistan dan menggulingkan Taliban dari kekuasaan. Para pemimpin Taliban pindah ke Pakistan dan berkumpul kembali di sana dengan bantuan ISI Pakistan.

Pada tahun 2003, Taliban mendirikan Quetta Shura (Dewan Quetta) untuk mengatur ulang kelompok tersebut dengan strategi politik dan militer yang baru. Militer Pakistan sepenuhnya, tidak secara resmi, mendukung pendirian Quetta Shura.

Pakistan adalah sekutu utama dalam perang AS melawan teror dan pada saat yang sama secara diam-diam mendukung kelompok teror Taliban dalam perangnya melawan AS selama 20 tahun.

Pakistan menyediakan tempat yang aman bagi para pemimpin Taliban dan al-Qaeda. Mereka memasok senjata, merekrut dan melatih militan Taliban.

Sebagai sekutu utama AS dalam perang melawan teror, Pakistan menerima bantuan jutaan dolar AS sejak tahun 2001. Kemudian berita mengejutkan ini datang dari Jend. Hamid Gul, mantan ketua ISI, yang mengakui pada tahun 2014 bahwa Pakistan bahkan menggunakan bantuan AS untuk melanjutkan pendanaan Taliban setelah serangan teror 11 September.

Tidak heran, Pakistan sangat gembira dengan kemenangan Taliban belum lama ini di Afghanistan. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengumumkan bahwa warga Afghanistan telah mematahkan "belenggu perbudakan". 

Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengunjungi Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Iran untuk mendapatkan dukungan bagi rezim baru Taliban.

"Pakistan percaya bahwa negara-negara tetangga memiliki kepentingan penting dalam perdamaian, keamanan dan stabilitas Afghanistan dan kawasannya," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.

Tidak jelas mengapa seorang Menteri Luar Negeri Pakistan mengunjungi empat negara untuk mendapatkan dukungan bagi kelompok teror seperti Taliban.

Taliban adalah Taliban untuk selamanya. Orang seharusnya tidak percaya bahwa Taliban 2.0 berbeda dengan Taliban di akhir abad ke-20. Orang Afghanistan tahu betul mengenai sifat pemimpin Taliban dan anggotanya. Itulah mengapa orang Afghanistan mempertaruhkan nyawa mereka untuk melarikan diri dari Afghanistan.

Banyak orang Afghanistan merasa bahwa Pakistan adalah alasan utama penderitaan mereka. Pakistan-lah yang memberikan dukungan politik dan militer kepada berbagai faksi untuk saling berperang di Afghanistan sejak tahun 1970-an.

Selama pendudukan Soviet pada tahun 1980-an, Pakistan mengumpulkan lebih dari 80,000 pejuang mujahidin dari Afghanistan, Pakistan dan banyak negara Timur Tengah untuk berperang melawan pasukan Soviet. 

Lebih dari 5 juta warga Afghanistan menjadi pengungsi, yang berlindung sebagian besar di Pakistan dan Iran. AS dan Arab Saudi menyalurkan lebih dari AS$3 miliar melalui militer Pakistan dan ISI untuk didistribusikan kepada para pejuang mujahidin.

Setelah Soviet meninggalkan Afghanistan pada tahun 1989, ISI terus memberikan senjata, pelatihan dan uang kepada kelompok-kelompok Afghanistan dan akhirnya menciptakan monster Taliban pada tahun 1994.

Pakistan secara terbuka mendukung Taliban secara militer antara tahun 1994 hingga 1996, yang menimbulkan kecaman internasional. Bahkan Sekretaris Jenderal PBB saat itu Kofi Annan menggambarkan tindakan Pakistan di Afghanistan "sangat menyedihkan".

Pakistan adalah satu-satunya negara yang mengakui pemerintah Taliban dari tahun 1996 hingga 2001. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada awalnya mengakui pemerintah Taliban tetapi kemudian menarik pengakuan mereka.

Amrullah Saleh | Sumber: Wikipedia
Amrullah Saleh | Sumber: Wikipedia

Presiden sementara Afghanistan Amrullah Saleh, yang mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden, menuduh bahwa Taliban berada di balik dua ledakan bom mematikan pekan lalu. Saleh, mantan Wakil Presiden Afghanistan, mengatakan bahwa pemerintahan Taliban tidak akan bertahan lama karena kebijakan mereka tidak dapat diterima oleh rakyat Afghanistan.

"Hukum Taliban adalah Emirat Islam, tidak dapat diterima oleh rakyat Afghanistan dan pemilihan pemimpin oleh suatu kelompok tidak dapat diterima. Tidak mungkin kekuasaan Taliban bertahan lama di Afghanistan," kata Saleh kepada Euronews baru-baru ini.

Ia juga menuduh Pakistan memberi perintah kepada Taliban, yang ia sebut sebagai "kelompok proksi" bagi negara tersebut.

Ahmad Massoud | Sumber: Hamid Mohammadi (Aarmeen123)
Ahmad Massoud | Sumber: Hamid Mohammadi (Aarmeen123)

Saleh dan pemimpin Aliansi Utara Ahmad Massoud membentuk Front Perlawanan Nasional (NRF) untuk melawan di  Lembah Panjshir di Afghanistan. Massoud adalah dari suku Tajik.

Masa depan Afghanistan terlihat sangat suram. Tidak akan ada pemilu dan hak asasi manusia serta kebebasan berekspresi di Afghanistan jika diperintah oleh Taliban.

Taliban akan menutup media Afghanistan, ujar Massoud Hossaini, fotografer pemenang Hadiah Pulitzer dari Afghanistan.

"Ini akan menjadi sangat, sangat buruk. Mereka [Taliban] terbiasa membunuh media tetapi mereka melakukannya secara perlahan," papar Hossaini, yang melarikan diri ke Amsterdam dari Kabul, kepada AFP pada tanggal 28 Agustus.

Sementara itu, Reporters Without Borders (RSF) baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintahan Taliban akan menimbulkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi jurnalis dan media independen di Afghanistan.

Perang dan perlawanan terhadap rezim Taliban akan terus berlanjut dari rakyat Afghanistan. Taliban bukanlah kelompok yang populer dan ingin memerintah hanya dengan senjata. Orang Afghanistan tidak pernah menyukai Pakistan dan Taliban sebagai bonekanya.

Sebagian besar anggota Taliban dan pemimpinnya berasal dari suku Pashtun, yang merupakan 42 persen dari 40 juta penduduk Afghanistan. Pashtun terkonsentrasi di bagian timur dan selatan Afghanistan. Taliban bahkan tidak populer di kalangan Pashtun.

Taliban dulu populer di kalangan kelompok teror. Sekarang orang Pakistan di Taliban mendirikan kelompok teror mereka sendiri Tehrik-e-Taliban Pakistan untuk melawan pemerintah Pakistan dan militer Pakistan. Banyak komandan anggota Taliban telah membelot ke IS-K.

Kelompok etnis terbesar kedua adalah Tajik, yang merupakan 27 persen dari populasi Afghanistan. Ada 9 persen Hazara, 9 persen Uzbek, 4 persen Almaks, 3 persen Turkmenistan dan 2 persen Baloch di Afghanistan.

Mengingat komposisi etnis Afghanistan yang kompleks, akan sangat sulit bagi Taliban Sunni yang didominasi Pashtun untuk memerintah Afghanistan. Para pemimpin tinggi Taliban dan Pakistan telah mengatakan bahwa Afghanistan akan memiliki pemerintahan baru yang inklusif. Tetapi Taliban telah mengumumkan pendirian Emirat Islam, yang bertentangan dengan konsep pluralisme.

Jurnalis dan penulis terkenal Pakistan Zahid Hussain minggu lalu menulis sebuah artikel menarik dengan judul "The Fall and the Rise of the Taliban" di surat kabar Dawn tentang apa yang harus dilakukan Taliban 2.0 di masa depan.

"Taliban tidak bisa memerintah Afghanistan dalam isolasi global. Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Afghanistan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan hidup.

Tetapi untuk mendapatkan legitimasi internasional, Taliban harus memenuhi kewajiban internasional. Akibatnya, Taliban 2.0 perlu mendobrak masa lalu agar dapat diterima oleh dunia saat ini," jelas Hussain dalam artikel tersebut.

Memang benar, apa pun kata-kata dan janji Taliban 2.0, tidak ada yang akan mempercayai mereka dengan mudah mengingat masa lalu mereka. Yang pasti, Taliban 2.0 akan mendapat dukungan penuh dari Pakistan. Tetapi Pakistan yang miskin tidak dalam posisi untuk membantu Afghanistan secara ekonomi. 

Jika Taliban mengimplementasikan janjinya tentang hak-hak perempuan, hak asasi manusia, pemerintahan inklusif dan amnesti umum, komunitas internasional mungkin akan membantu Afghanistan.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun