Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita Tidak Aman di Pakistan: Seorang Gadis Inggris Dibunuh karena Menolak Lamaran Pernikahan

18 Mei 2021   08:50 Diperbarui: 18 Mei 2021   11:19 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mayra Zulfiquar | Sumber: mylondon.news

Di Pakistan, jumlah kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap perempuan sangat tidak dilaporkan.

Menurut Aimun, ada 256 kasus pemerkosaan yang dilaporkan pada bulan Januari 2021 hanya di Provinsi Punjab. Ini sama dengan delapan pemerkosaan sehari di provinsi tersebut. Statistik nasional menunjukkan bahwa seorang wanita diperkosa di Pakistan setiap dua jam pada tahun 2020.

Aimun mengatakan angka hukuman pemerkosa di Pakistan hanya 0.3 persen. Untuk setiap 10,000 pemerkosa di Pakistan, hanya 30 yang akan masuk penjara.

"Saya bisa memberitahu Anda bahwa pada tahun 2020 lagi, 2,960 kasus pelecehan seksual terhadap anak dilaporkan, 49% di antaranya adalah laki-laki. Dan di sebagian besar dari total kasus - 1,780 kasus - terdakwa adalah keluarga atau kenalan," kata Aimun.

Wanita di Pakistan telah menghadapi banyak masalah seperti pernikahan anak atau usia dini, kekerasan dalam rumah tangga, perlakuan tidak setara di tempat kerja dan diskriminasi di sebagian besar tempat. Beberapa jurnalis perempuan, aktivis, politisi, pelajar dan pekerja dibunuh, dipenjara, diculik dan disiksa.

Di atas segalanya, yang paling berbahaya bagi wanita di Pakistan adalah pembunuhan demi kehormatan keluarga, di mana anggota keluarga membunuh anak perempuannya jika ia menolak perjodohan dan berkencan dengan anak laki-laki tanpa persetujuan mereka. Menurut laporan surat kabar Dawn, 510 wanita dibunuh oleh saudara laki-laki, orang tua atau kerabat atas nama melindungi kehormatan keluarga mereka hanya di provinsi Sindh dari tahun 2014 hingga 2019.

Pendidikan perempuan dan pemberdayaan mereka adalah solusi penting untuk sebagian besar masalah ini, tetapi radikal agama dan teroris adalah rintangan utama. Pemerintah, polisi, militer dan masyarakat harus mengambil tindakan tegas untuk melindungi perempuan dan hak-hak mereka.

 

Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun