Saat ini, Aljazair tidak lagi dalam posisi memberikan jutaan dolar dan senjata kepada Polisario seperti dulu. Sampai saat ini, Aljazair telah menghabiskan ribuan dolar setiap bulan untuk kelompok-kelompok lobi di Amerika Serikat demi mendapatkan dukungan bagi Polisario.
Presiden AS Donald Trump yang habis jabatanya segera, pada 10 Desember, telah memberikan pukulan berat pada Polisario dengan mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat atau Sahara Maroko.Â
Dalam proklamasi yang ditandatangani oleh Trump, Washington mengatakan bahwa Rencana Otonomi Maroko adalah solusi terbaik atas konfliknya selama beberapa dekade di Sahara Barat. Rencana tersebut, jika disetujui oleh pihak yang bertikai, akan membuka "perdamaian dan kemakmuran abadi" di Sahara Barat. Â
"Amerika Serikat mengakui kedaulatan Maroko atas seluruh wilayah Sahara Barat dan menegaskan kembali dukungannya untuk proposal otonomi serius, kredibel dan realistis Maroko sebagai satu-satunya dasar untuk solusi yang adil dan abadi untuk sengketa atas wilayah Sahara Barat," kata proklamasi itu.
Rencana Otonomi, yang diajukan Maroko kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan April 2007, menyarankan untuk mengubah Sahara Barat menjadi wilayah semi-otonom di bawah kedaulatan Maroko.
Tentu, Polisario tidak senang dengan keputusan AS.
"Pemerintah Polisario dan Sahrawi sangat mengecam fakta bahwa Presiden Amerika Donald Trump mengatribusikan kepada Maroko sesuatu yang tidak dimiliki oleh negara tersebut," ujar kementerian informasi SADR dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada kantor berita AFP.Â
Ini adalah pertama kalinya negara Barat besar yang mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Maroko.
"Itu adalah keputusan yang tepat oleh pemerintahan Trump untuk mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat. Karena Maroko menguasai 80 persen wilayah Sahara Barat dan 90 persen orang Sahrawi tinggal di Sahara Maroko," kata Taufik Abdullah, dosen dari Jakarta, kepada penulis belum lama ini.
Sekitar 20 negara, termasuk AS, telah memutuskan untuk membuka konsulat mereka di Laayoune atau di kota Dakhla di Sahara Maroko.
Misalnya, Republik Kongo, Gambia, Guinea, Djibouti, Liberia, Burkina Faso, Guinea Bissau, Guinea Ekuatorial, Haiti dan AS telah memutuskan untuk membuka konsulat mereka di Dakhla, Sahara Maroko.