Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengenang Para Korban Serangan 26/11 Mumbai

26 November 2020   12:10 Diperbarui: 26 November 2020   12:18 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang polisi membantu seorang kakek di stasiun kereta di Mumbai setelah serangan teroris dari Pakistan. Di tempat ini 58 orang tewas di tangan para teroris. Sumber: India Today

Oleh Veeramalla Anjaiah

Amerika Serikat mengalami tragedi terburuk dalam serangan 11 September, Indonesia mengalami tragedi 12 Oktober Bom Bali dan tetangga maritim kita India mengalami serangan Mumbai 26/11 2008.

Semua tragedi ini memiliki satu hal yang sama: Semua adalah aksi teror di mana beberapa orang gila membunuh ratusan orang yang tidak bersalah. Itu semua adalah kejahatan keji terhadap kemanusiaan. Tidak ada agama yang menyetujui pembunuhan tanpa ampun ini.

Apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 26 November 2008 di Mumbai, ibu kota keuangan India?

Pada hari hitam itu, 10 teroris bersenjata dari Pakistan masuk ke Mumbai pada tanggal 26 November 2008 melalui perahu secara ilegal dan melancarkan teror di berbagai tempat hingga 29 November.

Semua teroris ini melakukan perjalanan dari Karachi, Pakistan, ke Mumbai dengan menggunakan perahu. Dalam perjalanan mereka ke Mumbai, mereka membajak sebuah kapal pukat nelayan India dan membunuh keempat awak kapal dan melemparkan tubuh mereka ke laut.

Mereka terpecah menjadi tiga kelompok dan melakukan beberapa serangan terkoordinasi di berbagai lokasi di kota yang padat itu. Mereka menggunakan senjata otomatis buatan Pakistan dan granat buatan China dalam membantai orang.

Para teroris menyerang stasiun kereta Chhatrapati Shivaji Terminus dan menembaki orang-orang tanpa pandang bulu. Dalam serangan 90 menit ini 58 orang tewas.

Kemudian mereka menyerang Caf Leopold dan membunuh 10 orang. Sasaran berikutnya adalah Rumah Sakit Cuma dan Albless, di mana mereka membunuh enam petugas polisi di luar rumah sakit.

Mereka menyerang pusat Yahudi atau Rumah Nariman dan melakukan pengepungan selama tiga hari. Tujuh orang tewas dalam serangan ini. Mereka juga memasang bom di dua taksi.

Teroris menargetkan dua hotel mewah. Mereka melancarkan serangan di Hotel Oberoi-Trident dan menewaskan 30 orang dalam pengepungan tiga hari. Mereka juga menyerang para ikon dari kota Mumbai, yaitu Taj Mahal Palace dan Tower Hotel dan melakukan pengepungan selama empat hari di mana 31 orang tewas.

Secara keseluruhan, menurut Kepolisian Mumbai, 164 warga sipil dan petugas polisi tak berdosa, termasuk 29 warga asing dari 16 negara tewas dalam kekacauan ini dari tanggal 26 hingga 29 November. Sedikitnya 304 orang terluka dalam serangan teror ini. Sembilan teroris dibunuh oleh pasukan keamanan dan satu teroris bernama Mohammed Ajmal Mohammed Aamir Kasab yang berusia 21 tahun ditangkap secara langsung dan kemudian dia digantung sampai mati pada tahun 2012.

Saat itu Perdana Menteri India Manmohan Singh mengutuk serangan kejam itu.

"Saya mengutuk keras tindakan kekerasan yang tidak masuk akal terhadap orang yang tidak bersalah, termasuk tamu dari negara asing," kata Singh dalam sebuah pernyataan.

"Saya menyampaikan belasungkawa saya yang terdalam kepada keluarga yang berduka dan bersimpati kepada mereka yang terluka. Pemerintah akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesejahteraan keluarga yang terdampak, termasuk perawatan medis bagi yang terluka."

Ia juga memuji aksi heroik aparat kepolisian dan penjaga keamanan nasional.

"Saya menghormati keberanian dan patriotisme para petugas polisi, termasuk Kepala Pasukan Anti-Teror, Shri [Tuan] Hemant Karkare dan orang-orang yang telah mengorbankan nyawa mereka dalam memerangi para teroris ini," ujar Singh.

Siapakah dalang di balik serangan brutal di Mumbai? Teroris yang ditangkap memberikan banyak rincian tentang dalang serangan Mumbai. Kemudian dalam penyelidikan, terungkap dan dibuktikan di pengadilan bahwa serangan itu direncanakan dan dilakukan oleh organisasi teror terkenal yang berbasis di Pakistan Lashkar-e-Taiba (LeT) dan badan intelijen negara Pakistan Inter-Services Intelligence (ISI). Total 38 orang, termasuk 35 warga negara Pakistan ditetapkan sebagai pelaku.

Meskipun Perdana Menteri dan Presiden Pakistan mengutuk serangan Mumbai, terbukti bahwa para teroris mendapat dukungan penuh, uang, pelatihan dan senjata dari badan-badan pemerintah Pakistan. Para teroris dilatih oleh mantan instruktur militer Pakistan.

Dalang serangan itu adalah pemimpin LeT Hafiz Muhammed Saeed dan Zakir-Ur-Rehman Lakhvi.

Seorang Pakistan-Amerika bernama David Headley Coleman ditangkap di AS dan dijatuhkan hukuman 35 tahun penjara. Dia memainkan peran utama dalam serangan Mumbai dengan memberikan rincian tentang targetnya.

Menghadapi kecaman dunia, Pakistan mengajukan kasus pengadilan terhadap tersangka pelaku dan setelah beberapa tahun persidangan tidak ada yang dihukum karena kurangnya bukti. Baik dalang Hafiz maupun Zakir sengaja dihilangkan dari persidangan ini. Bahkan setelah membunuh 164 orang di negeri asing, para pemimpin teroris ini tidak dihukum atas kejahatan mereka.

Ini adalah contoh yang berbahaya, jika suatu negara mendukung serangan teroris. Sepuluh teroris yang terlibat dalam serangan Mumbai telah dicuci otaknya dan dipersiapkan untuk mati. Tergambar dalam benak mereka bahwa India adalah musuh mereka dan tidak ada salahnya membunuh orang India dan orang asing. Sebelum mati, menurut indoktrinasi, mereka harus membunuh sebanyak mungkin.  

Para teroris tidak menganut agama apapun. Pikiran mereka penuh dengan kebencian dan racun.

Hal yang sama terjadi di Bali. Sedikitnya 202 orang, termasuk banyak warga Australia yang tidak bersalah, tewas dalam pemboman Bali di tahun 2002.

Seluruh umat manusia harus bersatu dan menolak terorisme, yang melawan kemanusiaan. Terorisme bertentangan dengan ajaran semua agama. Hak apa yang para teroris ini miliki untuk membunuh sesama manusia yang tidak bersalah?

Semua negara harus bekerjasama untuk memerangi terorisme secara global. Itulah satu-satunya cara kami dapat memberikan penghormatan kepada semua korban September 11, bom Bali 12 Oktober 2002 dan serangan Mumbai 26 November 2008.

Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun