Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China Menduga Adanya Korban Perang, Meminta Tentara untuk Menulis Surat Terakhir Mereka

30 Oktober 2020   19:20 Diperbarui: 30 Oktober 2020   19:24 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Veeramalla Anjaiah

Menurut laporan berita yang diterbitkan di Taiwan News pada 21 Agustus 2020, anggota Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), yang berbasis di provinsi Fujian, baru-baru ini diminta untuk menulis surat selamat tinggal kepada pasangan mereka, jika seandainya mereka harus mengorbankan hidup mereka untuk negara.

Itu adalah upaya untuk meningkatkan moral para prajurit dan mempersiapkan mereka untuk pertempuran dan pengorbanan.

Mengapa PLA melakukan ini di Fujian? Apakah perang dengan Taiwan sudah dekat?

Tentara ditanyai apa yang akan mereka tulis jika perang terjadi keesokan harinya. Kampanye surat perpisahan ini di Fujian, yang terletak persis di seberang Taiwan, sangat simbolis karena Presiden China Xi Jinping pernah ditempatkan di sana. Ia masih mempercayai Komando Teater Timur di sana.

Pakar militer Barat memperkirakan bahwa China mungkin akan melancarkan serangan terhadap Taiwan, provinsi pemberontak menurut Beijing, di awal tahun depan.

Setelah menguasai Hong Kong pada tahun 1997 dari Inggris dan Makau pada tahun 1999 dari Portugal, China bertekad kuat untuk mengambil alih Taiwan. Tetapi Taiwan sangat menentang agresi China dan membuat semua persiapan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya.

Rupanya, Xi ingin menjadi pemimpin China yang hebat dengan menggunakan otoritasnya di atas Laut China Selatan dan persatuan dengan Taiwan. Dengan menggunakan semua taktik, dari penindasan sampai paksaan, Xi selalu berbicara tentang perang untuk mempertahankan kedaulatan China.

Pada tanggal 13 Oktober, saat mengunjungi pangkalan militer di provinsi selatan Guangdong, Xi meminta anggota PLA untuk "mengerahkan semua pikiran dan energi untuk mempersiapkan perang".

Xi, menurut kantor berita negara Xinhua, mengatakan kepada tentara untuk "tetap berwaspada" dan memberitahu mereka untuk "benar-benar setia, benar-benar murni dan benar-benar dapat diandalkan".

Pasca merebaknya pandemi COVID-19 yang berasal dari Wuhan, China, pada Desember 2019, dan perlambatan ekonomi, Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa berada di bawah tekanan besar baik dari internal maupun eksternal.

Baru-baru ini, PKC telah mempublikasikan persiapan pertahanan udara menciptakan situasi seperti perang. Antara tanggal 18-19 September, China meningkatkan latihan militernya dan  mengerahkan 40 pesawat tempur, yang melintasi garis tengah antara China dan Taiwan.

Tampaknya PKC sangat dibutuhkan untuk menciptakan situasi perang demi perhatian opini publik domestik dan mempersatukan orang-orang di bawah benderanya. Tapi tidak jelas apakah China serius dalam melancarkan serangan ke Taiwan, yang mana akan memicu tanggapan serius dari musuh utamanya, Amerika Serikat dan sekutunya.

Sejak awal tahun, China telah berperilaku seperti anak baru yang liar. China memulai pertengkaran dengan begitu banyak negara secara bersamaan. Sambil memanfaatkan situasi COVID-19, China justru mengirimkan militer pesawat terbang dan kapal perang ke Selat Taiwan, Laut China Selatan dan Laut China Timur untuk "memamerkan kekuatannya". Hal ini mengakibatkan memburuknya hubungan dengan negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, Taiwan dan Jepang.

Dengan sekitar AS$200 miliar anggaran pertahanan tahunan, China memiliki anggaran tentara dan angkatan laut terbesar di dunia.

China telah memulai perselisihan dalam beberapa bulan terakhir dengan Indonesia, yang bukan merupakan negara tetangga ataupun penggugat di Laut China Selatan, dengan mengklaim bahwa mereka memiliki hak historis untuk menangkap ikan di Laut Natuna Indonesia. Indonesia telah memprotes aktivitas ilegal China di zona ekonomi eksklusifnya.

China juga terlibat dalam perang ekonomi dengan AS. Diplomasi pejuang serigala (wolf warriors) PKC dan penerapan undang-undang  keamanan Hong Kong telah membuat marah Dunia Barat. Banyak negara, termasuk AS, mengkritik China karena atas kelalaiannya pada tahap awal pandemi COVID-19. Sekarang seluruh dunia menderita karena lebih dari 45 juta orang terinfeksi dan sekitar 1.18 juta orang kehilangan nyawa akibat COVID-19.

China juga bertengkar dengan tetangga besarnya, India. Pasukan China melampaui Garis Kontrol Aktual (LAC) di wilayah India di Lembah Galwan, yang memicu bentrokan berdarah antara pasukan China dengan India di malam tanggal 15 Juni. Banyak korban jatuh dari kedua belah pihak. India mengumumkan bahwa 20 tentara India tewas dalam bentrokan itu. Tetapi China tidak pernah mengumumkannya jumlah korbannya.

Perlu dicatat bahwa konflik atau perang apa pun mungkin tidak sepihak. Insiden Lembah Galwan menunjukkan PKC dan PLA bahwa setiap konflik yang terjadi di LAC akan menyebabkan kerugian baik dalam hal tentara maupun harta benda. Jika tentara PLA kehilangan nyawa mereka dalam konflik, China tidak mengumumkan pengorbanan mereka, yang dapat menimbulkan opini publik yang negatif. Orang harus menyadari bahwa PLA bukanlah kekuatan yang super karena mereka juga memiliki korban dalam perang.

Penulisan surat terakhir untuk keluarga mereka oleh tentara PLA menunjukkan bahwa orang militer China kurang percaya diri. Biasanya, seruan pertempuran umumnya dibuat untuk meningkatkan moral para prajurit. Perang dimenangkan dengan kembali sebagai pemenang dari medan perang dan bukan dengan menuliskan surat terakhir tentara kepada keluarga mereka sebelum pergi berperang.

Penulis adalah seorang wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun