Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Thailand Menolak Perencanaan Kanal Kra yang Didanai China

26 Oktober 2020   06:14 Diperbarui: 27 Oktober 2020   13:33 7365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selat Malaka adalah jalur perairan strategis alami yang terletak di antara Pulau Sumatera di Indonesia dan Semenanjung Malaya (Malay Peninsula). Selat ini dangkal, sempit dan merupakan jalur air terpendek yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Cina Selatan. 

Selat Malaka adalah salah satu jalur air tersibuk di dunia, dengan 200 kapal - termasuk kapal tanker minyak - yang melewati Selat setiap hari atau 75,000 kapal per tahun.

Asia Timur yang makmur, yang meliputi China, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong dan Taiwan, sangat bergantung pada Selat Malaka. Sebagian besar energi, ekspor dan impor mereka menggunakan jalur air ini. Seperempat dari barang perdagangan global melewati selat ini.

Selat Malaka memiliki lebar 65 kilometer dan panjang 800 kilometer. Di beberapa tempat, jalur air hanya sedalam 23 meter, dan pada titik sempitnya, jalur air yang bisa dilayari lebarnya sekitar dua kilometer .

Selat ini penting secara strategis untuk Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki dua jalur perairan penting lainnya, yaitu Selat Sunda dan Selat Lombok.

Sebagai hegemon baru, China merasa tidak nyaman dengan Selat Malaka karena 80 persen dari pasokan minyaknya berasal dari Timur Tengah, Angola dan Venezuela dan sebagian besar ekspor dan impor melewati jalur air ini, yang telah menjadi hambatan dalam ambisi global China. China selalu ingin menghindari Selat Malaka.

China, menurut Ian Storey dari ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, menganggap bahwa Selat Malaka sebagian besar dikuasai oleh Amerika Serikat. Musuh utama China di Asia, India, dapat dengan mudah memblokir sisi barat Selat Malaka jika terjadi konfrontasi. Titik sempit yang paling padat ini juga terkenal dengan pembajakan dan kecelakaan.

Ambisi jangka panjang China adalah untuk mengatasi hal "Dilema Malaka" ini, yang pertama kali dicetuskan oleh presiden China Hu Jintao pada tahun 2003, dan mencari alternatif bagi Selat Malaka.

China telah menemukan satu alternatif di Thailand. Dengan membangun Kanal Kra atau Terusan Kra (Kra Canal) , menurut China, akan menjadi alternatif bagi Selat Malaka karena berbagai alasan dan keuntungan. 

Proyek tersebut, yang direncanakan 343 tahun yang lalu oleh Raja Thailand Narai tapi tidak pernah terwujud, bertujuan untuk membangun sebuah terusan buatan besar, sepanjang 120 kilometer, menembus tanah genting Kra (Kra Isthmus) di Thailand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun