Azerbaijan merdeka dari Uni Soviet pada masa-masa kritis. Tetangganya, Armenia, memulai konflik dengan Azerbaijan pada akhir 1980-an dan berlanjut hingga 1994, yang mengakibatkan hilangnya banyak nyawa manusia, pembersihan etnis, perusakan dan pengungsi (IDPs) satu juta orang Azerbaijan. Yang paling pahit bagi warga Azerbaijan adalah pasukan Armenia dengan dukungan diam-diam dari pasukan Soviet menduduki wilayah Azerbaijan, Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah di sekitarnya.
"Dalam keadaan saat ini, cukup jelas bahwa penghapusan konsekuensi dari agresi militer oleh Republik Armenia adalah masalah utama dan paling signifikan dimana Republik Azerbaijan sebagai anggota yang bertanggung jawab dari komunitas internasional berusaha untuk menyelesaikan dengan damai melalui negosiasi yang substantif dan fokus pada hasil," ucap Mammadyarov.
Meskipun Azerbaijan lebih besar dari Armenia dalam segi populasi, ekonomi dan kekuatan militer, Baku memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi damai. Meskipun ada empat Resolusi Dewan Keamanan PBB, Armenia masih menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan secara ilegal. Orang Azerbaijan yang jadi korban genosida dan pembersihan etnis Armenia kehilangan kesabaran karena mereka menderita selama lebih dari dua dekade.
Jadi itu adalah tantangan terbesar dan terberat bagi Azerbaijan untuk membebaskan wilayahnya dari kependudukan Armenia.
"Di sisi lain, meskipun ada agresi asing, kebijakan luar negeri yang seimbang dan multi-vektor yang ditempuh oleh negara Azerbaijan memastikan penguatan yang konsisten dari otoritas internasional Azerbaijan dan signifikansi dalam sistem hubungan internasional," kata Mammadyarov.
Azerbaijan, seperti Indonesia, adalah negara yang cinta damai. Keduanya memiliki pandangan politik, ekonomi, agama dan budaya yang sama dalam menghadapi masalah global. Indonesia mengakui kemerdekaan Azerbaijan pada tahun 1991 dan menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1992. Sekarang kedua negara membuka kedutaan masing-masing di Jakarta dan Baku.
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia. Azerbaijan berterima kasih kepada Indonesia karena telah mendukung integritas dan kedaulatan wilayahnya," Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Jalal Mirzayev mengatakan kepada penulis baru-baru ini.
Indonesia mengakui kedaulatan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh dan menginginkan agar Azerbaijan dan Armenia harus menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi damai.
Azerbaijan ingin menjaga hubungan baik dengan semua negara dan organisasi internasional.
"Berbicara mengenai tempat dan peran Azerbaijan dalam sistem hubungan internasional, harus dicatat bahwa negara kita bertindak tidak hanya sebagai penerima sinyal yang ditransmisikan dari pusat-pusat kekuatan utama, tetapi juga sebagai produsen aktif yang memberikan kontribusi nyata kepada definisi agenda global," kata Mammadayarov.
Setelah seratus tahun, diplomasi Azerbaijan masih bersinar di kancah internasional dan mudah-mudahan akan melanjutkan tradisi meraih apa yang terlihat sulit untuk diraih.