"Satu abad memisahkan kita dari masa ketika ADR mengambil langkah pertamanya di arena internasional. Itu adalah abad yang sangat padat yang meliputi runtuhnya kerajaan-kerajaan terdahulu yang hilang dalam api Perang Dunia Pertama," kata Mammadyarov dalam sebuah artikel di majalah IRS Heritage baru-baru ini.
ADR dikuasai paksa Uni Soviet pada tahun 1920. Tetapi semangat ADR dan nilai-nilainya diadopsi oleh Azerbaijan saat ini.
"Meskipun tinggal di persimpangan di mana kepentingan negara-negara adikuasa global bertemu dan sering bertabrakan, rakyat Azerbaijan selalu menunjukkan tekad yang kuat dan tabah dalam menjunjung tinggi kebebasannya," kata Mammadyarov.
ADR berhasil mendapatkan pengakuan dari banyak negara.
"Pada waktu itu, ada kantor perwakilan diplomatik dari 16 negara yang beroperasi di Baku, termasuk, misalnya, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Belgia, Persia, Polandia, Ukraina, dll. Pada gilirannya, Pemerintah ADR memiliki kantor perwakilan diplomatik dan konsuler di Georgia, Armenia, Turki, Ukraina dan negara-negara lain," katanya.
Delegasi ADR berhasil mempresentasikan maksud negara mereka pada Konferensi Perdamaian Paris dan mendapatkan pengakuan de facto dari Dewan Tertinggi Konferensi Perdamaiaan Paris pada awal 1920. Bahkan presiden AS saat itu, Woodrow Wilson, terkesan oleh delegasi ADR.
"Saya berbicara kepada orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang sama dengan saya dalam hal gagasan, dalam hal konsepsi kebebasan, dalam hal konsep hak dan keadilan," kata Presiden Wilson.
Diplomasi tidak hanya milik laki-laki saja. Perempuan-perempuan Azerbaijan turut aktif dalam diplomasi di masa lalu.
"Salah satu tokoh yang paling luar biasa pada masa itu adalah Sarah Khatun, ibu Uzun Hasan - penguasa dinasti Aq Qoyunlu. Dia sangat berwawasan dalam urusan negara sehingga dia melakukan negosiasi penting dan bahkan berhasil mencapai kesepakatan dengan Sultan Kerajaan Ottoman Mehmet II, dengan demikian menuliskan namanya dalam sejarah sebagai diplomat wanita pertama di dunia Muslim," ujar Mammadyarov.
Selama tujuh dekade pemerintahan Soviet, para diplomat Azerbaijan, termasuk Mammadyarov, bersinar dalam diplomasi.
Mammadyarov bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada tahun 1982 dan mempelajari semua keterampilan diplomatik, yang menjadi sangat berguna dalam karirnya ketika Azerbaijan merdeka pada tahun 1991.