Para menteri ASEAN tidak boleh jatuh ke perangkap China terhadap isu LCS dan CoC. China mungkin akan membujuk mereka dengan insentif-insentif ekonomi untuk berkompromi terhadap isu LCS. Namun anggota-anggota ASEAN harus bertahan pada posisi mereka terhadap CoC yang kuat dan mengikat secara hukum yang didasarkan pada prinsip-prinsip hukum maritim internasional. Mereka harus bekerja dengan keras di Manila untuk mempertahankan konsensus, solidaritas dan peran sentral ASEAN dalam sengkata LCS serta hubungan-hubungan regional dan internasional selama pertemuan-pertemuan mereka.
Persatuan dan sentralitas ASEAN merupakan kunci dari masa depan ASEAN. "Persatuan dan sentralitas harus dipupuk," ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi pada tanggal 19 Juli dalam sebuah konferensi internasional yang berlangsung selama satu hari mengenai "Memperkuat Kerjasama dan Inklusivitas" di Jakarta.
Kalau tidak ada persatuan dan sentralitas, ASEAN akan kehilangan relevansinya. Maka dari itu ASEAN harus menuntut dengan satu suara bahwa China harus menghormati keputusan PCA tahun lalu dan bekerja keras untuk segera menyelesaikan CoC.
CoC tidak boleh dilemahkan atau ditunda lebih lanjut. Lagi pula, CoC --- yang merupakan bukan solusi terhadap sengketa di LCS --- akan menjadi kepentingan bersama. Tidak ada yang menginginkan perang. Kita perlu sebuah mekanisme yang kuat untuk menghindari konflik dan mengurangi ketegangan. Dengan menandatangani CoC yang mengikat secara hukum, China akan mendapatkan penghormatan internasional yang sangat dibutuhkan dan mendapatkan keuntungan lebih dari sebuah lingkungan yang damai di LCS.
Penulis adalah seorang wartawan senior yang tinggal di Jakarta, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H