Beberapa aktivis dan kelompok masyarakat sipil Indonesia, rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, mengecam tindakan-tindakan brutal yang dilakukan oleh tentara Armenia kepada warga Muslim Azerbaijan baru baru ini.
Pada tanggal 4 Juli, tentara Armenia menyerang sebuah desa Azerbaijan bernama Alkhanli dengan mortir dan granat. Akibatnya, seorang anak berusia 2 tahun bernama Zahra Galiyeva dan neneknya yang berumur 50 tahun Sahiba Guliyeva terbunuh dan banyak warga desa lainnya yang mengalami luka parah.
 "Kami mengecam pembunuhan dua warga sipil tak bersenjata di Azerbaijan yang dilakukan oleh tentara Armenia. Itu adalah tindakan kriminal yang serius. Para pelakunya, siapa pun mereka, harus diadili," ujar Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia Nur Kholis beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut Nur Kholis, yang pernah mengunjungi Azerbaijan pada tahun 2015 untuk menemui ratusan pengungsi dari Nagorno-Karabakh, polisi Azerbaijan harus mengajukan kasus terhadap tentara Armenia dan mengumpulkan bukti. Bahkan Armenia, sebagai negara yang bertanggungjawab, memiliki kewajiban moral untuk menyelidiki dan mengadili tentara-tentaranya yang melakukan kejahatan.
Â
Armenia mengakui bahwa tentaranya memang menyerang desa Alkanli pada tanggal 4 Juli dan menyesalkan kematian yang disebabkan.
Nur Kholis berkata bahwa Azerbaijan harus membawa kasus ini ke pengadilan internasional.
Dengan pendapat yang serupa, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tan Taufiq Lubis berkata bahwa masyarakat internasional harus segera merespon demi menghentikan pembunuhan warga sipil oleh tentara Armenia di Azerbaijan.
"Kami sangat mengecam tindakan tidak beradab tentara Armenia. Itu adalah tindakan barbar yang dilakukan oleh sebuah kelompok bersenjata terhadap wanita dan anak-anak. Ini merupakan pelanggaran HAM berat, yang harus dikecam oleh masyarakat internasional," ujar Taufiq, yang juga merupakan ketua Sayap Pemuda Indonesia di Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Selagi mengungkapkan rasa simpatinya terhadap keluarga dari korban, seorang mahasiswi di Jakarta juga meminta tindakan keras terhadap Armenia.
"Membunuh wanita dan anak-anak menggunakan mortir dan granat adalah sebuah tindakan kriminal. PBB harus memperlakukan Armenia sejajar dengan Korea Utara dengan memberikan sanksi-sanksi berat. Saya turut bersimpati kepada keluarga dari para korban," kata Sandra Utari, seorang mahasiswi Indonesia yang rutin mengikuti berita terkait pengungsi Nagorno-Karabakh.
Aktivis lainnya juga mengecam tindakan Armenia dan meminta tindakan segera untuk menghentikan pembunuhan.
"Kami sangat mengecam tindakan-tindakan teror yang dilakukan oleh tentara Armenia terhadap warga sipil yang tak bersalah di Azerbaijan. Kami meminta pemerintah Indonesia untuk menunjukkan sikapnya dalam melawan tindakan-tindakan teror Armenia. Masyarakat internasional, termasuk PBB, harus mengadili para pembunuh. Armenia harus membayar kompensasi untuk para korban," ujar koordinator nasional Indonesia untuk kampanye global Keadilan untuk Khojaly Choirun Nisa Fujiati di Jakarta.
"Warga Azerbaijan, khusunya orang-orang dari wilayah Nagorno-Karabakh, sudah banyak menderita sejak lama. Banyak dari mereka yang kehilangan orang-orang yang dicintai, tanah, dan rumah mereka saat perang tahun 1990-an. Penderitaan mereka harus berakhir."Â
Khojaly adalah sebuah kota di wilayah Nagorno-Karabakh di Azerbaijan yang sedang diduduki oleh tentara Armenia. Pada tahun 1990-an tentara Armenia menyerang Khojaly dan membunuh lebih dari 600 warga sipil.
Azerbaijan, negara yang kaya akan minyak dari Kaukasus Selatan, telah berusaha untuk merebut kembali Nagorno-Karabakh dan teritorinya yang lain dari Armenia melalui negosiasi-negosiasi damai selama lebih dari dua dekade. Namun masih belum ada kemajuan sampai saat ini, malah sudah ada banyak pelanggaran gencatan senjata dan  bentrokan harian antara tentara Azerbaijan dan Armenia.
Pada tanggal 24 Juli, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengumumkan bahwa ada 155 pelanggaran gencatan senjata dilakukan oleh tentara Armenia  dalam satu hari di sepanjang perbatasan antara Azerbaijan dan Armenia.
Indonesia, anggota terkemuka di OKI yang mengecam agresi Armenia terhadap Azerbaijan baik di PBB maupun OKI, sangat mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Azerbaijan. Indonesia meminta Armenia dan Azerbaijan untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh melalui negosiasi damai.
Azerbaijan, sebuah negara dengan mayoritas warga Muslim, adalah salah satu pemasok minyak besar bagi Indonesia. Hubungan antara Indonesia dan Azerbaijan telah berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir dengan memperluas kerjasama di banyak bidang.
Veeramalla Anjaiah
Wartawan Senior
*Penulis adalah seorang jurnalis senior dan penulis buku "Azerbaijan di Mata Indonesia", yang tinggal di Jakarta, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H