Dari sisi ekonomi, Kazakshtan memiliki perjalanan yang luar biasa. Pada tahun 1992, produk domestik bruto-nya (PDB) hanya 25 milyar dolar, tetapi sekarang, menurut Duta Besar Orazbay, sudah mencapai 231.9 milyar dolar. Dalam hal paritas daya beli (PPP), PDB Kazakhstan di tahun 2015 mencapai 429.16 milyar dolar. Saat ini Kazakhstan sudah menjadi negara berpenghasilan menengah yang tinggi dengan pendapatan per kapita sebesar 10.500 dolar.
Banyak negara berkembang seperti Indonesia dapat belajar banyak dari kisah sukses Kazakshtan. Contohnya, Kazakhstan sangat sukses dalam mengurangi angka kemiskinannya dari 47 persen di tahun 2001 menjadi 3 persen di tahun 2013.
Kazakhstan telah dengan cerdas memanfaatkan milyaran dolar yang didapat dari keuntungan industri minyak dan gasnya untuk kebaikan rakyatnya dengan membentuk dana kekayaan negara (Sovereign Wealth Fund). Dana yang sekarang disebut sebagai Samruk-Kazyna ini bernilai 100 milyar dolar.
Dana ini sangat membantu Kazakhstan untuk menghadapi dampak dari harga minyak yang rendah. Selama tahun 2000 hingga 2013, Kazakhstan rata-rata menikmati angka pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Hanya saja dalam 2 tahun terakhir mengalami kemunduran besar dikarenakan penurunan yang terjadi secara tiba-tiba dalam harga minyak.
Di bawah kepemimpinan Presiden Nursultan Nazarbayev, Kazakhstan telah memposisikan dirinya untuk menjadi negara maju dalam waktu dekat. Kazakshtan telah menetapkan target ambisius untuk menjadi salah satu dari 30 negara dengan ekonomi terbesar di dunia di tahun 2050. Hal ini merupakan lompatan besar dari peringkat ke-43 untuk ekonominya saat ini.
Kazakhstan juga menduduki posisi lebih tinggi di peringkat Kemudahan Berbisnis World Bank.
“Tahun ini Kazakhstan meningkatkan peringkatnya menjadi posisi ke-35 dari 41 di tahun 2015 di peringkat Kemudahan Berbisnis World Bank,” kata Orazbay.
Tonggak penting lainnya dalam sejarah Kazakhstan adalah Kazakhstan akan menjadi tuan rumah World Expo 2017 di Astana dari tanggal 10 Juni hingga 17 September.
“Tema expo tersebut akan membahas tantangan-tantangan dan masalah-masalah global yang berkaitan dengan energi. Maka dari itu, expo ini akan menjadi expo yang sangat penting karena akan berurusan dengan solusi untuk mengatasi perubahan iklim yang merupakan isu utama di agenda banyak negara, termasuk Indonesia dan Kazakhstan,” ujar Orazbay.
Sekitar 105 negara dan 17 organisasi internasional akan berpartisipasi dalam pameran tersebut, yang akan menarik lebih dari 1 juta pengunjung. Ini pertama kalinya mantan anggota kecil Uni Soviet mengadakan expo sebesar ini.
Mulai dari tanggal 1 Januari 2017, Kazakhstan akan resmi menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DKPBB). Kazakhstan mengalahkan Thailand, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, untuk mendapatkan kursi di DKPBB dari wilayah Asia Pasifik.