Mohon tunggu...
Anitya Wahdini
Anitya Wahdini Mohon Tunggu... Guru -

Alumnus Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Antropologi, angkatan 2001. Sempat mengenyam pengalaman menjadi jurnalis pada tahun 2006 sebelum akhirnya banting setir menjadi guru empat tahun kemudian. Kini aktif mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu SMA swasta di Bekasi. Buku yang telah diterbitkan: Perkawinan Sehat: Tips untuk Sang Dara, menulis bersama Dr. Endang R. Sedyaningsih-Mamahit, DR.PH (Menteri Kesehatan RI Kabinet Indonesia Bersatu II), diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2012, dan novel Not an Angel, a Devil Perhaps, diterbitkan secara indie pada tahun 2013.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buku Tak Hanya untuk Si Kutu Buku

13 September 2017   07:23 Diperbarui: 13 September 2017   09:02 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program yang saya beri nama Book Project ini telah berlangsung selama beberapa minggu sehingga sudah mulai nampak sedikit demi sedikit efeknya. Atlit basket yang tadi nyaris tak pernah punya waktu untuk membaca buku, kini selalu terlihat asyik membaca dan tengah bersiap untuk gilirannya maju ke depan kelas pekan depan.

Anak yang selalu bosan tadi, tak pernah minat membaca sebelumnya, namun ia mulai menemukan kenikmatan tersendiri dalam membaca buku. "Buku yang ada gambarnya dulu ya, Miss," ucapnya antusias.

Target saya tentu bukanlah menjadikan seluruh siswa kelas X menjadi kutu buku atau mendadak punya hobi membaca. Saya hanya memiliki mimpi, anak-anak generasi masa kini mau mengenal buku dan mampu membaca teks panjang di tengah gencarnya teks-teks singkat yang mewarnai keseharian mereka di media sosial.

Saya khawatir buku (baik yang berwujud fisik maupun e-book) akan ditinggalkan perlahan akibat tidak tertariknya lagi generasi masa depan pada teks-teks panjang. Padahal siapa lagi yang akan melestarikan dunia sastra dan literasi kita jika bukan mereka?

Book Project mungkin bukanlah sebuah misi menyelamatkan literasi yang terlihat mapan. Book Project hanya mencoba mengenalkan para siswa kepada buku dan nikmatnya membaca sebuah buku, seperti yang selalu saya lakukan semenjak duduk di bangku sekolah dasar hingga kini di waktu luang saya.

Saya juga tahu pasti bahwa menjalani Book Project tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, pasti akan ada pihak yang mencibir atau mengkritik. Hambatan lainnya datang dari para siswa itu sendiri yang memang tidak semuanya menyukai buku.

"Sampai kapan sih kita harus membaca buku, Miss?" kata seorang anak suatu hari setelah ia menyaksikan temannya maju ke depan kelas.

Oh, Nak. Kamu akan terus berhadapan dengan Book Project selama saya masih menjadi gurumu!      

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun