Mohon tunggu...
Anitya Wahdini
Anitya Wahdini Mohon Tunggu... Guru -

Alumnus Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Antropologi, angkatan 2001. Sempat mengenyam pengalaman menjadi jurnalis pada tahun 2006 sebelum akhirnya banting setir menjadi guru empat tahun kemudian. Kini aktif mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu SMA swasta di Bekasi. Buku yang telah diterbitkan: Perkawinan Sehat: Tips untuk Sang Dara, menulis bersama Dr. Endang R. Sedyaningsih-Mamahit, DR.PH (Menteri Kesehatan RI Kabinet Indonesia Bersatu II), diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2012, dan novel Not an Angel, a Devil Perhaps, diterbitkan secara indie pada tahun 2013.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memperkenalkan FORTALS, Pentas Seni Kebanggaan SMA Global Prestasi

23 September 2016   11:11 Diperbarui: 23 September 2016   12:12 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemegahan panggung dan keriuhan penonton, buah kerja keras panitia (Dok. FORTALS_GPS)

Finally! It’s been years since my last concert report.

Offcourse, back then in 2010, I was a journalist. So reporting a concert is like an appetizer on my everyday meal. The Black Eyed Peas, Muse, Good Charlotte, Hoobastank, John Legend, Jamie Cullum, Westlife, and even Bjork! You name it, I’ve been there and wrote all about their concert.

Ah, tetapi itu dulu.

Semenjak menjadi guru, saya hanya pergi ke konser kalau benar-benar ingin, kantong mencukupi, dan waktu luang terbentang. Sisanya, saya harus puas membayangkan segala gegap gempitanya lewat berita atau kanal youtube.

Namun bukan berarti antusiasme saya terhadap konser dan segala suasana yang tercipta olehnya mati begitu saja. Malah lewat kacamata guru, saya bisa melihat sebuah konser dari sudut pandang yang sama sekali berbeda.

Oh, saya tetap menjadi yang terdepan, meneriakkan nama sang performer, dan bergoyang mengikuti irama walau hujan badai datang menerjang. Hanya saja, konser besar sekelas garapan promotor Java Musikindo atau Dyandra Production yang biasa saya nikmati, kini berganti menjadi pentas seni buah karya dan kerja keras anak-anak didik saya sendiri. FORTALS, Festival of Arts of Global Prestasi School.

Tahun ini FORTALS hadir di pertengahan September, tepatnya tanggal 17 lalu. Ajang tahunan kebanggaan SMA Global Prestasi ini menghadirkan empat bintang tamu sebagai daya pikat: Barasuara, Payung Teduh – yang dua ini saya tak begitufamiliarkarena terlalu kekinian, serta Ran dan Naif – yang tentu saja lagu-lagunya sudah melekat di kepala saya semenjak lama.

Yah, memang banyak yang bisa dilaporkan soal penampilan empat bintang tamu ini. Seperti misalnya Barasuara yang ternyata musiknya keren dan saya-benar-benar kagum karena lirik mereka menggunakan bahasa Indonesia yang menjunjung tinggi sastra dan EYD. Coba simak hits mereka, Bahas Bahasa. Berlabuh lelahku di kelambu jiwamu...Cantik sekali! Maklum, saya tumbuh remaja di era 1990an di mana sisa-sisa masa kejayaan musisi masih mengedepankan kekuatan lirik dan melodi. Tak sekedar komersial dan mengikuti arus.

Atau, Naif! Band yang telah malang melintang di pentas musik selama lebih dari dua puluh tahun ini masih saja greget dan total penampilannya. Sepertinya mereka tak peduli apakah mereka tampil di pentas seni anak sekolahan atau konser besar dengan ribuan penonton, yang jelas musikalitas mereka tetap dahsyat.

Malam itu memang Naif yang mencuri perhatian. Jam terbang David Bayu cs yang tinggi menjadikan mereka tak sekedar menyajikan musik yang ciamik, melainkan juga aksi panggung yang interaktif. David bahkan sempat-sempatnya mengambil selfie menggunakan kamera ponsel penonton yang berdiri tepat di depan panggung.

Nuansa nostalgia juga hadir saat Naif tampil. Kebanyakan guru dan orang tua yang hadir malam itu tumbuh saat Naif sedang merintis karier sebagai band papan atas. Saya sendiri sudah kenal musik Naif sejak masih duduk di bangku SMP. Sekira dua puluh tahun yang lalu! Maka saya pun langsung melonjak kegirangan saat Naif membuka aksi mereka lewat lagu Piknik. Dan berteriak histeris saat Mobil Balap dilantunkan sebagai tembang pamungkas.

Naif yang penampilannya masih tetap dahsyat (Dok. FORTALS_GPS)
Naif yang penampilannya masih tetap dahsyat (Dok. FORTALS_GPS)
Oke. Cukup soal Naif. Fokus saya dalam perhelatan yang dimotori oleh Batch 10 ini bukan pada bintang tamunya semata, namun lebih kepada kegigihan anak-anak didik saya semenjak berbulan-bulan sebelum FORTALS digelar. Masih terekam jelas dalam ingatan saya bagaimana Bagus Herdadi, sang ketua pelaksana, mencoba merintis konsep FORTALS 2016 karena termotivasi oleh kesuksesan FORTALS 2015 garapan Batch 9 yang terbilang sukses besar. Bagus selalu setia didampingi tiga rekannya, Vadillan, Adia, dan Putri. Saat itu mereka masih duduk di kelas XI (FORTALS dilaksanakan ketika mereka sudah duduk di kelas XII).

Dan dari Batch 10, lahirlah konsep FORTALS 2016 yang mengusung tema Reverie yang diambil dari bahasa Perancis dan memiliki arti impian. “Tema ini kami pilih karena pada awalnya kami memiliki banyak mimpi, salah satunya adalah menjadikan FORTALS sebagai pentas seni nomor satu di Bekasi,” kata Bagus yang saya temui usai FORTALS.

Mengenai kesuksesan FORTALS 2015 lalu yang mengusung konsep festival jazz, Bagus tak ingin menjadikannya beban. “Kesuksesan tahun lalu bagi kami adalah sebuah tantangan. Kami tak ingin mencontoh atau menjadikannya beban, melainkan target kami untuk membawa kesuksesan yang sama, bahkan melampauinya,” ucap Bagus mantap.

Meski saya bukan guru pembina mereka dalam ajang ini, namun saya menyaksikan sendiri jatuh bangunnya anak-anak didik saya selama berbulan-bulan. Bagaimana mereka berupaya menyusun konsep yang menarik, memikirkan bintang tamu yang mampu menarik massa dengan budget terjangkau, mencari sponsor, menggerakkan panitia agar selalu kompak, dan banyak hal lain yang rasanya luar biasa jika dijalani oleh remaja usia belasan tahun. Saya sendiri saat seusia mereka sepertinya belum tentu mampu melakukannya.

Rangkaian acara FORTALS sendiri dibuka dengan pre-event yang dihelat pada bulan April 2016 lalu. Panitia menyelenggarakan aneka lomba, seperti futsal dan basket, untuk sekolah-sekolah di seputaran Bekasi. Jika pre-event ini adalah appetizer, maka main coursenya tentu saja main event yang dihelat 17 September 2016. Dengan jarak lima bulan itulah, panitia mengerahkan segala daya upaya yang mereka miliki agar mampu menghadirkan main course yang tak sekedar biasa-biasa saja, melainkan luar biasa.

Tak sedikit kesulitan yang mereka harus lalui. Dari segi pendanaan, misalnya. “Memang urusan dana adalah hal yang kami akui paling sulit. Bahkan selama sembilan bulan sejak kepanitiaan FORTALS pertama kali terbentuk, setiap harinya kami mengirim minimal lima e-mail ke berbagai perusahaan untuk mendapatkan sponsor,” kata Bagus.

Panitia dana usaha yang diketuai Stanzania merasa tak cukup jika hanya mengandalkan sponsor, maka mereka pun mencoba mengkreasikan alur pemasukan dana lainnya dengan kreatif. Sokab, alias sore akrab, tercipta untuk menambah pemasukan sembari menghibur warga SMA Global Prestasi. Konsep Sokab sebenarnya sederhana; nonton bareng di bioskop. Hanya saja panitia dana usaha yang mengatur semuanya. Animo Sokab cukup baik, sehingga acara ini sempat terlaksana dua kali, yakni saat pemutaran film Captain America: Civil War di bulan Mei 2016 dan Suicide Squad di bulan Agustus.

Kreasi lainnya dalam menambah pemasukan dana adalah program Door to Door yang memang telah dimulai semenjak kepanitiaan FORTALS 2015. Program yang diketuai William ini intinya tak sekedar meminta sumbangan kepada orang tua, melainkan ada give back yang diberikan panitia kepada para orang tua. Give back tersebut antara lain mempresentasikan konsep FORTALS secara formal di hadapan orang tua layaknya presentasi dalam seminar atau kerja sama dan mengerjakan beberapa tugas rumah dengan suka rela.

Lelah? Pasti. Siapa yang tak lelah sudah jauh-jauh pergi ke rumah calon donatur, masih harus presentasi, lalu mencuci mobil, misalnya? Namun kerja keras mereka pada akhirnya terbayarkan dengan kepuasan dan senyum yang seolah tak pernah bisa hilang melihat kesuksesan FORTALS tahun ini. Great job, anak-anak. Oh, did I say great? I mean marvelous job. Super!

Kemegahan panggung dan keriuhan penonton, buah kerja keras panitia (Dok. FORTALS_GPS)
Kemegahan panggung dan keriuhan penonton, buah kerja keras panitia (Dok. FORTALS_GPS)
Begitulah. Semenjak menjadi guru, fokus saya pada sebuah konser tak lagi sekedar sorot lampu dan silaunya penampilan para bintang, namun pada setiap tetes keringat, pikiran, waktu, dan tarikan nafas yang dikeluarkan oleh anak-anak didik saya demi mewujudkan pentas seni yang mungkin di mata pelaku industri hiburan hanya biasa-biasa saja, namun di mata saya dan pastinya guru-guru lain, jauh melampaui kata luar biasa. Bangga tak terkira rasanya melihat hasil karya mereka. Sekali lagi, selamat untuk seluruh panitia FORTALS 2016!

Hanya ini yang saya bisa persembahkan kepada anak-anak didik saya. Sejatinya saya adalah penanggung jawab humas dalam FORTALS 2016, namun mungkin kontribusi saya tak seberapa banyak. Maka yang saya bisa lakukan kini adalah sesuai dengan jobdesc saya: mempublikasikannya!

Can’t hardly wait for FORTALS next year. I wonder who will be the guest star? Hopefully one of the 1990s band again. Errr... Dewa 19? Gigi? Hehehhee... Great job, kids! So proud of you all.

Panitia FORTALS 2016 (Dok. FORTALS_GPS)
Panitia FORTALS 2016 (Dok. FORTALS_GPS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun