Dan dari Batch 10, lahirlah konsep FORTALS 2016 yang mengusung tema Reverie yang diambil dari bahasa Perancis dan memiliki arti impian. “Tema ini kami pilih karena pada awalnya kami memiliki banyak mimpi, salah satunya adalah menjadikan FORTALS sebagai pentas seni nomor satu di Bekasi,” kata Bagus yang saya temui usai FORTALS.
Mengenai kesuksesan FORTALS 2015 lalu yang mengusung konsep festival jazz, Bagus tak ingin menjadikannya beban. “Kesuksesan tahun lalu bagi kami adalah sebuah tantangan. Kami tak ingin mencontoh atau menjadikannya beban, melainkan target kami untuk membawa kesuksesan yang sama, bahkan melampauinya,” ucap Bagus mantap.
Meski saya bukan guru pembina mereka dalam ajang ini, namun saya menyaksikan sendiri jatuh bangunnya anak-anak didik saya selama berbulan-bulan. Bagaimana mereka berupaya menyusun konsep yang menarik, memikirkan bintang tamu yang mampu menarik massa dengan budget terjangkau, mencari sponsor, menggerakkan panitia agar selalu kompak, dan banyak hal lain yang rasanya luar biasa jika dijalani oleh remaja usia belasan tahun. Saya sendiri saat seusia mereka sepertinya belum tentu mampu melakukannya.
Rangkaian acara FORTALS sendiri dibuka dengan pre-event yang dihelat pada bulan April 2016 lalu. Panitia menyelenggarakan aneka lomba, seperti futsal dan basket, untuk sekolah-sekolah di seputaran Bekasi. Jika pre-event ini adalah appetizer, maka main coursenya tentu saja main event yang dihelat 17 September 2016. Dengan jarak lima bulan itulah, panitia mengerahkan segala daya upaya yang mereka miliki agar mampu menghadirkan main course yang tak sekedar biasa-biasa saja, melainkan luar biasa.
Tak sedikit kesulitan yang mereka harus lalui. Dari segi pendanaan, misalnya. “Memang urusan dana adalah hal yang kami akui paling sulit. Bahkan selama sembilan bulan sejak kepanitiaan FORTALS pertama kali terbentuk, setiap harinya kami mengirim minimal lima e-mail ke berbagai perusahaan untuk mendapatkan sponsor,” kata Bagus.
Panitia dana usaha yang diketuai Stanzania merasa tak cukup jika hanya mengandalkan sponsor, maka mereka pun mencoba mengkreasikan alur pemasukan dana lainnya dengan kreatif. Sokab, alias sore akrab, tercipta untuk menambah pemasukan sembari menghibur warga SMA Global Prestasi. Konsep Sokab sebenarnya sederhana; nonton bareng di bioskop. Hanya saja panitia dana usaha yang mengatur semuanya. Animo Sokab cukup baik, sehingga acara ini sempat terlaksana dua kali, yakni saat pemutaran film Captain America: Civil War di bulan Mei 2016 dan Suicide Squad di bulan Agustus.
Kreasi lainnya dalam menambah pemasukan dana adalah program Door to Door yang memang telah dimulai semenjak kepanitiaan FORTALS 2015. Program yang diketuai William ini intinya tak sekedar meminta sumbangan kepada orang tua, melainkan ada give back yang diberikan panitia kepada para orang tua. Give back tersebut antara lain mempresentasikan konsep FORTALS secara formal di hadapan orang tua layaknya presentasi dalam seminar atau kerja sama dan mengerjakan beberapa tugas rumah dengan suka rela.
Lelah? Pasti. Siapa yang tak lelah sudah jauh-jauh pergi ke rumah calon donatur, masih harus presentasi, lalu mencuci mobil, misalnya? Namun kerja keras mereka pada akhirnya terbayarkan dengan kepuasan dan senyum yang seolah tak pernah bisa hilang melihat kesuksesan FORTALS tahun ini. Great job, anak-anak. Oh, did I say great? I mean marvelous job. Super!
Hanya ini yang saya bisa persembahkan kepada anak-anak didik saya. Sejatinya saya adalah penanggung jawab humas dalam FORTALS 2016, namun mungkin kontribusi saya tak seberapa banyak. Maka yang saya bisa lakukan kini adalah sesuai dengan jobdesc saya: mempublikasikannya!