Mohon tunggu...
Salwa Wulandari
Salwa Wulandari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menulis, menggambar, menyanyi, membaca, dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Menuju Impian

25 September 2024   21:42 Diperbarui: 25 September 2024   21:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                   Langkah Menuju Impian

Di SMP Harapan, klub tari adalah tempat di mana siswa-siswa berbakat berkumpul untuk mengejar impian mereka. Di antara mereka, ada Wulan, gadis berusia 15 tahun dengan bakat menari yang luar biasa. Setiap kali dia tampil di atas panggung, gerakannya yang anggun dan penuh energi memikat hati penonton. Namun, di balik senyumnya, Wulan menyimpan ketakutan akan kegagalan yang selalu menghantuinya.

Ketika sekolah mengumumkan kompetisi tari antar SMP, Wulan merasa ini adalah peluang emas untuk menunjukkan kemampuannya. Namun, ketua klub, Aurin, juga menginginkan sorotan tersebut. Aurin memiliki ambisi besar dan merasa terancam oleh bakat Wulan. Dia percaya bahwa semua anggota harus mendapatkan kesempatan yang sama.

"Wulan, kita perlu memastikan semua orang di klub memiliki peran yang seimbang. Ini bukan hanya tentangmu," kata Aurin tegas saat latihan.

Wulan tertegun, hatinya bergetar. "Tapi aku sudah berlatih keras untuk solo ini! Ini mimpiku!" teriaknya, suaranya penuh harap.

"Semua orang di sini memiliki impian, Wulan. Jangan egois!" Aurin membalas dengan nada meremehkan.

Konflik pun pecah. Setiap kali latihan berlangsung, Aurin berusaha meredam Wulan. Dia mulai menempatkan anggota lain di bagian penting, berusaha membuat Wulan merasa terpinggirkan. Wulan berjuang melawan tekanan, merasa kemampuannya dipertanyakan. Setiap kata Aurin seperti pisau yang menusuk hatinya, mengikis kepercayaan dirinya.

Saat minggu kompetisi semakin dekat, ketegangan di klub semakin memuncak. Wulan tahu bahwa dia harus membuktikan diri. Dalam sebuah latihan, saat Aurin menyuruhnya memperbaiki gerakannya, Wulan tidak bisa menahan emosinya lagi. "Aku sudah melakukan yang terbaik, Aurin! Kenapa kau selalu menjatuhkanku?" teriaknya, air mata mulai mengalir di pipinya.

Aurin menatapnya dengan dingin. "Jika kau tidak bisa bekerja sama, mungkin lebih baik kau keluar dari klub!" kata Aurin, suaranya menggetarkan ruangan.

Hati Wulan remuk. Dia merasa terasing dari teman-temannya yang seharusnya mendukungnya. Dia pulang dengan rasa sedih, dan di rumah, dia menemukan pelarian dalam menari. Menari di depan cermin menjadi satu-satunya cara baginya untuk mengeluarkan semua rasa sakit yang terpendam. Dalam gerakan yang berulang, dia menemukan kembali semangatnya, meski rasa sakitnya masih membekas.

Keesokan harinya, Wulan datang ke sekolah dengan tekad baru. Dia ingin berbicara dengan Aurin dan memperbaiki hubungan mereka. Namun, saat mereka bertemu, Aurin tampak lebih tegas. "Wulan, kita harus memilih siapa yang pantas untuk penampilan ini. Kita tidak bisa mengambil risiko," katanya, menatap Wulan tanpa rasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun