"Aku mengerti, Aurin. Tapi aku hanya ingin kesempatan untuk membuktikan diriku. Jika aku gagal, aku akan mundur," Wulan menjelaskan, suaranya bergetar penuh harap.
Aurin menggelengkan kepala. "Kita tidak bisa kalah. Ini adalah tentang klub, bukan hanya tentangmu."
Wulan merasa putus asa. Dia berlatih sendiri, menghabiskan malamnya dengan gerakan yang berulang, berharap bisa menunjukkan pada Aurin bahwa dia layak mendapatkan peran utama. Namun, setiap kali dia berlatih, suara Aurin selalu terngiang di telinganya, mengingatkannya bahwa dia tidak diterima.
Malam sebelum kompetisi, saat Wulan mengunjungi teman-teman seklubnya, dia mendapati Aurin berbicara dengan Gigi, salah satu anggota klub lainnya. "Wulan tidak bisa diandalkan. Kita harus mencari penari lain jika kita ingin menang," kata Aurin, nada meremehkannya membuat hati Wulan remuk.
Wulan pergi tanpa diketahui, air mata mengalir di pipinya. Dia merasa dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya menjadi sahabatnya. Di tengah kekecewaan, Gigi, teman dekat Wulan, mendekatinya. "Wulan, kau adalah penari luar biasa. Jangan biarkan Aurin menghancurkan mimpimu," kata Gigi dengan penuh semangat.
"Tapi aku merasa tidak berharga, Gigi. Bagaimana jika aku gagal?" tanya Wulan, suaranya nyaris putus.
"Kau tidak akan tahu jika tidak mencobanya. Ini tentang dirimu, bukan tentang apa yang mereka katakan," jawab Gigi tegas.
Keesokan harinya, saat hari kompetisi tiba, Wulan memasuki panggung dengan perasaan campur aduk. Di belakang panggung, Aurin berusaha mempengaruhi suasana. "Ingat, kita harus menang. Jangan biarkan Wulan mengambil alih," katanya, mengarahkan pandangan tajam ke Wulan.
Namun, saat gilirannya tiba untuk tampil, Wulan merasakan ketakutan dan keberanian beradu di dalam hatinya. Ketika musik dimulai, dia melangkah ke panggung, merasakan gemuruh penonton yang memberi dorongan. Setiap gerakan terasa seperti ungkapan jiwa, dan saat dia mencapai puncak emosional, Wulan menyadari bahwa inilah saatnya untuk bersinar.
Setelah penampilannya, sorakan penonton menggema di auditorium. Wulan merasa bangga dan percaya diri. Di belakang panggung, Aurin tertegun melihat penampilannya. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya saat dia menyaksikan Wulan mengalahkan semua rintangan.
Setelah pengumuman pemenang, SMP Harapan dinyatakan sebagai juara pertama, dan Wulan diakui sebagai penari terbaik. Aurin mendekati Wulan dengan wajah penuh penyesalan. "Aku minta maaf, Wulan. Aku seharusnya mendukungmu, bukan menjatuhkanmu," katanya tulus, matanya berkaca-kaca.