Tahukah kamu, 37,8% dari total sampah di Indonesia tidak dapat terkelola dengan baik per 2023 (SIPSN, 2024). Total produksi sampah di Kota Yogyakarta mencapai 200 ton dalam setiap harinya.Â
Namun, ada sekitar 60 ton sampah yang belum terolah. Sebagian besar sampah berasal dari rumah tangga, pasar, dan sektor pariwisata. Pemerintah daerah sudah mulai mengambil langkah-langkah seperti meningkatkan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, mengembangkan teknologi daur ulang, dan melibatkan masyarakat dalam program pengelolaan sampah.Â
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan di perkotaan adalah tantangan besar yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan yang terpenting adalah komunitas masyarakat.Â
Seiring dengan meningkatnya populasi dan urbanisasi, volume sampah di kota-kota besar terus bertambah, dan dampak negatifnya terhadap lingkungan semakin terasa. Oleh karena itu, peran komunitas dalam mendukung program pengelolaan sampah berkelanjutan menjadi sangat krusial.Â
Pengelolaan sampah di Masjid Nurul Ashri Deresan Yogyakarta merupakan contoh nyata dari upaya komunitas dalam mendukung program pengelolaan sampah berkelanjutan di perkotaan. Kolaborasi SAMPAH.PRO dan prinsip gotong royong, masjid ini berhasil mengelola sampah dengan lebih baik, sambil mendukung gerakan "Zero Sampah Anorganik" yang diterapkan di Yogyakarta. Meskipun tetap ada tantangan, komitmen masjid dan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan memberikan harapan untuk terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat di masa depan.
Beberapa keunggulan dari pengelolaan sampah komunitas:
1. Mengurangi Beban Sampah di Kota
Beberapa kasus menyebutkan bahwa infrastruktur pengelolaan sampah kota tidak mampu menangani jumlah sampah yang begitu besar, menyebabkan sampah menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan memperparah kondisi lingkungan seperti pencemaran tanah dan air.Â
Dengan keterlibatan komunitas, pengelolaan sampah bisa dimulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga, sehingga beban sampah yang harus diolah oleh pemerintah dapat dikurangi.
2. Meningkatkan Kesadaran Lingkungan
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah berkelanjutan adalah perubahan perilaku. Banyak masyarakat di perkotaan yang belum memiliki kesadaran akan dampak jangka panjang dari pembuangan sampah sembarangan.Â
Oleh karena itu, peran komunitas sangat penting dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya memilah sampah dan mengurangi sampah rumah tangga.Â
Kegiatan edukasi seperti pelatihan daur ulang dan pengenalan konsep zero waste, sering kali dimulai oleh komunitas-komunitas lokal. Program-program semacam ini juga dapat melibatkan generasi muda, sehingga kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan tertanam sejak dini.
3. Mendorong Ekonomi Sirkular
Komunitas dapat berperan dalam menciptakan ekonomi sirkular, di mana sampah bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang dibuang, tetapi sebagai sumber daya yang bisa diolah kembali menjadi produk yang bernilai.Â
Salah satu contoh nyata adalah bank sampah, di mana sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam dikumpulkan, dipilah, dan dijual ke pabrik daur ulang, sementara sampah organik dapat diolah menjadi kompos atau pakan ternak.
Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat, contoh program di Sinduadi, Sleman, yang melibatkan Universitas Gadjah Mada dan berbagai mitra lainnya, berhasil mengolah hingga 18 ton sampah per hari.Â
Dampak yang ditimbulkan tidak hanya menyelesaikan masalah sampah tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pengelolaan sampah dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan.
4. Mendorong Kolaborasi dengan Pemerintah dan Swasta
Untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas. Pemerintah seringkali memiliki keterbatasan sumber daya dan kapasitas untuk mengelola sampah secara menyeluruh.Â
Di sinilah peran komunitas menjadi sangat penting sebagai mitra strategis dalam mendukung kebijakan dan program pemerintah. Selain itu, sektor swasta juga dapat berkolaborasi dengan komunitas dalam mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan, misalnya perusahaan Food and Beverage yang kini mulai beralih ke model bisnis yang lebih ramah lingkungan dan melibatkan komunitas dalam upaya daur ulang dan pengurangan sampah.
5. Mengatasi Tantangan Pengelolaan Sampah di Perkotaan
Meskipun komunitas memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah berkelanjutan, tetap ada tantangan dalam implementasinya. Salah satu tantangan utama adalah mengubah kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang telah terbiasa membuang sampah sembarangan.Â
Edukasi dan kampanye yang berkelanjutan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengadopsi perilaku yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, infrastruktur pengelolaan sampah juga harus terus ditingkatkan agar mendukung program-program berbasis komunitas.Â
Dukungan dari pemerintah dan sektor swasta sangat penting untuk membantu komunitas mengatasi kendala tersebut. Investasi dalam teknologi daur ulang, penyediaan fasilitas pengolahan sampah, dan insentif ekonomi bagi warga yang berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah dapat mendorong keberlanjutan program ini.
Upaya komunitas dalam mendukung program pengelolaan sampah berkelanjutan di perkotaan sangat penting untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh kota-kota besar dalam mengelola sampah.Â
Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, pengelolaan sampah dapat dimulai dari rumah tangga, mengurangi beban pada TPA, dan mendukung terciptanya ekonomi sirkular.Â
Selain itu, komunitas juga berperan dalam meningkatkan kesadaran lingkungan, mendorong kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta, serta mengatasi tantangan-tantangan yang ada.Â
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan hanya dapat tercapai apabila terdapat kerja sama semua pihak, dan komunitas merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkannya.
Referensi:
Kangpoer. (2024, September 9). Pengelolaan sampah mandiri berbasis komunitas di Sinduadi. https://ft.ugm.ac.id. Retrieved September 14, 2024, from https://ft.ugm.ac.id/pengelolaan-sampah-mandiri-berbasis-komunitas-di-sinduadi-sleman
Sampah Pro. (2024, September 11). Bukan Pengolah Sampah Biasa. Retrieved September 14, 2024, from https://sampah.pro/
SIPSN - Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. (2024). Retrieved September 14, 2024, from https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H