Mohon tunggu...
Anita Tahmid
Anita Tahmid Mohon Tunggu... -

suka membaca dan menulis tentang politik, sosial dan budaya, pernah nyantri di Universitas Al-Azhar Kairo dan sekarang tinggal di Solo

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Rustriningsih Perlu Belajar Loyalitas kepada Jokowi

22 April 2013   09:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 4531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: FX Hadi Rudyatmo (sekarang walikota Surakarta), Jokowi, Iriana dan Rustriningsih.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Dari kiri: FX Hadi Rudyatmo (sekarang walikota Surakarta), Jokowi, Iriana dan Rustriningsih. (sumber: solopos.com)"][/caption] Sampai hari ini Rustriningsih masih belum bisa menerima hasil keputusan DPP PDI Perjuangan tentangpenetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah. Partai berlambang banteng moncong putih itu menunjuk H. Ganjar Pranowo SH., sebagai calon gubernur dan Drs. H. Heru Sudjatmoko, M.Si, sebagai calon wakil gubernur. Ganjar saat ini menjabat sebagai anggota DPR, sedangkan Heru sebagai bupati Purbalingga.

Rustri, begitu ia biasa disapa, meyakini bahwa Ketua Umum DPP PDI Perjuangan telah mendapat laporan yang salah sehingga tidak merekomendasikan dirinya. Baginya, posisi wakil gubernur yang telah diembannya selama 5 tahun dan bupati Kebumen 2 periode cukup menjadi modal untuk melenggang ke Wisma Perdamaian.

Karena kecewa tidak direkomendasikan partai, Rustri sampai sekarang belum mau bertemu dengan Ganjar. Berbagai cara telah dilakukan pria kelahiran Karanganyar berusia 45 tahun itu, namun Rustri tetap menutup pintu hatinya rapat-rapat.

Apa hak Rustri untuk kecewa?

Sebagai kader partai, seharusnya Rustri tidak perlu kecewa. Apalagi, ia mengaku telah 27 tahun berada di PDI Perjuangan. Berarti, ia harus dianggap tahu bagaimana penentuan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yang itu bukan wilayah kewenangannya, tetapi menjadi kewenangan DPP PDI Perjuangan. Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat deklarasi Ganjar-Heru di Stadion Manahan Solo, 14 April 2013 telah menegaskan bahwa pemilihan Ganjar sudah melalui pemantauan terus-menerus dan panjang.

"Saya selalu mendengarkan aspirasi dari bawah. Kita lihat calon-calon yang dipilih itu selama ini berkontribusi apa. Minta namanya ditaruh di bagian kaki atau ditaruh di bawah,” ujar Megawati. Rustri harus ingat dengan peristiwa lima tahun yang lalu saat ia dipilih DPP PDI Perjuangan sebagai calon wakil gubernur, mendampingi Bibit Waluyo sebagai calon gubernur. Apakah Rustri sudah lupa bahwa pemilihan dirinya saat itu telah menyingkirkan kader-kader partai lainnya? Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah kala itu, Murdoko dan Gubernur incumbent, Ali Mufiz yang ditempatkan pada urutan pertama usulan calon gubernur dan wakil gubernur dari DPD Jawa Tengah, pun ikut terdepak. Partai menurunkan rekomendasi tentu melalui proses yang matang dengan mempertimbangkan banyak hal. Pada Pemilihan tahun 2003 yang merupakan perhelatan demokratis (dipilih oleh DPRD) pertama kali di era reformasi, DPP PDI Perjuangan merekomendasikan pasangan Mardiyanto (gubernur incumbent) berpasangan dengan Ali Mufiz. Waktu itu, Ketua DPD PDI Perjuangan Mardijo karena membangkang keputusan partai, menerima sanksi pemecatan. Pada Pemilihan tahun 2008 yang merupakan pemilihan langsung oleh rakyat pertama kali, DPP PDI Perjuangan tidak merekomendasikan Ali Mufiz, padahal Mufiz saat itu menjabat gubernur menggantikan Mardiyanto yang ditunjuk sebagai menteri dalam negeri. Partai memilih Bibit Waluyo yang mantan panglima Komando Strategi Angkatan Darat (pangkostrad), yang diyakini lebih baik dan mampu berkontribusi buat partai. Namun, dalam perjalanannya, kontribusi Bibit tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai kader PDI Perjuangan, Bibitenggan berkampanye untuk partai tahun 2009 dengan alasan ia tidak cuma milik PDI Perjuangan, tetapi ia adalah gubernur untuk seluruh rakyat Jawa Tengah. Berarti, orang-orang PDI Perjuangan hanya dianggap sebagai pendorong mobil mogok. Bibit-lah mobil mogok itu. Begitu mobil sudah bisa berjalan dan berlari dengan kencangnya, ia hanya bilang, “da.. da.., selamat tinggal, good bye”. Habis manis sepah dibuang. Dua kali Bibit melamar PDI Perjuangan untuk dijadikan kendaraan politik setelah ia pensiun dari tentara. Tahun 2007 di DKI Jakarta dan tahun 2008 di Jawa Tengah. Di Jakarta, ia kalah saing dari Fauzi Bowo, lalu ia pulang kampung mencoba lagi di daerah asalnya. Pria kelahiran Klaten 63 tahun yang lalu itu lagi-lagi hanya mengandalkan dukungan dari PDI Perjuangan. Setelah melalui pertimbangan yang matang, Megawati memberi kepercayaan kepada Bibit, dan itu berarti menyingkirkan gubernur incumbent, Ali Mufiz yang pernah didukung PDI Perjuangan pada pemilihan sebelumnya (2003). Setelah terpilih, muncul kesan seolah-olah Bibit seperti kacang lupa kulite. PDI Perjuangan kali ini tidak mencalonkan Rustri pun bukan tanpa pertimbangan. Seharusnya, Rustri tidak mencari-cari kesalahan kepada orang lain, tetapi introspeksi diri, ber-muhasabah, berdialog dengan diri sendiri, kenapa partai tidak mendukungnya. Apakah kontribusinya terhadap partai selama ini tidak sebanding dengan besarnya dukungan partai kepadanya untuk menjadi wakil gubernur? Apakah kinerjanya sebagai wakil gubernur kurang maksimal? Apakah ia pernah bertindak yang menyakiti partai (misalnya menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nasdem Jawa Tengah)? Sibuk mencari-cari kekurangan dan kesalahan pada diri sendiri jauh lebih mulia di mata Tuhan dan juga di mata publik. Kalaulah tidak menemukan kekurangan atau kesalahan pada diri sendiri, Rustri bisa mencari kelebihan dan keunggulan yang terdapat pada diri Ganjar. Bisajadi alumni Hukum UGM itu telah banyak berkontribusi untuk partai, tidak pernah menyakiti partai dan setiap penugasan yang diberikan partai selalu dilaksanakan dengan baik. Atau, partai memang sedang memberikan kesempatan kepada Wakil Ketua Komisi II DPR itu sebagaimana partai pernah berikan kepada Rustri sebanyak 3 kali. Belajarlah Loyalitas kepada Jokowi! Ketika Jokowi masih menjabat sebagai walikota Surakarta, ia direkomendasikan oleh DPP PDI Perjuangan untuk maju sebagai calon gubernur di DKI Jakarta. Jokowi tidak mengelak dan juga tidak mengeluh. Baginya, rekomedasi partai adalah perintah yang harus dijunjung tinggi, meskipun ia harus menghadapi rintangan yang berlika-liku penuh onak dan duri, seperti masuk kandang macan. Padahal, kalau Jokowi maju di pemilihan gubernur Jawa Tengah, tentu rintangannya tak sebesar di ibukota. Demikian juga, ketika Jokowi diperintahkan DPP PDI Perjuangan untuk berkampanye di Jawa Barat dan Sumatra Utara belum lama ini, ia tidak menolak. Ia tidak mengatakan, “Saya ini gubernur DKI Jakarta, bukan hanya milik PDI Perjuangan. Saya ini pemimpin Jakarta, untuk apa ikut-ikutan ngurus privinsi lain”. Dengan senang hati, ia melaksanakan perintah partai. Pada saatDPP PDI Perjuangan merekomendasikan Ganjar sebagai calon gubernur Jawa Tengah, Jokowi langsung memberikan dukungan. Ia menyatakan siap berkampanye untuk Ganjar dan juga memberikan saran-saran pemenangan. Jokowi tidak mau tahu kenapa yang direkomendasikan partai adalah Ganjar, bukan Rustri. Walaupun hubungan Jokowi dengan Rustri cukup dekat, namun hal itu tidak membuat Jokowi lantas kecewa dan sakit hati saat Rustri tidak dipilih oleh partai. Bagi Jokowi, apa yang diputuskan partai itulah yang terbaik. Karena itu, Jokowi pun dengan tegas mengatakan bahwaGanjar adalah kader berkualitas pilihan partai untuk merebut kursi Jateng-1. [caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Jokowi dan Ganjar bersama masyarakat Surakarta saat car free day (sumber: sindonews.com)"][/caption] Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan Rustri ke depan? Hari pemungutan suara jatuh pada 26 Mei 2013. Kurang lebih ada waktu 1 bulan baginya untuk menentukan sikap. Sebagai kader partai demokrasi, tentulah ia memahami nilai-nilai demokrasi. Seorang demokrat sejati akan berusaha mati-matian memperjuangkan kepentingannya sebelum keputusan dijatuhkan. Akan tetapi, setelah palu diketokkan ia akan menghormati dan menjunjung tinggi serta membela mati-matian keputusan itu sekalipun bertentangan dengan kepentingan pribadinya. Contohlah Hillary Clinton! Sebagai anggota Kongres, advokat dan mantan ibu negara Amerika, ia cukup percaya diri bisa memenangkan pemilihan pendahuluan di internal Partai Demokrat tahun 2008. Namun ternyata ia kalah dari Barack Obama, kandidat yang awalnya tidak diperhitungkan. Ia pasti kecewa dan sedih, tetapi tidak perlu berlama-lama. Ia segera berpidato di hadapan pendukungnya, mengatakan bahwa ia mendukung Obama sebagai calon presiden yang dipilih oleh partai dan ia mengajak pendukungnya untuk mengikutinya. Berhubung Rustri seorang muslimah yang selalu mengenakan jilbab, saya ingin mengajaknya untuk melibatkan agama dalam urusan politik ini. Renungkanlah Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 216 yang artinya, “Bolehjadi kamu membenci sesuatu, padahal ternyata ia amat baik bagimu, dan bolehjadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ternyata ia amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Bolehjadi hari ini Rustri membenci keputusan partai yang tidak merekomendasikannya, padahal tidak mustahil keputusan itu justru amat baik bagi dirinya. Karena itu, ia tidak perlu kecewa, marah, kesal, sakit hati dan mengeluarkan pernyataan yang tidak perlu. Hidup Rustri masih panjang. Tidak dipilih sebagai calon gubernur bukan berarti dunia kiamat. Bukan berarti akhir dari segalanya. Lima tahun lagi masih akan ada pemilihan gubernur. Bahkan tahun depan ada pemilihan presiden. Lihatlah Richard Nixon! Sebagai wakil presiden Amerika 2 periode, ia kalah dari John F Kennedy dalam pemilihan presiden tahun 1960. Kekalahan itu tidak menjadi akhir dari karir politiknya. Delapan tahun kemudian ia berhasil dicalonkan kembali oleh partai yang sama, Republik, dan memenangkan pemilihan presiden. Lebih baik Rustri berprasangka baik, husnudh-dhon, positive thinking bahwa ada hikmah (pelajaran) yang diberikan Tuhan di balik kegagalannya mendapatkan rekomendasi partai. Bisajadi Tuhan sedang mempersiapkan Rustri untuk pengabdian yang lebih tinggi, atau Tuhan akan memberikan jabatan kepadanya pada saat yang tepat saat ia betul-betul siap, atau memang Tuhan ingin menunjungkan kasih sayang-Nya dengan cara menjauhkan Rustri dari hingar-bingar dunia politik yang menurut Iwan Fals “kejam, menghantam, menjilat, menghasut, menindas dan memperkosa hak-hak”. Tidak ada gunanya Rustri terus-terusan memelihara kesedihan, kekecewaan dan kebencian. Tidak ada alasan untuk membenci Ganjar, karena ia hanya melaksanakan rekomendasi partai. Tidak ada untungnya melawan partai, karena sesungguhnya partai telah memberikan kepercayaan kepadanya sebanyak 3 kali untuk mengabdi di eksekutif. Tidak mungkin Rustri bisa terpilih sebagai bupati Kebumen pada Sidang Paripurna DPRD tanggal 15 Maret 2000 dengan meraih 22 suara dari 43 anggota DPRD yang hadir, tanpa rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan. Tidak mungkin ia bisa kembali terpilih sebagai bupati Kebumen pada pemilihan kepala daerah tanggal 5 Juni 2005 dengan memperoleh 77,49 % suara, tanpa rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan. Dan, tidak mungkin ia bisa terpilih sebagai wakil gubernur Jawa Tengah pada pemilihan tanggal 22 Juni 2008 dengan memperoleh 43,44 % suara tanpa rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan. Tidakkah ketiga rekomendasi itu cukup membuat Rustri harus berterima kasih kepada PDI Perjuangan? Lantas sekarang, saat partai membutuhkan bantuannya untuk memenangkan pemilihan gubernur, apa yang bisa ia berikan untuk partai? Sebagai kader partai, seharusnya ia menyadari tanggung jawabnya untuk membantu mengamankan rekomendasi partai. Kalaulah ia tidak bisa membantu dengan tenaga, pikiran atau uang, mestinya ia tidak menciptakan suasana seolah-olah PDI Perjuangan tidak solid atau pecah. Imam Ghazali menulis dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin sebagai berikut:

فَإنَّ الإيْمَانَ نِصْفَانِ نِصْفُ صَبْرٍ وَنِصْفُ شُكْرٍ

Artinya, “Imanitu tersusun dari dua bagian. Separohnya sabar dan separohnya lagisyukur.

Orang yang beriman akan sabar ketika diberi musibah atau harapannyabelum terkabul, dan ia akan bersyukur manakala mendapatkan apa yangdiharapkan atau kenikmatan. Saat ini, sebaiknya Rustri bersabar saja setelah tidak direkomendasikan oleh DPP PDI Perjuangan dan bersyukur atas kesempatan yang telah diberikan untuk mengabdi sebagai bupati dan wakil gubernur. Janji Allah dalam Surat Ibrahim : 7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”.

Terakhir, saya berpesan kepada Rustri dengan mengutip sebuah pepatah Arab berikut ini:

عِنْد الامْتِحَانِ يُكْرَمُ الْمَرْءُ أوْ يُهَانُ

Artinya, “Pada saat ujian, kemungkinan seseorang akan menemukan 2 hal: kemuliaan (karena lulus ujian) atau kehinaan (karena gagal melewati ujian)”. Hari ini tidak hanya siswa-siswi SMP yang sedang menghadapi ujian. Rustri juga sedang diuji. Kalau ia sanggup melewati ujian ini dengan baik maka ia akan memperoleh kehormatan dan kemuliaan sebagai orang yang lulus. Publik akan hormat dan bangga atas jiwa besar Rustri yang menghormati keputusan partai. Sebaliknya, jika ia gagal menghadapi ujian, ia akan mendapatkan kehinaan karena tetap tinggal di kelas yang lama atau malah turun kelas. Publik akan mencibirnya dengan mengatakan, “Ternyata hanya sampai di sini kenegarawanan Rustri. Maunya hanya didukung, menang pemilihan dan berkuasa.” Semoga Rustri lulus ujian....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun