Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Orangtua, Jangan Takut ke Rumah Sakit Jiwa

12 Oktober 2020   22:27 Diperbarui: 12 Oktober 2020   22:43 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini permasalah pada anak semakin menjadi sorotan, mulai dari kasus-kasus ringan sampai pada kasus pembunuhan banyak melibatkan anak-anak di bawah umur.

Menjadi penting untuk orang tua mengetahui setiap prilaku tidak wajar yang di munculkan oleh anak-anak kita. Sebagai orang tua sudah saatnya memberikan contoh yang baik untuk prilaku anak seperti yang orang tua inginkan.

Kadang hal sepele menurut kita belum tentu menjadi gampang pada seorang anak, ini yang sering menjadikan orang tua kadang berada pada pilihan yang sulit. Dengan menyamakan kemampuan kita menyelesaikan masalah dengan anak adalah bukan hal yang benar, sering orang tau mengatakan "ah itu aja pun".

Adakalanya hal kecil bagi orang tua menjadi malapetaka bagi anak, disini peran orang tua di tuntut untuk dapat menempatkan diri sesuai dengan usia anak.

Di sisi lain mindset atau stigma dari masyarakat juga membuat banyak orang tua memilih berkunjung pada psikolog atau psikiatri yang berada di luar ruang sakit jiwa.

Menjadi orang tua yang bijaksana justru lebih susah di saat kita harus memilih antara bagaimana "kata orang" dari pada kebaikan u tuk anak kita. Dilema ini yang cendrung memenuhi ruang hampa bagi orang tua anak dengan gangguan mental baik organik maupun non organik.

Beberapa kasus di bawah ini yang menjadi alasan bagi orang tua untuk mengunjungi psikiater  atau psikolog.

1. Gangguan sprektrum autisme
Mungkin sebutan ini sudah sangat familier bagi sebagian masyarakat, bahkan di kota-kota besar saat ini banyaj orang  tua yang memiliki anak dengan gangguan ini memiliki komunitas.

Kasus ini banyak bermunculan setelah adanya poli psikiatri anak dan remaja, dengan berbagai alasan. Mulai dari tantrum yang di munculkan oleh anak yang sudah tidak bisa dikendalikan, emosi yang berlebihan dan lain sebagainya.

Tidak ada yang salah juga bagi orang tua yang memilih tidak menggunakan teraphi farmakologi dalam menangani maslah autis ini, karena banyak juga oranb tua yang berhasil tanpa obat -obatan.

2. Disabilitas intelektual
Selama ini mungkin kita hanya mengaitkan dissabiltas dengan kecacatan fisik dan jarang sekali perduli terhadap disabilitas inteletual. Dimana kasus ini saat ini banyak bermunculan, gejala sering di munculkan anak antara lain: mengalami penurunan intelektual terhadap hampir semua prilakunya.

Dan kemunduran ini sudah pernah di capai pada usia tertentu tanpa ada kendala, gejala ini yang membedakan antara retardasi mental dan disabilitas intelektual.

Peran oranb tua dalam mengetahui perkembangan anak sesuai dengan usia sangat lah penting dalam hal ini. Di mana orang tua menjadi penentu untuk mengambil keputusan saat anak membutuhkan seseorang.

3. Retardasi mental

Retardasi adalah kemunduran yang terjadi pada mental anak dimana akan di jumapai Cronologis age ( umur kalender) akan berbeda dengan mental age ( umur mental).

Yang membedakan anatara retardasi mental dan  disabilitas intelektual adalah dari gejala yang di nampak kan anak, retardasi mental atau sering di singkat dengan RM.

Gejala yang nampak sudah di ketahui lebih awal sejak anak mulai menunjukan prilaku seperti ; lambat dalam merespon yang diberikan, terlihat tidak sesuai dengan usianya saat ini (perihal prilaku).

Pada kasus ini harus di dukung dengan pemeriksaan penunjang pemeriksaan tes IQ untuk dapat menentukan di rate mana anak tersebut berada. Dengan demikian, orang tua dapat menentukan apa yang harus di siapkan untuk masa depan mereka.

4. Depresi dengan gejala psikotik

Depresi adalah sebuah keadaan Dimana seseorang berada dalam sebuah tekanan yang berat sehingga membuat dirinya sulit untuk memutuskan pilihan. Depresi ini terdiri dari tiga tingkat yakni ringan, sedang dan berat.

Jika anak yang di bawa oleh orang tua untuk konsultasi ke psikiater adalah anak-anak yang sudah berada pada depresi tingkat berat. Dimana ia sudah tidak bisa mengendalikan diri dalam hal emosi, tidur, makan, dan mengurus diri lainnya.

Bahkan yang lebih berbahaya adalah ketika anak sudah mulai berbicara sendiri, menangis seketika dan atau marah secara tiba-tiba.

Sebaiknya orang tua teliti melihat gejala yang muncul pada anak sedini mungkin untuk menghindari pada gel aja psikotik yang akan muncul. Karena secara keilmuan akan lebih mudah mengobati pada saat depresi masih ringan.

5. Gangguan emosi dan prilaku

Kasus ini banyak bermunculan akhir-akhir ini, antara lain sedikit banyaknya berpengaruh pada kebiasaan anak yang mulai menyimpang . Contoh kasus yang paling banyak adalah gangguan emosi marah, biasanya pada permintaannya yang tidak dipenuhi.

Orang tua menjadi tonggak pertama dalam rumah untuk mencari solusi terbaik dan memilih pola asuh yang tepat untuk perkembangan mental dan fisik anak.

Akan tetapi tidak semua orang tua faham terhadap pola asuh dan tahap perkembangan tersebut, sehingga banyak anak yang tidak bisa membedakan antara salah dan benar.

Sebagai orang tua saya merasa penting untuk seluruh orang tua di dunia untuk mengetahui tingkat perkembangan mental anak, sehingga orang tau mampu mengambil sikap.

Apakah harus menjumpai psikatri atau cukup mengasuh sendiri pada kasus- kasus rumit anak. Sekali lagi menurut saya,  orang tua adalah orang yang paling faham terhadap apa saja yang terjadi pada anaknya sejatinya orang tua adalah sosok pertama yang selalu ada di samping anak.

Jadilah orang tua yang cerdas dan bijak dalam mengambil keputusan, karena kesalahan kita mengambil keputusan adalah sama hal nya dengan menghancurkan masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun