Saya setuju dengan pernyataan banyak orang "Keluarga adalah harta yang paling berharga" dan itu yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak saya. saya adalah seotang ibu dari tiga putri yang mulai beranjak remaja. dimana dalam rumah akan selalu terdengar beda pendapat bahkan pedebatan panjang. kami tidak sedang ada masalah tapi ya begitu fitrahnya anak remaja. Selalu memiliki argumen di setiap pembahasan yang pada ibu lain bisa jadi ini dianggap dengan anak keras kepala akan tetapi saya selalu bersyukur setiap ia menjawab saya. Karena Allah berikan dia kesempurnaan.
Mempertahankan komunikasi pada anak remaja tidak bisa dengan emosi, harus ada pendekatan emosial yang baik dan juga pemilihan kata-kata yang tidak berkesan membantah dan menggurui. Saya tidak bilang ini mudah ini merupakan fase yang sulit yang sedang saya jalani. Memiliki anak remaja seolah kita harus kembali menjadi remaja juga agar bisa di jadikan sebagai teman oleh nya.
Kesannya terlalu memanjakan anak?
Beda ayah bunda, memanjakan dengan mendengarkan itu dua hal yang berbeda. Saya ingin membagi pengalaman saya dalam mengasuh remaja kami di masa media sosial merupakan ancaman terbesar. Berikut beberapa tips yang saya terapkan di rumah sehingga kini menjadi sahabat, ini bisa membantu para bunda yang sedang mengasuh anak remaja.
1. Reward dan Punishment
 Di rumah saya menerapkan aturan yang merujuk pada token ekonomi, aturan ini anak berhak mendapatkan imbalan dan juga harus ada hukuman terhadap apapun pelanggaran. Di sini biasanya bukan anak yang menjadi masalah  akan tetapi orang tua yang jarang konsisten terhadap aturan.Â
Nah, untuk menjaga konsistensi ada baiknya orang tua ( Ayah dan Ibu) membuat kesepakatan terhadap peraturan dan tentang reward juga punishmaentnya.Jika tidak akhirnya yang akan berdebat dan kemuadian menjadi masalah baru adalah orang tuanya, ada hal yang ibunya boleh tapi ayahnya keberatan. Hal ini akan di lihat dan di jadikan perbandingan oleh anak  "bagaimana kami tidak berdebat terus mereka juga sering berdebat". ini sebisa mungkin harus dihindari  seandainya pun harus terjadi usahakan anak-anak tidak melihat dan mendengar.
2. Berkisah
Setiap malam selepas shalat dan mengaji kami biasanya menghabiskan waktu berkisah, adakalanya kami berdua yang bercerita dan juga kadang anak-anak yang bercerita kami yang mendengar. Jangan mengunci topik, karena anak-anak kurang suka dengan peraturan yang kaku dan intruksi yang mengharuskan , bebaskan tema termasuk ketika mereka ingin bercerita tentang teman sebayanya.Â
Di akhrir cerita ayah bunda boleh menyimpulkan dan menanyakan kembali apa hikmah yang bisa di petik dari kisah itu dan jika ayah bunda hafal beberapa hadist bisa juga di kunci dengan hadist dan ayat Alquraan untuk menjadikan itu pelajaran berharga.
3. Saling terbuka
Berkomunikasi adalah sebuah proses dimana melibatkan beberapa orang yang ingin menayampaikan informasi dengan pesan yang sudah ada kemudian mengaharapkan respon yang baik dari lawan komunikasinya. Jika proses ini dilakukan dengan ledakan emosi dan atau saling tidak jujur maka kita akan menemukan kehancuran yang akan menutup jalan keluar. Saat berkomumnikasi dengan anak orang tua harus memperhatikan perasaan anak, apakah saat ini saat yang tepat untuk membicarakan itu arau tidak.danÂ
Happy selalu ayah bunda,,,
Salam sehat jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H