Zaman kian terbuka.
Bicara sesuka.
Bertindak macam raja.
Berharap menjadi pemuka.
Lalu dipuja.
Segala rupa ditata.
Banda pun tak lupa disibaknya.
Apa yang sekedar terus memudar.
Arsenikum merajut kepala.
Seakan tak berwujud namun berbahaya.
Namun ini kebalikannya.
Mungkin terlalu buruk jika berharap distopia.
Kunikmati omong-kosongnya.
Pun tenggelam dalam popularitasnya.
Bak rayap menggerus jati.
Seolah baka namun lapuk juga.
Tapi sayang, mereka lupa hingga membabi-buta.
Kini, panggung itu justru menjadi-jadi.
Ah, zaman!
Selalu engkau yang disalahkan.
Padahal aku yang pecundang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H