***
"Nino, keren banget Bapak kamu!!viral!!"teriak Deni dengan mata berbinar. "Viral kenapa?" tanya Nino heran bercampur kesal karena mengira itu adalah ejekan. "Bapak kamu nolongin Nando, ituloh youtuber yang sultan itu. Mobil dia ga bisa jalan di atas rel, terus tiba-tiba ada kereta yang mau lewat. Bapak kamu bantu Nando keluar dari mobilnya. Kalau enggak...Wah, bisa Innalillahi tuh. Mobil lamborgini nya aja rusak parah." cerita Deni penuh semangat. Seketika teman sekelasku ramai mengerumuniku untuk ikut mengomentri. Aku hanya bisa terheran-heran.Bagaimana tidak,kami sekeluarga tidak memiliki handphone.
Aku dan Nino berdiri terheran-heran ketika sepulang sekolah, rumah kami ramai dengan orang-orang dan kamera. "Ada apa ya, Kak?"tanya Nino penasaran. "Kakak juga tidak tahu, ayo kita masuk!"ajakku pada Nino. "Eh, kalian sudah pulang?ayo masuk sini".teriak bu RT sambil menarik tangan kami ke dalam rumah. Entah mengapa beliau bersikap tidak seperti biasanya. Kami hanya bisa memperhatikan keramaian yang tidak biasa di rumah mungil kami.
 "Bapak juga tidak tau kalau Bapak divideoin pas nolong. Bapak kan biasa nolong gitu. Kalau bukan Bang Aji yang bilang viral, Bapak juga ga tau"terang Bapak kepada kami seusai para tamu sudah pulang."Ternyata artisnya yang tadi ganteng banget ya, ibu jadi deg-degan. Tapi kayaknya dia jarang ada di tivi" ujar Ibu bersemangat. "Kalau Mira bilang dia youtuber terkenal, Bu. Sultan gitu pokoknya ". "Jadi dia itu sultan? Dari kerajaan mana ? " tanya Ibu penasaran. "Sultan itu artinya orang kaya, Bu. Bukan dari kerajaan"terangku pada Ibu.Ibu mengangguk masih dengan wajah herannya.
***
"Ya Allah, Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah Kau berikan pada kami sekeluarga. Jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersyukur dengan apa yang Kau berikan" samar aku dengar do'a lirih dan isakan di sepertiga malam, sepertinya suara Bapak. Aku tak kuasa menahan kantuk dan terlelap kembali.
Esok pagi di hari Minggu yang cerah, kami kembali kedatangan tamu. Dengan adanya peristiwa viral tersebut, nama keluarga kami menjadi harum dan menjadi sorotan. Bapak banyak diwawancarai oleh berbagai media, termasuk diundang membuat konten dari sang Sultan Nando.
" Atas nama pribadi dan keluarga saya berterima kasih sekali atas pertolongan yang diberikan oleh Pak Rahmad kepada saya. Kalau tidak ada Bapak, mungkin saya sudah tidak ada di sini."ucap sang Sultan. "Saya tidak dapat membalas dengan apa-apa, karena In syaa Allah akan dibalas oleh Yang Kuasa. Tapi izinkan saya untuk memberikan rasa terima kasih saya kepada Bapak sekeluarga dengan memberikan anak-anak Bapak beasiswa hingga perguruan tinggi dan modal usaha untuk ibu membuat warung."lanjut sang Sultan menjelaskan. Seketika kami berempat hanya bisa sujud syukur dan berulang kali mengucapkan terima kasih. Kulihat ibu tak kuasa menahan tangis bahagianya.
"Selain itu saya juga sudah bertemu pihak terkait. Palang pintu kereta api akan dibuat resmi dan permanen, sehingga lebih menjamin keselamatan. Pak Rahmad juga akan dipercaya sebagai penjaga palang kereta api yang resmi, sehingga akan diberikan seragam, peralatan keselamatan dan gaji tiap bulannya." terang sang Sultan menjelaskan. Bapak dan Ibu kembali mengajak kami sujud syukur. Seketika tangis kami meledak karena berita ini dan tak hentinya mengucapkan terima kasih.
***
"Bapak !!!"teriak Nino penuh semangat saat kami mengantarkan sarapan ke pos kereta Bapak."Eh, anak-anak Bapak.Sudah siap ke sekolah?"tanya Bapak dengan kalimat yang selalu sama."Kita bawa sarapan untuk Bapak, nasi uduk dua bungkus, yang satu buat Bang Aji" jelas Nino. "Wah, sedap sekali menunya" ujar Bapak. Kami kemudian pamit untuk berangkat ke sekolah. Tiba-tiba Nino membalikkan badan dan berlari memeluk Bapak. "Bapak, maafin Nino ya selama ini Nino jahat sama Bapak"ucap Nino. Bapak yang keheranan menyambut pelukan Nino dengan hangat sambil berkata." Nak, jadikan segala penghalang menjadi tantangan yang kita selesaikan. Angkat tangan kita untuk meminta kepada Allah, biarkan Allah yang turun tangan membereskan masalah kita".terang Bapak kepada kami. Akhirnya kami berpamitan berangkat ke sekolah.