Meski jejaknya tak tampak oleh kasarnya mata
NOTE: -
Kesempatan yang ku raih di setiap bulanya memberiku makna yang terus menampar diri. Hari yang berkisar menyimpanku dalam kenangan yang sulit di kenang. Â Pada akhirnya mengikis diri pada perbaikan, Â ternyata bukan mereka yang mencari sebab diri tersesat. Â Melainkan diri ini yang memilih tersentak, Â nyatanya "aku" yang belum mendewasa dengan sikap yang tak sedia memafkan kesalahan sesama. Â
Intrik yang buruk akan terpatahkan dengan trik yang tepat. Â Tenangkan diri dengan zikir Ilahi, Â sebab padanya ada ke damaian. Â Jika engkau mendidik maka sejatinya diri sedang bertarung dengan kegusaran hidup, Â sebab muridmu adalah dunia baru yang perlu diperhatikan, Â di cerna dan dibaca karakternya.Â
Puisi tentang intrik itu merupakan ungkapan diri akan tempat yang tak nyaman. Â Memberi isu yang kontradiksi agar seseorang jatuh dalam perangkap ke tak berdayaan. Â Anginya menuju padaku, Â sebab hening juga tak terlalu baik. Diam tak juga pantas, Â namun berucap-pun rasanya akan salah. Â Menikmati hari dengan tantangan merupakan usaha membentuk kedewasaan diri. Semangat bertumbuh meski toxicnya menyerang. Â Jawaban terbaik adalah mencari penawar. Â Bi iznillah Allah akan mudahkan jalanmu, Â insyaAllah. Tetap konsisten dalam kebenaran, Â meski waktu akan menjawab tak secepat kedipan mata.Â
Bismillah, Â Innallaha Ma'ana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H