Mohon tunggu...
Anita Permata Sari Harefa
Anita Permata Sari Harefa Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Mahasiswi Matematika di IAIN Takengon angkatan 2016 Anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam HmI Cabang Takengon Komisariat IAIN Takengon. Saat ini telah menjadi guru honorer di Sekolah Swasta yaitu SMP DAMUHA ACEH TENGAH, bidang yang di tekuni dan di ampu adalah mata pelajaran matematika.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Kaktus

6 Maret 2023   09:28 Diperbarui: 6 Maret 2023   09:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaktus di Ruang Kesehatan. dokpri

Kaktus,  tanaman berduri yang sabar asal mula di gurun pasir, tandus dan kering.  Kaktus kemudian menjadi tanaman yang indah,  hijau,  cantik dan penuh dengan cerita.  Bagaimana ia bertahan di tengah kesukaran?  Bagaimana ia hidup di tanah berpasir yang tandus? Bukankah tanaman memerlukan air untuk hidup, mengantarkan sari pati makanan untuk tumbuh dan kuat. 

Ayo belajar dari kaktus,  dengan kesabaran dan ketekunan ia berjuang sekaligus bertahan pada kondisi tersebut dengan izin sang Pencipta.  Sebab baginya itulah sunatullah nya,  itulah jalanya,  itulah takdirnya.  

Belajar dari kaktus,  tentang optimis akan menemukan bulir air di pasir yang gersang. Sabar penuh yakin,  rejekinya ada dengan jemari akar yang merayap di dalam ngilunya terik mentari yang menyayat.  Belajar tangguh tanpa menyerah dari kaktus,  sebab ia tak mau mengakhiri diri meski dalam kondisi kritis.  

Yakinlah seperti kaktus, pada Tuhannya yang meletakkan alur hidupnya di tengah gurun yang tandus.  Sabarnya adalah diam,  tasbihnya adalah angin,  syukurnya adalah duri pelindung dan geraknya adalah jihad mencari rezeki dan menjaga keyakinan nya tetap utuh. 

Semangatnya adalah perjuangan,  tidak menyerah meski kondisi menyayatnya. Anehnya ia berhasil karena kegigihan rongga tubuhnya terisi penuh air. Maka nikmat yang mana yang pantas di dustakan? 

Layaknya kaktus,  tidak pernah menginginkan di takdirkan di gurun.  Kita juga sama,  rumah kita,  dunia kita,  hidup kita patut untuk disyukuri.  Diluar sana, berjuta jiwa masih kebingungan akan dirinya.  Maka bersyukur dan ikhlas seperti kaktus akan membawa bahagia pada akhir perjuanganya serta bermanfaat meski di tengah kemustahilan sekalipun.  Kita hanya perlu membaca alam,  bukan sekedar teori tanpa pengalaman.  Kehidupan kita adalah hidup bersama raga sekaligus jiwa yang di motori akal dan nafsu. Jika engkau mengetahui satu kebaikan,  maka lakukanlah semampu diri kita masing-masing.  Debat dan argumen bukanlah solusi kebaikan,  tapi perbuatan dan tindakan menjadi nilai esensi manusia di bumi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun