Membuat orang takut bukan solusi, sebaliknya melahirkan masalah baru. Perusahaan atau poemberi kerja masa sekarang ada saja yang masih senang menghadirkan suasana "mencekam" dalam lingkungan kerja pekerjanya. Tujuannya tentu saja agar pekerja melaksanakan semua yang "diperintah" oleh perusahaan tanpa perlawanan. Jika sudah demikian maka suasana kerja nampak seperti jaman penjajahan.Â
Tanpa sadar sebenarnya perusahaan yang menciptakan suasana ketakutan sebenarnya tengah menciptakan bahaya laten. Dan, inilah yang sebenarnya melahirkan pemberontak di dalam perusahaan. Meskipun perusahaan diwajibkan untuk menaati peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang dibuat pemerintah agar dibentuk Serikat Pekerja (SP), namun demikian mari memikirkan bagaimana perusahaan yang tidak mengijinkan terbentuknya SP
Perusahaan yang tidak mengijinkan dibentuknya SP, ibaratnya adalah seperti penjajah, dan pekerja adalah terjajah. Perusahaan dalam hal ini memiliki kekuasaan mutlak dan pekerja tidak memiliki posisi tawar untuk menolak apa yang diminta perusahaan. Jangan ditanya bagaimana tekanan yang dialami dan dirasakan oleh pekerja, karena sudah pasti para pekerja tersebut mengalami tekanan luar biasa dan bekerja terasa seperti penyiksaan luar biasa. Penyiksaan ini terjadi dari hari ke hari dan bagi para pekerja serasa tidak kunjung berakhir.
Namun demikian pekerja adalah manusia, yang dinamis dan mampu mengelola logikanya. Lambat laun, muncul individu yang berani mendobrak tirani kekuasaan, meskipun tidak seperti saat rakyat menghadapi penjajah dengan bambu runcing, namun adanya unsur pemberontakkan dengan menggunakan kemampuan intelektual. Kemampuan ini kemudian memunculkan satu atau dua orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi lainnya untuk menunjukkan kepada perusahaan, bahwa kondisi "terjajah" sudah melelahkan.
Pada akhirnya, perusahaan dan pekerja terjebak dalam kondisi carut marut, dan seakan-akan dunia akan berakhir. Muncul kesulitan untuk mencari titik temu antara keinginan perusahaan. Kemudian, antara perusahaan dan pekerja menyadari buruknya membiasakan rasa takut di dalam kehidupan bekerja. Dampak dari konflik antara perusahaan dengan pekerja adalah munculnya rasa trauma baik antara perusahaan dan pekerja.
Menakuti pekerja sudah sepantasnya tidak lagi merupakan hal yang sudah tidak lagi relevan di masa sekarang. Pekerja memerlukan lebih dari sekedar "ketakutan", diantaranya adalah keinginan untuk melakukan sesuatu untuk perusahaan didasarkan karena kecintaan pekerja pada perusahaan, dan ada hasrat untuk ingin terus maju bersama dengan perusahaan.Â
Pada kenyataan memang disadari bahwa sebenarnya tidak ada jalan yang paling baik di dalam usaha perusahaan untuk membangkitkan "kemauan" dari pekerja untuk berusaha selalu bersama dengan nilai-nilai dan tata aturan yang dibangun dalam perusahaan, namun setidaknya perusahaan perlu menyadari bahwa pekerja sebagai seorang individu memiliki hal yang unik dan bisa dibentuk dengan mudah asalkan perusahaan berusaha ingin mengetahui dan mampu mengarahkan pekerja dengan sebuah sistem yang baik dan konstruktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H