Calon Profesor Pembantai Tesis Najwa
Oleh : Anita Kencana Wati
Calon profesor itu benar-benar berhasil menjatuhkan mental Najwa, di  sidang SemHas. Dengan rasa tak bersalah, dia menyebut kalau judul tesis Najwa 'abu-abu'.
Padahal, judul tesis itu adalah permintaan dan pemberian sang calon profesor pada Najwa. Dulu, ketika pertama kali Najwa menemuinya.
"Saya hanya mau menjadi dosen pembimbing tesis kamu, kalau judulnya seperti yang saya berikan," ujar Bu Merry, yang di kampus Najwa sudah sangat dikenal sebagai calon profesor. Ketika itu, Najwa menemuinya, setelah mendapat surat pemberitahuan kalau dosen pembimbing tesisnya adalah Ibu Merry.
Waktu itu, meski agak keberatan, akhirnya Najwa mengalah dan memenuhi keinginan dosen pembimbingnya itu. Dia pun beberapa kali bertemu dengan Bu Merry untuk mendapat bimbingan dalam penulisan proposal tesisnya sesuai judul yang diberikan Bu Merry.
Awalnya, di bulan pertama pertemuan mereka, komunikasi antara Najwa dengan Bu Merry berjalan dengan baik. Bahkan karena hubungan baik, Bu Merry sempat meminta bantuan kepada Najwa untuk suatu keperluan keluarganya, dan Najwa membantunya.
Namun, komunikasi menjadi buntu di bulan kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Bu Merry menjadi sulit dihubungi dan ditemui. Bukan hanya dialami oleh Najwa, tapi juga mahasiswa bimbingan Bu Merry lainnya. Salahsatunya, Siska yang merupakan teman seangkatan dan satu jurusan dengan Najwa.
Karena Najwa dan Siska satu angkatan dan satu jurusan, keduanya jadi sering saling curhat. Mereka menjadi bingung, apa yang harus dilakukan jika Bu Merry terus menerus tak bisa dihubungi dan ditemui.
Najwa dan Siska, sama-sama kuliah mengambil S2 kelas karyawan di kampus itu, bukan dengan biaya sendiri. Najwa dibiayai yayasan perguruan tinggi swasta tempatnya bekerja selama ini. Siska dibiayai perusahaan tempatnya bekerja.
Hal itulah yang membuat Najwa dan Siska merasa resah, jika tak bisa menyelesaikan kuliah mereka tepat waktu. Mereka punya beban dan tanggungjawab kepada pihak yang membiayai kuliah mereka.
Najwa akhirnya terpaksa  mengajukan pergantian dosen pembimbing. Tidak mudah di kampusnya itu meminta pergantian dosen pembimbing. Harus ada alasan yang bisa diterima, dan pihak kampus akan melakukan evaluasi terlebih dahulu terkait alasan yang diberikan mahasiswa.
Tapi pengajuan Najwa untuk pergantian dosen pembimbing, ternyata disetujui. Najwa mendapat pengganti dosen pembimbing yang sangat baik, komunikatif, dan mendukung Najwa untuk bisa segera menyelesaikan tesisnya. Namanya, Bu Yanti.
Bersama Bu Yanti, Najwa melanjutkan judul tesisnya sesuai judul yang diberikan Bu Merry. Meski bukan calon profesor, Bu Yanti dikenal juga sebagai dosen yang sudah banyak melakukan penelitian. Sehingga tak sulit baginya untuk membimbing Najwa menyelesaikan tesisnya.
Najwa akhirnya mengikuti seminar proposal. Seorang profesor di kampus itu, Â menjadi salahsatu pengujinya. Seminar proposal tesis Najwa dinyatakan lulus. Najwa bisa melanjutkan judul tesisnya itu.
Namun, Najwa tidak menduga, jika saat seminar proposal, tidak ada Bu Merry. Justru di sidang SemHas, salahsatu pengujinya adalah Bu Merry.
Perasaan Najwa, mulai tidak enak. Dia tahu, Bu Merry pasti tersinggung karena Najwa mengggantinya sebagai dosen pembimbing. Najwa juga sudah menduga, Bu Merry akan menunjukkan kehebatan ilmunya saat menguji Najwa, di sidang SemHas.
Tapi Najwa sama sekali tidak menduga, kalau Bu Merry bisa mengatakan judul tesisnya itu 'abu-abu'. Bukankah judul tesisnya itu permintaan dan pemberian Bu Merry sendiri?
"Maaf Bu Merry, judul tesis saya ini adalah judul yang Bu Merry berikan waktu itu untuk saya kerjakan," kata Najwa spontan. Sebagai mahasiswa, Najwa merasa punya hak untuk memberi penjelasan.
"Najwa...! Kamu diam..! Biarkan Bu Merry bicara, kamu dengarkan!" Suara hardikan terdengar di telinga Najwa. Salah seorang penguji, Â menyuruh Najwa diam.
Najwa tersentak. Dia menoleh ke arah penguji yang menghardiknya, kemudian ke arah Bu Yanti, dosen pembimbingnya. Tapi Bu Yanti, hanya diam membisu.
Air mata Najwa nyaris mengalir. Dia sangat sedih, juga marah. Mengapa dia tidak boleh menjelaskan hal yang penting untuk diketahui semua penguji di ruangan itu, kalau judul yang disebut 'abu-abu' oleh Bu Merry adalah judul dari Bu Merry sendiri?
Apa maksud Bu Merry dulu memintanya membuat judul tesis itu, kalau tenyata dia sendiri menyebut judul itu 'abu-abu'? Apakah sejak awal Bu Merry ingin menjebaknya, atau ingin  mempermainkannya? Atau, apakah Bu Merry ingin menunjukkan pada Najwa, betapa hebat dirinya sebagai calon profesor. Dengan menggunakan argumentasinya,  yang benar bisa disalahkannya, yang salah bisa dibenarkannya.
Najwa hanya bisa menahan air mata dan kemarahannya.
Selama SemHas berlangsung, akhirnya Najwa benar-benar tak bicara. Dia hanya mendengar dan mencatat apa yang dikatakan Bu Merry. Dia merasa, semua penguji yang ada di ruangan itu seperti orang yang tak punya keberanian menentang Bu Merry. Apapun yang dikatakan Bu Merry adalah benar. Bu Merry tak mungkin salah. Najwa yang salah.
Selesai SemHas, Najwa bergegas meninggalkan ruangan. Dia tak pamitan pada Bu Yanti, dosen pembimbingnya. Najwa kecewa, karena Bu Yanti yang  sebenarnya tahu kalau judul tesisnya itu adalah pemberian Bu Merry, hanya diam saja melihat Bu Merry mengatakan judul tesis Najwa 'abu-abu'.
Selama sebulan, Najwa mencoba mengobati kesedihan dan kemarahnnya. Setelah itu, dia baru menemui Bu Yanti.
Meski masih menyimpan kekecewaan pada sikap Bu Yanti, namun berkat bimbingan Bu Yanti juga, Najwa bisa menyelesaikan perbaikan tesisnya seperti yang diinginkan dalam sidang SemHas.
Najwa kemudian mendapat pemberitahuan, sidang tesisnya  akan dilangsungkan seminggu lagi. Betapa terkejut Najwa, karena Bu Merry kembali menjadi salahsatu tim penguji di sidang tesisnya.
Trauma pada perlakuan Bu Merry saat SemHas, dan mengingat bagaimana semua penguji saat SemHas tak ada yang berani pada Bu Merry, membuat Najwa sangat gelisah.
Najwa merasa, dia akan berjuang sendirian mempertahankan tesisnya nanti. Dia bahkan tidak yakin kalau Bu Yanti sebagai dosen pembimbingnya, akan membantunya nanti jika Bu Merry membantai tesisnya.
Doa mamanya, hanya itu penguat hati Najwa. Sebelum berangkat ke kampus untuk mengikuti sidang tesisnya, Najwa menyinggahi rumah mamanya. Memohon doa dan restu mamanya.
Sidang tesis Najwa ternyata tak seperti yang dibayangkan Najwa. Tiga dari empat tim penguji, menyatakan kalau tesis Najwa sudah tidak ada masalah. Mereka mengatakan, Najwa lulus. Hanya satu penguji yang masih mencari kesalahan di tesis Najwa. Dia adalah Bu Merry, si calon profesor.
"Pada halaman 52, jumlah unsurnya salah. Harusnya 10, bukan 9," ketus Bu Merry dengan penuh keyakinan.
Semua penguji memperhatikan halaman yang dimaksud Bu Merry. Termasuk Najwa. Tetiba Najwa ingat sesuatu. Dia membawa berkas SemHas waktu itu, yang dicoret oleh Bu Merry. Waktu itu Bu Merry mencoret halaman 52, tentang jumlah unsur yang dibuat Najwa 10, harus diganti menjadi 9.
"Maaf Bu Merry. Dulu di SemHas, saya membuatnya 10, tapi Bu Merry mengatakan saya salah dan harus menggantinya jadi 9. Itu makanya, saya ganti jadi 9," kata Najwa menjelaskan.
"Kamu ada buktinya, kalau Bu Merry menyuruh ganti?" tanya Bu Mona, penguji yang dulu saat SemHas menghardik Najwa agar diam ketika Bu Merry menyebut judul tesisnya 'abu-abu'.
Najwa mengambil berkas SemHasnya. Dia kemudian menunjukkan pada Bu Mona  coretan Bu Merry di halaman 52, agar mengganti jumlah unsur dari angka 10 menjadi 9.
"Iya Bu Merry, ini memang coretan Bu Merry minta diganti dari 10 jadi 9. Najwa mengganti sesuai permintaan Bu Merry," ujar Bu Mona, sambil manggut-manggut.
Penguji lainnya, Pak Refi, juga memperhatikan coretan Bu Merry di berkas SemHas Najwa. Dia juga mengangguk dan bergumam pelan, " Iya, Bu Merry meminta diganti dari 10 menjadi 9."
Sementara Bu Yanti, tersenyum  kepada Najwa. Sebagai dosen pembimbing, dia tahu kalau Najwa mengganti jumlah 10 menjadi 9 itu, memang sesuai coretan dan permintaan Bu Merry saat SemHas.
Akhirnya, Najwa bisa memperlihatkan kepada para penguji sidang tesisnya, kalau Bu Merry yang calon profesor itu tak selalu benar. Dia bisa khilaf dan bisa juga melakukan kesalahan.
Bu Merry yang merasa malu karena terbukti dia yang sebenarnya meminta Najwa mengganti jumlah 10 menjadi 9 di halaman 52, akhirnya cuma bisa terdiam.
"Baiklah... Najwa, dari saya, kamu lulus. Tapi berapa nilai kamu, saya tak bisa bilang," akhirnya suara Bu Merry, terdengar. Namun gurat kecewa terpancar jelas di wajah calon profesor itu.
Usai sidang tesis, giliran Bu Merry yang segera meninggalkan ruangan.
Ada kemarahan yang berkecamuk di dada Bu Merry. Mengapa tiga penguji lainnya tidak ada yang mempermasalahkan tesis Najwa? Tidak seperti saat SemHas, semua penguji tidak ada yang berpihak pada Najwa. Betapa senang dan puas hati Bu Merry saat SemHas itu, melihat ketidakberdayaan Najwa menahan kesedihannya.
Tapi hari ini, bagi Bu Merry, Najwa yang menang. Menang mendapat dukungan dari tiga penguji. Dan menang  memperlihatkan kekhilafan yang telah diperbuat Bu Merry sendiri. Dia tidak menyangka kalau Najwa menyimpan coretannya saat SemHas, dan membawanya saat sidang tesis tadi.
Kemarahan Bu Merry, bukan lagi hanya pada Najwa. Tapi juga pada tiga penguji lainnya. Selama ini, semua dosen di kampus tak ada yang berani menentang perkataan Bu Merry. Kecuali dua orang dosen senior di kampus itu, yang sudah menyandang gelar profesor.
Selain jabatannya sebagai Lektor Kepala, para dosen tahu Bu Merry sudah banyak membuat penelitian. Itu sebabnya para dosen menganggapnya dirinya hebat. Dan itu pula sebabnya, dia bisa mencalonkan diri sebagai Guru Besar atau Profesor.
Tak lama lagi Bu Merry akan menjadi profesor ketiga di kampus itu. Dan satu-satunya profesor perempuan, karena dua lagi profesor adalah laki-laki.
Kemarahan di hati Bu Merry terus berlanjut ketika dia meninggalkan kampus, bermaksud pulang menuju ke rumahnya. Â
Emosinya membuat dia tidak kosentrasi mengendarai mobilnya. Naas menimpanya. Dia menabrak truk yang ada di depan mobilnya.
Kabar tentang kecelakaan yang menimpa Bu Merry, diketahui oleh Najwa, Siska dan mahasiswa lainnya yang pernah dibimbingnya, tapi sering dipersulit Bu Merry. Juga mahasiswa yang pernah diuji Bu Merry, tapi selalu dibantai habis-habisan karya ilmiahnya.
Para mantan mahasiswa Bu Merry itu saling bertanya, siapa dari mereka yang telah  mendoakan Bu Merry agar mengalami kecelakaan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H