Hal itulah yang membuat Najwa dan Siska merasa resah, jika tak bisa menyelesaikan kuliah mereka tepat waktu. Mereka punya beban dan tanggungjawab kepada pihak yang membiayai kuliah mereka.
Najwa akhirnya terpaksa  mengajukan pergantian dosen pembimbing. Tidak mudah di kampusnya itu meminta pergantian dosen pembimbing. Harus ada alasan yang bisa diterima, dan pihak kampus akan melakukan evaluasi terlebih dahulu terkait alasan yang diberikan mahasiswa.
Tapi pengajuan Najwa untuk pergantian dosen pembimbing, ternyata disetujui. Najwa mendapat pengganti dosen pembimbing yang sangat baik, komunikatif, dan mendukung Najwa untuk bisa segera menyelesaikan tesisnya. Namanya, Bu Yanti.
Bersama Bu Yanti, Najwa melanjutkan judul tesisnya sesuai judul yang diberikan Bu Merry. Meski bukan calon profesor, Bu Yanti dikenal juga sebagai dosen yang sudah banyak melakukan penelitian. Sehingga tak sulit baginya untuk membimbing Najwa menyelesaikan tesisnya.
Najwa akhirnya mengikuti seminar proposal. Seorang profesor di kampus itu, Â menjadi salahsatu pengujinya. Seminar proposal tesis Najwa dinyatakan lulus. Najwa bisa melanjutkan judul tesisnya itu.
Namun, Najwa tidak menduga, jika saat seminar proposal, tidak ada Bu Merry. Justru di sidang SemHas, salahsatu pengujinya adalah Bu Merry.
Perasaan Najwa, mulai tidak enak. Dia tahu, Bu Merry pasti tersinggung karena Najwa mengggantinya sebagai dosen pembimbing. Najwa juga sudah menduga, Bu Merry akan menunjukkan kehebatan ilmunya saat menguji Najwa, di sidang SemHas.
Tapi Najwa sama sekali tidak menduga, kalau Bu Merry bisa mengatakan judul tesisnya itu 'abu-abu'. Bukankah judul tesisnya itu permintaan dan pemberian Bu Merry sendiri?
"Maaf Bu Merry, judul tesis saya ini adalah judul yang Bu Merry berikan waktu itu untuk saya kerjakan," kata Najwa spontan. Sebagai mahasiswa, Najwa merasa punya hak untuk memberi penjelasan.
"Najwa...! Kamu diam..! Biarkan Bu Merry bicara, kamu dengarkan!" Suara hardikan terdengar di telinga Najwa. Salah seorang penguji, Â menyuruh Najwa diam.
Najwa tersentak. Dia menoleh ke arah penguji yang menghardiknya, kemudian ke arah Bu Yanti, dosen pembimbingnya. Tapi Bu Yanti, hanya diam membisu.