Mohon tunggu...
Anita Arifin
Anita Arifin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Panggil Nama Anak dengan Cinta

10 Oktober 2018   07:13 Diperbarui: 10 Oktober 2018   09:48 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama adalah sebuah do'a. 

Serangkaian kata yang sering kita dengar dan sangat familiar. Ketika semua pasangan mengetahui bahwa dirinya akan diberi titipan seorang anak, mereka akan mencari-cari arti nama yang baik. Orang tua zaman dahulu tidak memfikirkan apakah nama anak nya bagus atau tidak, yang terpenting adalah artinya baik dan itu merupakan sebuah do'a dan harapan dari orang tua untuk anaknya kelak.

Tetapi orang tua zaman now akan memberi nama yang panjang, dan kekinian untuk anaknya Dan tidak tanggung tanggung namanya akan terdiri dari 4-5 kata. Walaupun demikian mereka tidak akan meninggalkan arti yang apik untuk nama anaknya.

Apakah anda tau yang paling berpengaruh terhadap anak selain namanya?? 

Saya menemukan jawabannya ketika saya melakukan magang di salah satu kota singgah saya sekarang. Yang saya ingat kepala sekolahnya berkata "nama panggilan kepada anak sesuai yang didengarnya itu sangat berpengaruh baginya". Kenapa? Apabila anak dippanggil dengan nama panggilan yang bagus, dia akan senang Dan merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh gurunya.

Sesuai kitab Ayyuhal Walad karangan Imam Al-Ghazali, beliau menuliskan bahwa Rasulullah SAW. Sering menggunakan kalimat yang menyentuh ketika berkomunikasi dengan anak untuk menggugah hatinya. Sebagai contoh, Rasulullah sering memanggil seseorang dengan namanya bahkan dengan sebaik-baik namanya, atau kuniyah-nya, sifat terbaik yang Ada pada dirinya. Seperti memanggil anak sesuai umurnya, misalnya Ya ghulam (wahai anak laki kecil ku), atau Ya bunayya (wahai anak ku).

Meniru perilaku fi'liyah Nabi hukumnya sunnah dan mendapatkan pahala. Apakah kita umat-nya tidak mau meniru Dan mencontoh perilakunya?

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun