Mohon tunggu...
Anita
Anita Mohon Tunggu... Lainnya - Tholibatul Ilm

Pembelajar yang sedang memperbaiki diri , menebar manfaat dengan sharing melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ustadzah Aisyah Farid BSA, Cahaya Menuju Kebahagiaan

15 April 2023   07:17 Diperbarui: 15 April 2023   08:15 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya: “Cintailah Allah karena kenikmatan yang Dia berikan kepadamu, dan cintailah aku atas dasar cintamu kepada Allah, dan cintailah Ahli baitku karena cintamu kepadaku.”

Jadi kalau ingin sampai ke pintunya Rasul itu ada caranya lagi, yaitu melalui ahli bait. Kita cinta sama ahli bait tidak boleh dengan dasar ihsannya (perlakuan baiknya)  dzurriyat. Karena tabu, sesekali tidak dapat respon akan kecewa. Lalu  bagaimana caranya? Kita cinta sama dzurriyat dengan harapan mendapat cintanya Allah dan Rasul SAW. (Lanjut Ustadah Aisyah Farid BSA)

Pertemuan pertama dengan pelajaran niat yang begitu berharga.

Teringat juga salah satu cerita yang pernah beliau kisahkan, tentang shohibul hadroh basaudan (Syeikh Abdillah bin Ahmad Basaudan), seorang pecinta Rasul dan dzurriyat Rasul,  kecintaannya kepada Rasul beliau tuangkan dalam syair-syair di hadroh basaudan. Suatu ketika di malam hari datanglah seorang Habib yang ingin makan malam di rumahnya (Syeikh Abdillah). Mengetahui hal itu, Syeikh Abdillah begitu senang menyambutnya, dijamu makan, kemudian ditanya kepada Habib tersebut “bib cape ga?” . “kalau saya sih enggak, yang cape kuda saya, kalau mau pijitin tuh pijitin kuda saya”. (Jawab Habib tersebut sambil tertawa).  Ini Habib kebetulan memang tidak berilmu, kuda kalau kita tahu biaya pijitnya itu bisa 800 ribuan, bisa dibayangkan capeknya seperti apa. Syeikh Abdillah pun nurut, sampai ia kelelahan kemudian tertidur. Karena khidmatnya beliau kepada dzurriyat Rasul tak disangka Rasul hadir di mimpinya seraya berkata “Yaa Abdillah, berkat kesabaranmu karena ulah keturunanku maka aku angkat derajatmu di maqom (kedudukan) yang cukup tinggi dan belum ada orang yang mencapai derajat tersebut”. Itulah Rasul, jika dzurriyatnya membuat ulah, Rasul sendiri yang akan langsung menghibur. Setelah itu terbangunlah Syeikh Abdillah dan bertemu sama Habib tadi. Kemudian ditanya sama Habib “semalem jadi mijitin kuda?” . Diawab oleh Syekh Abdillah, ”Jadi, Saya didatengin Rasul berkat hal itu”. Kagetlah Habib tersebut, karena seumur-umur dia sendiri belum pernah didatangi datuknya. Pulanglah Habib tersebut dan langsung bertaubat. Itulah karomahnya Syeikh Abdillah, bisa mengikat hati seseorang karena berkat kecintaannya kepada Rasul SAW. Hal ini menjadi salah satu alasan juga kenapa saat kita membaca hadroh basaudan kita merasakan nikmat dan ingin terus mengulangnya, iya, berkat Karomahnya Syeikh Abdillah dalam mengikat hati seseorang.

Kisah tersebut menjadi cerminan nyata bahwa ketika kita tulus cinta kepada Dzurriyat Rasul atas dasar cinta kita kepada Allah dan Rasulullah maka bukanlah kecewa yang kita dapatkan, tapi justru kebahagiaan. karena kita tidak memandang ihsannya dzurriyat.

Belum pernah kurasa kenikmatan semacam ini. Kegiatan semakin padat, membagi waktu antara kerja dan khidmat di majelis,  malah hampir tak pernah menetap lama dirumah. Aneh, seharusnya semakin cape bukan? Tapi justru majelis menjadi tempat untuk rehat, bahagia setiap kali menuju kesana, dari setiap ketidaktahuanku yg penuh tanda tanya lagi-lagi  Kalam ustadzah selalu penuh hikmah dan jawaban. Ustadzah bilang "Orang yang punya gemerlap dunia tapi tidak punya gemerlap iman akan merasakan kesedihan yang tak berkesudahan. Tidak tenang hatinya. Tapi kalau orang punya gemerlap iman maka nikmat, cahaya-cahaya gelap di hati akan berubah menjadi terang. Hati yang gelap itu sempit. Ibarat rumah besar tapi tidak ada lampu. Gelap. Sesak. Justru rumah yang kecil tapi pakai lampu terang yang akan terasa luas. Maka dari itu Allah SWT berpesan Wa laa tamuutunna Illaa Islam (janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam). Kenapa? Nikmat”.

Selelah apapun, jika kaitannya dengan Allah dan Rasul maka InsyaaAllah pasti akan terasa  indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun