The Wandering Moon adalah film Jepang yang tayang pada bulan Mei tahun 2022. Film ini dibuat berdasarkan novel berjudul "Rurou no Tsuki" karangan Yuu Nagira. Novel tersebut diterbitkan pada bulan August 2019 oleh Tokyo Sogensha dan mendapatk jugaan penghargaan dalam Japan Bookseller's Award ke-17 pada tahun 2020.Â
Pemeran utama film ini adalah Suzu Hirose dan Tori Matsuzaka. Tahun ini Tori Matsuzaka juga mendapatkan penghargaan Best Actor Award pada TAMA Film Award ke-14 di Jepang.Â
Sinopsis
Seorang gadis cilik berusia 10 tahun tampak sedang bermain ditaman. Kemudian hujan turun. Seorang pemuda, mahasiswa, menghampirinya dan menawarkan payung. Namun ketika ditanya ternyata gadis tersebut enggan untuk kembali kerumahnya.Â
Pemuda itu pun mengajak si gadis kecil untuk ikut ke rumahnya. Dan gadis kecil tersebut menurut.
Apakah film ini akan berkisah tentang penculikan, pedofil atau pembunuh berantai?
Ternyata bukan.
Lima belas tahun kemudian gadis itu, Sarasa Kanai, masih hidup dan sehat. Ia bahkan berencana menikah dengan pacarnya, Ryo.
Ketika hang-out dengan teman-temannya, tanpa sengaja mereka membahas berita penculikan Sarasa Kanai semasa kecil. Yang aneh, ekspresi Sarasa Kanai tampak biasa saja.Â
Bukankah korban penculikan harusnya takut, enggan, atau tiba-tiba merasakan emosi terpendam karena ingatan yang muncul ketika ia diculik? Nyatanya Sarasa Kanai tidak demikian.Â
Jadi apa yang terjadi pada Sarasa Kanai? Sebenarnya ini film tentang apa?
Penculik gadis tersebut bernama Fumi Saeki. Setelah menyekap Sarasa Kanai selama dua bulan, ia akhirnya ditangkap dengan tuduhan penculikan. Fotonya tersebar ke penjuru negri. Begitu juga dengan foto Sarasa Kanai.
Suatu hari Sarasa diajak temannya ke sebuah kafe. Disana tanpa disangka ia bertemu kembali dengan Fumi Sekai yang telah mengganti namanya dengan Manami.Â
Usai pertemuan tersebut bukannya melarikan diri, Sarasa Kanai justru mendatangi kafe itu lagi. Ia hanya duduk disana, memesan minuman, minum sambil membaca.Â
Mengapa Sarasa Kanai bersikap demikian? Apa film ini berkisah tentang sindrom stockholm?
Ternyata tebakan yang satu ini juga salah.
Satu Rintangan yang Harus Dilalui
The Wandering Moon adalah film yang menarik. Namun sebelum membahas lebih lanjut, ada satu rintangan yang harus dihadapi penonton ketika menyaksikan film ini.
Beberapa menit awal untuk menekankan sisi artistik, film ini agak monoton. Akan ada adegan sungai yang deras mengali karena hujan selama beberapa puluh detik. Adegan ini cukup mengganggu. Namun jangan menyerah dulu ya. Karena cerita film ini sangat unik.
Setelah melalui satu rintangan ini ceria berikutnya akan menarik dan susah ditebak.
Film yang Penuh Teka-Teki
The Wandering Moon adalah film yang penuh teka-teki. Dari awal penonton sudah diajak menebak-nebak, akan kemana cerita para tokoh berjalan.Â
Alurnya yang maju-mundur justru semakin membuat penasaran. Tenang saja, meskipun maju mundur tapi penonton akan cepat paham karena cerita hanya berfokus pada dua tokoh utama, Sarasa Kanai dan Fumi Saeki.Â
Permasalahan dalam film ini akan dikupas selapis demi selapis. Timing yang tepat akan membuat rasa penasaran penonton terjaga disepanjang film.
Latr belakang tokoh utama juga akan dijelaskan sedikit demi sedikit hingga kemudian diperoleh gambaran lengkap yang menjawab pertanyaan "mengapa" dari penonton.
Cukup Satu Orang Saja yang Mengerti
Rupanya The Wandering Moon bukan film detektif atau misteri. Film ini justru mengangkat beberapa isu sosial yang sering terjadi di masyarakat.Â
Salah satunya adalah tentang kekerasan fisik dan verbal serta trauma yang mengikutinya. Trauma tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku korban. Bahkan tak jarang korban kekerasan justru 'kecanduan' dan jatuh ke lubang yang sama.
"Sarasa, Kau adalah milikmu sendiri. Jangan biarkan siapapun memilikimu." (Fumi Sekai)
Film ini juga mengangkat tema tentang keluarga yang tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan anak-anak yang harus menerima akibatnya.
"Aku adalah akar pohon yang lemah."Â (Fumi Sekai)
The Wandering Moon pada akhirnya berkisah tentang penerimaan. Kisah tentang orang-orang yang tidak memiliki tempat di masyarakat dan harus mencari sendiri tempat yang nyaman bagi jiwa mereka.Â
Bagi Sarasa Kanai dan Fumi Sekai, cukup satu orang saja yang menerima mereka, maka mereka bisa merasa kuat dan bahagia.
Kesimpulan
Film ini dibawakan dengan sangat baik oleh para pemainnya. Bagi yang menyukai kesan artistik, film ini juga memberi nilai lebih dari segi sinematografi. Yang lebih menyenangkan adalah setelah asyik bermain teka-teki, akhir film ini justru tidak terduga. Bisa dibilang happy ending dengan cara yang elegan.
Karena ada beberapa adegan hubungan pria-wanita yang eksplisit, film ini jelas ditujukan untuk penonton dewasa. Selain itu juga banyak cerita yang membutuhkan pemahaman sosial yang lebih untuk bisa dinikmati penontonnya.
Salamat menonton dan semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H