Perang dalam kaca mata rakyat dan Farha
Farha bukan hanya kehilangan kegembiraannya untuk bisa menikmati sekolah  dengan sahabatnya. Dibalik gudang makanan ayahnya, Farha melihat dan mendengar warga desanya diserang dan dianiaya. Bukan hanya menyerang prajurit penjaga desa, tentara penjajah juga tidak segan segan melukai wanita dan anak-anak.
Karena tokoh Farha melihat dari balik pintu, adegan kekerasan sebenarnya tidak terlihat jelas. Namun dari suara dan nuansa yang diciptakan sudah membuat penonton bergidik ngeri. Apalagi ketika penjajah mulai bertingkah menyeramkan.
Ada sebuah keluarga yang tertangkap saat melarikan diri. Meskipun sang ayah sudah memohon untuk menyelamatkan anak dan istrinya, penjajah tersebut tidak mau tahu. Ia tetap mengeksekusi semua orang yang ditemuinya tanpa pandang bulu.
Dalam peperangan rakyat lah yang paling menderita.
Meskipun peperangan dimulai dengan adu ideologi para penguasa, namun rakyat selalu yang menjadi korban. Para prajurit di kedua belah pihak pun juga sama menderitanya. Hal ini terlihat dari salah satu penjajah yang diperintahkan atasannya untuk membunuh seorang bayi. Adegan singkat tersebut cukup untuk memperlihatkan trauma yang akan ditimbuklan peperangan bagi kedua belah pihak.
Film ini sangat bagus untuk ditonton. Namun seperti kebanyakan film perang lain, penonton harus siap-siap untuk merasakan gejolak yang mengerikan dalam hati nurani.Â
Mengingat film ini dekat dengan kaum muslim, bagi yang mudah terbawa masalah politik film macam ini sebenarnya cukup riskan untuk disaksikan. Apalagi dengan narasi awal berdasarkan  kisah nyata. Alangkah bijak jika penonton tetap memposisikan diri sebagai penikmat film saja.
Sekian dan selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H