Kita tahu bahwa ISIS gemar memanfaatkan dunia maya sebagai media propagandanya, baik melalui pengunggahan video berdefinisi tinggi, penerbitan majalan online, hingga pemanfaatan media sosial. Namun hampir tidak ada yang menyangka jika ISIS lebih canggih dari yang kita lihat selama ini, yakni berani untuk terang-terangan melakukan peretasan.
Seperti yang belum lama terjadi, ketika stasiun televisi Prancis TV5 Monde diretas oleh kelompok radikal bentukan Al-Baghdadi itu. Akun Twitter resminya sempat diretas dengan seorang peretas yang mengaku bernama ‘Cyber Khilafah’. Peretasan tersebut diikuti oleh rentetan postingan bernada teror yang ditautkan ke banyak pengguna Twitter di dunia, termasuk ke beberapa akun tokoh terkenal.
Bukan hanya Twitter, akun media sosial TV5v Monde lainnya juga turut diretas sehingga membuat stasiun televisi tersebut sempat lumpuh. Bahkan kasus tersebut menganggau jalannya produksi acara televisi hingga kondisi yang cukup fatal. Hingga berjam-jam lamanya serangan itu terjadi, membuat pihak pengelola televisi terkait kalang kabut. Selain itu, kepanikan juga menyebar hingga ke pemerintah dan masyarakat Prancis.
Kasus peretasan TV5 Monde menunjukkan bahwa ada dimensi baru bentuk teror yang dilancarkan oleh ISIS. Penyampaian propaganda eksplisit tidak lagi dilakukan melalui akun-akun media sosial miliknya, melainkan kini cenderung menuju aksi peretasan yang dampaknya lebih mengkhawatirkan. Tampaknya ISIS kini memiliki pasukan teknologi informasi yang canggih yang mampu menjadikan teror semakin dekat dan tidak terduga ancamannya.
Peretasan yang dilakukan oleh ISIS akan sangat mengancam ketika tren kehidupan digital saat ini kian tumbuh tinggi dan tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Digitalisasi di berbagai bidang, termasuk bidang-bidang strategis, diduga akan menjadi target sasaran ISIS selanjutnya. Misalkan sebagai contoh, jika perusahaan listrik negara mulai mendigitalisasi seluruh sistemnya, dan suatu ketika diretas oleh ISIS, maka akan terjadi sabotase besar-besaran yang berdampak buruk sekali bagi sebuah negara.
Realitanya dunia ini justru akan semakin tidak aman. Revolusi industri tahap berikutnya yang disebut "Industri 4.0" merupakan sebuah upaya menggabung total semua jejaring dalam teknik proses produksi. Para pelaku teroris pasti akan merasa senang karena melihat peluang untuk membuat kekacauan atau bencana global juga akan semakin besar.
Di sinilah diperlukan adanya penyegaran sistem penanggulangan terorisme, di mana perlu ditambah dengan upaya peningkatan kewaspadaan digital. Para pihak terkait di bidang penanggulangan sebaiknya mulai belajar untuk lebih ‘canggih’ dalam memantau potensi terorisme di dunia maya. Lebih baik lagi jika upaya penanggulangan yang dilakukan lebih dari sekadar pemblokiran situs radikal saja, namun juga dibutuhkan peningkatan intelijen yang mumpuni dalam memantau serangan terorisme di dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H