Mohon tunggu...
Anisya Widiastuti
Anisya Widiastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa SMT 7 Fakultas Farmasi Universitas Jember

Mahasiswa SMT 7 Fakultas Farmasi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bermula dari Hobi, Masyarakat Bisa Selamatkan Lingkungan Sekaligus Tingkatkan Imunitas di Masa Pandemi

3 September 2021   09:42 Diperbarui: 3 September 2021   09:45 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada 9 Maret 2020, masker menjadi salah satu alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh seluruh masyarakat ketika keluar dari rumah. Namun, hal tersebut justru menimbulkan permasalahan baru yakni menumpuknya limbah masker yang tidak terkelola dengan baik. 

Berdasarkan laporan dari Farid Kusuma pada https://www.suarasurabaya.net/, data limbah medis di Jawa Timur pada 9 Maret sebanyak 509 ton, lalu meningkat menjadi 629 ton pada 27 Juli 2021. Banyaknya masker bekas pakai ini dapat menjadi ancaman penularan virus corona kepada petugas kebersihan dan pemulung sampah. 

Bahkan, orang-orang yang berada di sekitar tempat yang mengandung limbah tersebut juga dapat terkontaminasi virus. Kondisi demikian salah satunya terjadi pada daerah Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember. Tidak sedikit masker-masker bekas pakai yang dibuang sembarangan sehingga banyak berserakan di pinggiran jalan. 

Bahkan, di depan rumah warga, tepatnya di Perumahan Tegal Besar Permai 1 Jember juga banyak ditemukan masker bekas pakai tersebut pada tempat yang tidak seharusnya.

Kondisi masker bekas pakai yang berserakan di daerah Tegal Besar (Dokpri)
Kondisi masker bekas pakai yang berserakan di daerah Tegal Besar (Dokpri)

Permasalahan tentang limbah masker tersebut membuat penulis tergerak untuk memberikan inovasi guna mengatasi limbah masker bekas pakai yang banyak berserakan di daerah Perumahan Tegal Besar Permai 1 Jember dan menuangkannya dalam bentuk kegiatan KKN, mengingat pada bulan Juli 2021 lalu, daerah ini juga sempat menjadi daerah cluster COVID-19. Selain itu, pengalaman saat tinggal di daerah cluster COVID-19 membuat penulis menyadari kurangnya pengetahuan masyarakat seputar apa saja yang harus dilakukan saat seseorang terkonfirmasi positif COVID-19 dan isolasi mandiri. 

Ketika ada anggota keluarga yang terkonfirmasi positif, masyarakat masih cenderung panik dan merasa bingung, terlebih lagi banyak rumah sakit yang sudah terisi penuh sehingga tidak mampu untuk menangani pasien baru. Oleh karena itu, penulis juga menyelipkan kegiatan sosialisasi seputar apa saja yang harus dilakukan saat seseorang terkonfirmasi positif COVID-19 dan isolasi mandiri sebagai program kerja KKN Back To Village III dengan tema Program Inovasi Teknologi/Informasi dalam Penanganan COVID-19.

Sosialisasi tentang apa saja yang bisa dilakukan saat seseorang terkonfirmasi positif COVID-19 dan isolasi mandiri (Dokpri)
Sosialisasi tentang apa saja yang bisa dilakukan saat seseorang terkonfirmasi positif COVID-19 dan isolasi mandiri (Dokpri)

Pada minggu pertama KKN, penulis melakukan survey terhadap beberapa calon sasaran dimana hasil survey menunjukkan kegemaran atau hobi bercocok tanam. 

"Saya suka menanam tanaman. Lebih suka menanam empon-empon tapi juga suka menanam dan mengoleksi tanaman hias. Sayangnya lahan saya sudah penuh jadi tidak bisa ditanami lagi. Harus menggunakan pot, itupun pot yang berukuran kecil", ujar Ibu Ridwan, salah satu sasaran yang diwawancara oleh penulis. 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh kedua sasaran penulis yang lainnya. Dari hobi tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan inovasi pembuatan pot dari limbah masker medis yang nantinya dapat ditanami tanaman-tanaman peningkat imunitas pada masa pandemi. Selain itu, penggunaan pot dari masker ini juga dapat dimanfaatkan pada lahan-lahan sempit seperti di daerah perumahan. Hasil dari tanaman tersebut dapat diolah menjadi berbagai ramuan peningkat imunitas sehingga dapat menambah nilai guna dari pot masker tersebut.

Pada minggu selanjutnya, penulis mulai melaksanakan program kerja KKN berupa pembuatan pot dari limbah masker. Beberapa hari sebelum pelaksanaan program kerja, penulis menghimbau sasaran untuk mengumpulkan masker bekas pakai yang digunakan oleh seluruh anggota keluarganya ke dalam kantong plastik berwarna kuning dengan tanda "sampah infeksius". Hal ini juga sebagai sarana edukasi pada sasaran agar membiasakan diri untuk memilah limbah rumah tangga dengan limbah infeksius agar tidak membahayakan orang-orang di sekitar, terutama petugas kebersihan. Sebelum pelaksanaan pelatihan pembuatan pot, penulis juga memberikan informasi-informasi dasar terkait pengelolaan limbah masker dengan benar. Saat pelatihan pembuatan pot dari limbah masker berlangsung, sasaran tampak antusias mengikuti hal-hal yang penulis peragakan. Mulai dari merendam masker bekas pakai dalam alkohol selama 30 menit, menjemur masker di bawah sinar matahari, membentuk masker menjadi pot, serta menanam tanaman peningkat imunitas seperti temu kunci dan jahe, seluruh kegiatan tersebut dapat diikuti oleh sasaran dengan baik.

Proses pemilahan sampah masker (Dokpri)
Proses pemilahan sampah masker (Dokpri)

Praktek penanaman empon-empon menggunakan pot dari masker bekas (Dokpri)
Praktek penanaman empon-empon menggunakan pot dari masker bekas (Dokpri)
Harapannya, dengan program ini masalah limbah masker dapat teratasi dan tidak menjadi media penularan virus kepada orang lain. Tanaman yang ditanam pada pot masker tersebut nantinya dapat diolah sedemikian rupa, baik menjadi campuran masakan, diolah menjadi rebusan herbal atau serbuk instan, dan lainnya. Dengan demikian, program KKN ini dapat menjadi solusi dari permasalahan limbah masker sekaligus menyediakan stok herbal guna meningkatkan imunitas di masa pandemi.

(Anisya Widiastuti/KKN BTV 3/Kelompok 36/Universitas Jember)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun