Ketika mereka masuk ke jenjang kuliah, jurusan yang mereka cari, yang mereka kejar itu bukan jurusan yang sesuai dengan minat bakat ataupun sesuai dengan keinginan akan tetapi yang paling mendekatkan mereka pada lahan pekerjaan. Jadi saya mau ngelamar kerja ini karena kerja nya gampang segala rupa, karena apa? Karena disorientasi.Â
Mereka enggak kenal tentang diri sendiri dan mereka tidak tahu sumber kebahagiaan mereka tidak tahu tentang sumber kebahagiaan mereka itu apa jadi mereka berpikir oh pokoknya harus nyari yang dapat uang segini, terus makan, terus berkeluarga, punya anak, dan kemudian si anak itu dipaksa untuk melakukan rutinitas yang sama seperti yang dia lakukan ketika dia masih muda. Seperti itu kan gara-gara sekolah.
Sekolah Itu Belajar Atau Ajang "Indoktrinasi"
Lalu apa masalahnya dari sekolah itu? Coba kita mulai dari yang sederhana sekolah itu kan pandangan umumnya adalah tempat belajar. Pertanyaannya apakah benar-benar sekolah itu tempat belajar? Apa yang dimaksud dengan belajar. Belajar itu adalah proses menyerap informasi dan keahlian atau menyerap pengetahuan dan keahlian agar kita yang tidak bisa menjadi bisa, kita yang tidak ahli menjadi ahli yang tidak mampu menjadi mampu itulah yang namanya belajar. Sekali lagi, belajar adalah proses menyerap pengetahuan dan keahlian.
Nah kalau begitu, ketika anak-anak sedang belajar, maka anak-anak sedang menyerap informasi dan keahlian maka anak-anak seharusnya lebih banyak bertanya atau lebih banyak menjawab?.logika paling dasar ya tentu saja bertanya bukan menjawab kalau menjawab artinya berarti sudah tahu. Kalau bertanya berarti anak-anak tidak sedang tahu.
Lalu di sekolah apakah porsi siswa untuk bertanya sudah cukup? Jawabannya adalah selama ini siswa dipaksa untuk terus-terusan menjawab pada LKS suruh dijawab ada PR suruh dijawab ulangan harian nanti juga suruh dijawab apa sembarang itu juga turut dijawab bahkan ujian nasional pun juga suruh dijawab semuanya. Suruh dijawab, suruh menjawab atas segala rupa gitu dan kapan siswa itu harus bertanya bu kenapa kita harus belajar kayak gini?. Tidak ada.Â
Siswa siswa itu sejak kecil dikasih buku paket disuruh belajar yang itu-itu saja kemudian mendapatkan materinya yang itu-itu saja kemudian mendapatkan pengetahuan yang itu-itu saja. Apa yang di berikan di sekolah terkadang bukan hal yang di sukai oleh siswa itu sendiri. Apa yang ada dalam benaknya yang sesuai dengan bakat minat dan hobinya tidak diizinkan. Yang diizinkan itu adalah siswa dicekoki dengan buku ini dengan materi ini dan sebagainya. Kemudian nanti dipaksa untuk menjawab sesuai dengan apa yang ada di buku itu. Artinya apakah sekolah itu tempat belajar atau tempat mendoktrin?.
Mereka yang kehilangan orientasi mereka, disebabkan karena bakat asli mereka dibunuh ketika mereka tidak boleh lagi bertanya atau segmentasi pertanyaan mereka itu dibatasi atau durasi pertanyaan mereka itu dibatasi demi sebuah kurikulum. Begitu logika sederhananya.Â
Tetapi kenapa kebanyakan diantara kita tidak menemukan logika itu. Ya karena kita sendiri terdoktrin. Orang-orang yang terdoktrin itu adalah orang-orang yang tidak bisa melihat di luar kotak .orang yang tidak bisa melihat apa yang ada di dalam realitas. Kecuali, apa yang pernah diajarkan pada nya. Jadi apa yang diajarkan kepadanya itu menjadi krangkeng dan dia tidak tahu apa-apa. Jadi menurut saya, kebanyakan -walaupun tidak semua- sekolah itu banyak doktrinnya daripada belajarnya.
Kementerian pendidikan di indonesia saat ini sebenarnya hampir selaras dengan pikiran saya bahwa sekolah itu harusnya menjadi tempat belajar bukan tempat doktrin. Tetapi realitasnya sekolah sekarang itu banyak yang memberikan doktrin dan menimbulkan banyak masalah-masalah di sekolah. Jadi intinya di kementerian pendidikan dengan saya itu banyak nyambungnya, tetapi kenapa pas sampai di bawah kok beda. Distorsi besar yang menyebabkan adanya perubahan radikal dari kurikulum merdeka yang sesungguhnya merdeka.Â
Menjadi kurikulum merdeka yang sesuai dengan administrasi mengajar, yang ini yang itu, apalah itu. Jadi siapa yang melencengkan itu?. Siapa yang akhirnya membuat siswa-siswa itu terpuruk. Siapa yang di antara mereka yang melencegkan itu dan mengubah sistem atau struktur pendidikan di indonesia. Pertanyaan ini menjadi refleksi kita bersama, dan menjadi akhir dari tutur panjang ini