PendahuluanÂ
   Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali masyakarat dalam memenuhi hidupnya sehari-hari dengan berbisnis atau mempunyai usaha (UMKM). Sehingga memiliki usaha bisnis juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar tidak jatuh dan terus berjalan dari waktu ke waktu. Mengingat juga saat ini, pelaku usaha sudah banyak sekali sehingga perlu adanya strategi yang perlu dilakukan untuk dapat bersaing baik secara nasional ataupun internasional. Setiap usaha, memiliki harapan yang tinggi agar dapat terus berkembang sangat pesat. Perkembangan usaha pada dasarnya menginginkan tercapainya tujuan untuk memperoleh laba dan menjaga kontinuitas usahanya, adanya hal tersebut memaksa pengusaha untuk bekerja keras agar mampu bertahan hidup dan mencapai laba yang maksimal. Perencanaan laba artinya manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produk yang dimiliki (Mulyanto,2022).
  Dengan besar laba tentu dapat diukur dengan batasnya minimal produksi atau jumlah total keseluruhan produksi. Sehingga dalam hal ini, manajemen perlu merencanakan atau menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mendapatkan keuntungan. Dikarenakan, besar kecilnya laba perusahaan juga menjadi penentu sukses atau tidak menajemen operasional mengelola perusahaan atau usaha mikro (UMKM) (Simamora,2022). Faktor-faktor tingkat penentu tinggi atau tidaknya laba usaha adalah harga jual, biaya, serta volume penjualan. Maka dari itu, ketiga faktor itu sangat saling berkaitan dalam mengambil keputusan kebijakan perusahaan untuk dimasa depan (Tomu,2017).
  Adapun cara atau teknik dalam manajemen untuk menentukan volume produksi yang dapat menutupi total biaya untuk menghindari kerugian adalah dengan cara analisis titik impas yang diartikan setiap perusahaan tidak akan memperoleh laba atau tidak menerima menderita rugi (penghasilan sama dengan total biaya), analisis ini juga mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, informasi mengenai biaya yang dibebankan kepada perusahaan, serta memberi petunjuk bagaimana merencanakan laba perusahaan. Produk Korean Potato Cheese Bread adalah produk UMKM makanan kekinian. Proses produk ini dilakukan dengan cara massal dan tidak perlu menunggu PO dikarenakan produk ini dapat dipesan melalui e-commerce dan toko online shop. Faktor yang mempengaruhi laba adalah jumlah volume dan harga produksi, sedangkan faktor harga adalah harga bahan baku, serta faktor yang mempengaruhi volume produksi adalah permintaan produk
  Selain itu, masih banyak sekali baik perusahaan atau bahkan UMKM yang tidak mengimpltasikan Titik Impas dalam manajemen operasional mereka. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membahas mengenai " Diskursus Breakeven Point Analysis Proposal Bisnis Korean Potato Cheese Bread"
HASIL DAN PEMBAHASANÂ
- Pengertian BEP (Break Event Point)
   BEP atau Break Even Point adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga tidak ada laba atau rugi. Ini adalah titik di mana perusahaan mencapai titik impas atau "break even", di mana tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dari operasi bisnisnya. Dalam analisis bisnis, mengetahui BEP penting karena membantu manajemen dalam membuat keputusan terkait harga, volume penjualan, dan strategi bisnis lainnya (Widayani, 2022).
- Pentingnya Analisis Break Event Point Pada ProdukÂ
  Analisis Break Even Point (BEP) penting dilakukan pada produk karena memberikan pemahaman yang mendalam tentang kesehatan finansial produk tersebut dan membantu dalam pengambilan keputusan strategis. Berikut adalah beberapa alasan mengapa analisis BEP menurut (Ellyanto, 2022):
- Menentukan Kebutuhan Penjualan : Analisis BEP membantu menentukan jumlah minimum produk yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Ini membantu dalam merencanakan strategi penjualan dan pemasaran.
- Menilai Risiko; Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat menilai risiko keuangan yang terkait dengan produk tersebut. Jika BEP tinggi, artinya ada risiko besar terkait dengan profitabilitas produk.
- Menghitung Harga Minimum: Analisis BEP membantu menentukan harga minimum yang harus diberlakukan agar mencapai titik impas. Ini penting untuk menetapkan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi dan biaya operasional.
- Membuat Keputusan Investasi: Analisis BEP membantu dalam mengevaluasi apakah investasi dalam pengembangan produk atau produksi tambahan layak dilakukan. Jika BEP tinggi, mungkin diperlukan investasi lebih lanjut untuk menurunkan biaya produksi atau meningkatkan volume penjualan.
- Monitoring Kinerja: Analisis BEP juga digunakan sebagai alat untuk memantau kinerja produk dari waktu ke waktu. Dengan membandingkan penjualan aktual dengan BEP, perusahaan dapat menilai apakah produk tersebut berhasil mencapai target atau tidak.
  Dengan melakukan analisis BEP, perusahaan dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan finansial produk dan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan profitabilitasnya.
- Tahap-Tahap Menggunakan BEP (Break Event Point)
   Adapun tahap pertama yang kita dapat lakukan adalah dengan identifikasi biaya, tahap ini menajdi tahap awal karena kita harus pahami apa alat, produksi, SDM yang kita butuhkan untuk menjalani usaha ini. Karena jika kita tidak membuat secara rinci pengeluaran kebutuhan yang diperlukan kita tidak akan dapat menentukan harga jual. Jika kita ingat kembali bahwa, pengaruh meningkatnya laba adalah harga jual sehingga kita perlu detail untuk mengidentifikasi biaya produksi. Selanjutnya pada tahap kedua adalah menentukan harga, cara yang perlu dilakukan
adalah dengan mencakup biaya variabel per unit serta bagian tetap yang dapat diperhitungkan dengan BEP (Amalia,2021). Adapun cara menghitung BEP sebagai gambarÂ
dibawah :
- Perhitungan BEP pada Produk UMKM Korean Potato Cheese BreadÂ
  Korean Potato Cheese Bread adalah produk UMKM yang cukup kekinian untuk zaman seperti sekarang ini. Secara spesifik produk ini adalah produk inovasi baru yang bahan utamanya menggunakan roti yang berisi campuran kentang lembut dan keju yang meleleh, dibalut dengan lapisan luarnya yang renyah. Dapat diolah dengan berbagai variasi, tambahan bahan lain seperti daging, sayuran, atau rempah-rempah. Dapat menjadi pilihan sarapan atau cemilan yang lezat dan memuaskan. Selain itu, Korean Potato Cheese Bread ini menjanjikan menggunakan bahan bahan berkualitas tinggi dalam pembuatan Produk, seperti kentang segar, dan keju berkualitas. memberikan jaminan kpd konsumen mereka mendapatkan produk yang terbuat dari bahan berkualitas dan alami. Tetapi, meskipun menawarkan produk berkualitas, harga yangg ditawarkan kompetitif untuk potato cheese bread. harga terjangkau dan meningkatkan daya tarik produk di pasaran sehingga lebih mudah dijangkau oleh konsumen.
  Adapun perhitungan yang dapat dilakukan untuk menganalisa Titik Impas pada produk UMKM Korean Potato Cheese Bread sebagai berikut:
- Fixed Cost per bulan: Rp 10,000,000
- Variable Cost per bulan: Rp 5,000,000
- Biaya Variable Per Unit: Rp 2,000
- Harga Jual Produk: Rp 5,000
- Jumlah penjualan per bulan: 5,000 unit
1. Hitung Break Event Point (BEP) Satuan Mata Uang
Break-Even Point (BEP) dalam unit = Total Fixed Cost / Contribution Margin per unit
= Rp 10,000,000 / Rp 3,000
= Kurang lebih 3,333 units
Berdasarkan dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa, jika biaya tetap produksi setiap bulannya tidak mengalami peningkatan maka harga jual produk juga tidak akan mengalami peningkatan. Dikarenakan, harga pokok produksi meningkat maka laba harga jual juga harus meningkat sehingga perlu adanya perhitungan yang detail untuk menghindari kerugian usaha. Seperti pada perhitungan diatas, jika bahan pokok 10.000.000 maka setiap bulannya perlu adanya produksi Korean Potato Cheese Bread sebanyak 3,333/unit.
2. Hitung Break Event Point (BEP) Satuan Mata Uang
Break-Even Point (BEP) dalam rupiah = BEP dalam unit x Harga Jual per unit
 = 3,333 units x Rp 5,000
 = Rp 16,665.000
Berdasarkan dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa, dengan harga 5.000 per unit produk Korean Potato Cheese Bread akan menghasilkan keuntungan sebesar 16,665.000 maka dengan begitu bisnis akan mengalami nol keuntungan atau kerugian jika melebihi akan tersebut. Sehingga perlu adanya perhitungan rutin agar manajemen operasional pada laba usaha akan stabil dan mendapatkan keuntungan yang terus meningkat.
KESIMPULANÂ
  Setiap pelaku usaha baik UMKM atau perusahaan besar perlu memperhatikan volume produksi penjualan. Hal ini disebabkan, besar kecilnya laba perusahaan juga menjadi penentu sukses atau tidak menajemen operasional mengelola perusahaan atau usaha mikro (UMKM). Faktor-faktor tingkat penentu tinggi atau tidaknya laba usaha adalah harga jual, biaya, serta volume penjualan. Maka dari itu, ketiga faktor itu sangat saling berkaitan dalam mengambil keputusan kebijakan perusahaan untuk dimasa depan. Seperti pada produk Korean Potato Cheese Bread yang akan terus mengalami keuntungan besar jika terus memperhatikan manajemen laba usaha baik dari harga jual maupun volume produksi.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Amalia, F. M. R. (2021). Analisis Biaya Volume dan Laba untuk Perencanaan Laba (Studi Kasus pada UMKM Konveksi d. Sartika di Kota Kudus) (Doctoral dissertation, IAIN Kudus).
Ellyanto, A. H. K., & Widjojoko, T. (2022). Analisis Kelayakan Usaha Keripik Pisang Pada Umkm Indusri Muda Mandiri Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Jurnal Agroteknologi Pertanian & Publikasi Riset Ilmiah, 4(2), 57-62.
Muliyani, M., Lubis, K. S., & Tanjung, A. A. (2022, July). Penerapan Analisis Titik Impas (Break Event Point) Sebagai Alat Pengendalian Biaya Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja UMKM. In Prosiding Seminar Nasional Sosial, Humaniora, dan Teknologi (pp. 687-695).
Simamora, C. (2022). Analisis Break Even Point (BEP) Dalam Strategi Perencanaan Laba dan Perencanaan Penjualan bagi UMKM. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 13322-13330.
Tomu, Ahmad, 2017. Analisis Break Event (BEP) Pada Usaha Batako Bahar, Jurnal Ulet Volume 1 Nomor 1 Edisi April
Widayani, W., Putra, A. D. P., Maemunah, M., Nurani, D., & Harliana, H. (2023). Analisa Break Event Point (BEP) dalam Pengembangan Produk UMKM Argowisata Dusun Bolu Kecamatan Seyagen Sleman. JAMU: Jurnal Abdi Masyarakat UMUS, 4(01), 23-29.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H