Proses pembuatan pupuk dimulai dengan menjemur kotoran sapi untuk menurunkan kadar airnya. Setelah kadar air  60 %, kotoran dicampurkan dengan EM4 dan starbio. Penambahan sekam padi bertujuan untuk membantu menaikkan pH karena pH kotoran sapi yang sangat rendah (berkisar 4,0-4,5), dan starbio dipergunakan untuk fermentasi kotoran agar pembusukan cepat terjadi. Setelah itu, kotoran diaduk agar tercampur rata, dan ditutup terpal dengan tujuan agar menjaga suhu yang naik tetap pada kondisi panas (70oC) agar mikroorganisme yang merugikan serta gulma mati. Setelah 2 hari kemudian, kotoran diaduk guna menjaga kadar oksigen agar tetap tinggi. Pengadukan secara berkala dilakukan selama 2 minggu, atau sampai suhu turun ke suhu udara sekitarnya dan tidak berbau lagi, yang menandakan bahwa proses komposting telah selesai berlangsung. Setelah itu, kompos diayak untuk mendapat ukuran butiran yang diinginkan, kemudian dikemas dan siap dipasarkan.
Monitoring tahap I dilakukan pada saat pelatihan pembuatan kompos kotoran sapi. Monitoring dilakukan pada bulan kedua yaitu setelah dilakukan pembuatan kompos mandiri oleh masyarakat, kemudian dilaporkan dan diserahkan ke pengurus RT dan PKK untuk dilakukan monitoring lanjutan.Â
Tahap Akhir
Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan akhir, monitoring tahap II dan publikasi. Laporan akhir dibuat berdasarkan hasil pelatihan dan monitoring pada periode akhir kegiatan pengabdian masyarakat. Monitoring tahap II dilakukan pasca laporan akhir atau setelah akhir kegiatan pengabdian masyarakat, sebagai komitmen dalam pengembangan kegiatan pembuatan kompos kotoran sapi dari tim pengabdian masyarakat dan dilakukan secara periodik 1 minggu sekali selama 2 bulan berjalan. Seminar dan publikasi dilakukan pasca bulan ketiga. Seminar dan publikasi ini berguna dalam menyebarluaskan informasi bagaimana kegiatan pengabdian masyarakat berlangsung, sehingga memberikan harapan bahwa kegiatan ini dapat direplikasi pada kawasan perumahan lain dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
Â
Sebelum kegiatan dilakukan, kami mengawalinya dengan mengadakan survey pendahuluan dan wawancara dengan Mitra Pengabdian Kepada Masyarakat Dusun Sebewe, Kecamatan Moyo Utara serta ditambah dari informasi potensi desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Hasil wawancara dengan mitra menunjukkan bahwa sebagian besar petani masih menggunakan pupuk kimia atau anorganik dibanding pupuk organik dalam hal ini adalah kotoran sapi. Alasannya mereka masih menggunakan pupuk kimia karena lebih praktis dari segi pengaplikasiannya pada tanaman. Padahal limbah kotoran sapi disana juga sangat banyak dan sering kali menjadi limbah yang tidak bisa dimanfaatkan atau bahkan hanya menumpuk. Dengan adanya sosialisasi dan aplikasi pembuatan pupuk kompos padat berbahan dasar kotoran sapi sangat membantu petani dalam penyediaan bahan organik dalam pertaniannya serta dapat di komersialkan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Metode pengabdian dilakukan dengan tiga tahap yaitu persiapan, sosialisasi dan aplikasi, tahap akhir. Materi sosialisasi yang diberikan meliputi :
Dampak penggunaan pupuk anorganik terhadap lingkungan;
keunggulan pupuk kompos padat limbah kotoran sapi dengan metoda fermentasi EM4 dan strarbio bagi kelangsungan pertanian ke depannya;
potensi pemanfaatan sumberdaya hayati di lingkungan sebagai bahan baku pupuk organik;
manfaat pengomposan dengan metode fermentasi menggunakan EM4 dan starbio;