Mohon tunggu...
Anissa Putri Pradita
Anissa Putri Pradita Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger | Ig :anissaputripr | Youtube: https://m.youtube.com/channel/UC3OR7mr9ZrUyDoPvGNkKQ-Q| Blog : http://www.kataapp.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Inovasi Biofuel B100 Sebagai Subtitusi Bahan Bakar Solar

15 April 2019   22:33 Diperbarui: 15 April 2019   22:35 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Energi fosil merupakan energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu atau menjadi mineral dan tertanam di bawah lapisan tanah dalam tempo yang sangat lama. Batubara, minyak bumi, dan gas bumi adalah tiga jenis energi konvensional yang umum diterima dalam satu rumpun energi fosil. 

Proses pembentukan energi fosil berjuta-juta tahun lamanya, energi fosil disebut juga energi tak terbarukan (non renewable energy). 

Jumlah energi fosil sangat terbatas bahkan mulai menipis, tapi sayangnya kita masih tergantung dengan adanya energi fosil dalam kehidupan sehari-hari misalnya bahan bakar kendaraan. Solusi yang tepat untuk mengatasi penggunaan energi fosil terus-menerus maka diperlukan energi terbarukan (renewable energy).

Energi terbarukan adalah energi yang ketersediaannya dapat dipulihkan karena proses produksinya dapat dikelola oleh manusia dalam tempo singkat. Contohnya biomassa, matahari, air, angin, panas bumi dan arus laut. 

[15/04/2019] Saya dapat kesempatan hadir dalam rangka Launching Uji Coba Perdana B100. Kita sering menggunakan bahan bakar solar yang berasal dari energi fosil untuk kendaraan. Kali ini, Saya menyaksikan B100 yang berasal dari olahan kelapa sawit CPO sebagai subtitusi solar. 

Biodiesel B100 merupakan bahan bakar biodiesel yang digunakan secara langsung pada mesin diesel tanpa dicampur minyak fosil atau apapun. 

Sebenarnya ini bukan hal yang baru karena sebelumnya Kementrian Pertanian sudah mengembangkan B15, B20, B30. Tetapi arahan Bapak Presiden Jokowi langsung melompat ke B100. Sudah teruji 10 mobil dalam jarak tempuh 6000 km. Hari ini ada 50 mobil Dinas yang diuji coba. 

img-20190415-211204-jpg-5cb4913ccc5283395131c8b4.jpg
img-20190415-211204-jpg-5cb4913ccc5283395131c8b4.jpg
Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman., MP selaku Menteri Pertanian mengatakan kebutuhan solar Indonesia impor kurang lebih 16 juta kiloliter. 6,01 juta Kl sudah dipenuhi dari B20 dan masih mengimpor 10,89 juta Kl. Insya Allah secara bertahap Indonesia akan mengurangi impor solar.  Bahkan, kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri 20 juta ton. Indonesia bisa menghemat devisa negara 150 triliun rupiah.  

Dampak pengembangan industri biodiesel di dalam negeri terhadap penerimaan devisa dapat diukur berdasarkan nilai penghematan devisa dari pengurangan impor bahan bakar. 

Penghematan devisa yang cukup besar sangat bermanfaat untuk mengurangi defisit neraca perdagangan nasional.

Produksi kelapa sawit CPO di Indonesia sebesar 46 juta. CPO ekspor sebanyak 34 juta dan sisanya untuk kebutuhan masyarakat.  

Peningkatan produksi biodiesel akan meningkatkan permintaan terhadap CPO yang berarti juga peningkatan permintaan terhadap tandan buah segar sawit. meningkatnya permintaan tandan buah segar (TBS) akan meningkat harga TBS hasil produksi petani, yang selanjutnya akan meningkatkan laba usahatani kebun sawit dan pendapatan keluarga petani kelapa sawit. Peningkatan pendapatan keluarga petani sawit inilah yang memungkinkan peningkatan kesejahteraan. Ini merupakan mimpi terbesar bagi bangsa Indonesia. 

img-20190415-213550-jpg-5cb496e43ba7f73bb2764c92.jpg
img-20190415-213550-jpg-5cb496e43ba7f73bb2764c92.jpg
Khusus alat traktor baik roda dua maupun roda empat, Bapak Amran meminta kepada Ditjen PSP agar memproduksi traktor dapat menyesuaikan dengan menggunakan biofuel B100. B100 adalah energi masa depan Indonesia.

Penggunaan B100 dalam 1 liter dapat mencapai 13,1 km berbeda dengan bahan bakar solar dalam 1 liter mencapai 9,6 km. Dalam nilai rupiah,  penggunaan B100 perkilometer sebesar 732 rupiah sedangkan penggunaan solar perkilometer sebesar 1000 rupiah. Artinya, B100 sangat efisien dan harga terjangkau. 

Selain efisien dan harga terjangkau, B100 bersifat ramah lingkungan tidak mengeluarkan asap, dan bau seperti solar. 

Sumber:

Sulaiman, Andi Amran et al. 2019. Biofuel B100 Energi Masa Depan Dunia. Jakarta. IAARD Press

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun