Mohon tunggu...
Nur AnisaParadina
Nur AnisaParadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi

Menyukai Keilmuan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Gangguan Depresi di Dalam Industri Musik K-Pop

24 Oktober 2022   09:38 Diperbarui: 24 Oktober 2022   10:12 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nur Anisa Paradina

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

anissaparadina25@gmail.com

ABSTRAK

Sejak maraknya berita di media massa tentang kasus kasus bunuh diri dalam industri K-Pop, membuat banyak penggemar yang marah terhadap agensi atau manajer dari artis tersebut. Agensi atau manajer diduga tidak bertanggung jawab atas kesehatan mental para idol dan aktris yang bernaung di bawah mereka. Selain hal tersebut, para idol dan aktris dituntut untuk menjalankan suatu peran yang berbeda dari kehidupan mereka, adapula artis atau idol yang di paksa agensi atau manajer mereka agar memenuhi semua aturan nya tersebut demi keberlangsungan karir dan popularitasnya. Kebanyakan idol depresi akibat terlalu mementingkan citra diri mereka dan Bahkan bullying dalam media sosial pun ikut andil dalam masalah tersebut. Oleh karena itu Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui representasi gangguan depresi di dalam industri musik kpop. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan teori dramatugi Erving Goffman yang meneliti tentang dramatugi. Hasil penelitian ini menemukan adanya penggambaran dari penyebab gejala gangguan depresi di kalangan aktris dan idol industri kpop akibat tekanan, popularitas dan aksi bullying dalam media sosial.

Kata Kunci : Media Sosial, Popularitas, Tekanan, kesehatan mental dan Bunuh diri

 

PENDAHULUAN

Mendengar kata Korea, dibenak kita pasti akan langsung terbayang pada artis-artis nya yang terkenal sangat cantik, tampan, berwajah mulus, piawai menari dan menyanyi, gaya hidup yang glamour, dan dikelilingi banyak fans, tentu kita semua menginginkan hal tersebut. Akan tetapi dibalik gemerlap nya industri K-Pop tidak sedikit aktris maupun idolnya yang mengalami depresi apalagi Dunia dalam era digital dan revolusi industri 4.0 mempelopori pesatnya perkembangan media hiburan. Industri hiburan sendiri juga memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk bisa menjadi idola. Bahkan kuatnya pengaruh industri hiburan dapat merubah kehidupan seseorang dari yang sebelumnya adalah masyarakat biasa, berubah menjadi artis terkenal karena memiliki daya tarik. Tetapi beberapa tahun terakhir, bermuculan kasus dari kalangan aktris maupun idol K-Pop yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sebagai korban cyber bullying, dan korban tuntutan keras industri hiburan/entertain.

Dalam belangan ini saja terdalat lima idol K-Pop yang bunuh diri, tiga di antaranya meninggal karena depresi, belum lagi jika dihitung dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, Negara Korea Selatan sebagai negara industri hiburan yang paling produktif, menurut WHO dalam worldpopulationreview.com, menyandang peringkat tertinggi ke-4 untuk resiko bunuh diri. Dari sekian banyak faktor dan penyebab yang melatarbelakangi, salah satunya adalah karena mereka mengalami depresi yang berat dengan kondisi mental yang terganggu. Para aktris maupun idol mengorbankan diri mereka hanya untuk memuaskan publik dan memenuhi kepentingan-kepentingan para pemilik modal sebagai dalang di balik kekuatan industri hiburan dan media yaitu agensi dan pihak manajer.

Contohnya adalah saat dalam memasuki industri hiburan, aktris dan idol tersebut selalu menyesuaikan penampilan dirinya sebaik mungkin dengan menjaga pola makan nya, dituntut untuk selalu bersikap feminimitas dan tersenyum, lagi lagi hal itu merupakan suatu tekanan dari pihak agensi atau manajemen mereka. Hal ini menunjukan dasar pemikiran Erving Goffman dimana mereka membangun citra diri di depan khalayak umum demi popularitas kariernya atau biasa disebut dengan teori dramaturgi adalah dimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung. Manusia adalah actor yang berusaha untuk menggabungkan kartakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan dramanya sendiri                  (Widodo, 2010:167).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun