Mahasiswa KKN Tematik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Daerah Tasikmalaya Tahun 2022 pada Kelompok Kecil 167 yang dibimbing oleh Ibu Rosarina Giyartini, M.Pd. ini melakukan KKN selama 30 hari di Desa Banjaran Kulon, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.Â
Kelompok kecil yang beranggotakan 10 orang ini mendapatkan tema "Desa Tanpa Kelaparan". Program kerja yang dilakukan adalah dengan melaksanakan sosialisasi mengenai Stunting, salah satunya adalah dengan mengadakan sosialisasi kepada Kader Posyandu agar dapat meningkatkan kapasitasnya dalam mendeteksi dan mencegah Stunting di Desa Banjaran.
Alasana mengapa mahasiswa memilih melakukan sosialisasi peningkatan kapasitas Kader Posyandu dalam mendeteksi dan mencegah Stunting ini adalah tak lain dan tak bukan dikarenakan Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan diwaspadai.Â
Pada tahun 2018 juga ditetapkan bahwa penanganan Stunting merupakan prioritas pembangunan nasional melalui Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan. Upaya penanganan Stunting dengan mengoptimalkan kondisi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dapat dilaksanakan di Posyandu.Â
Posyandu sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan memiliki peran strategis, namun karena Kader Posyandu memiliki latar belakang pendidikan serta sosial budaya yang beragam maka pengetahuan dan keterampilannya perlu terus menerus mendapatkan pembaruan.Â
Pada kasus Stunting, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader terkait Stunting dan upaya pencegahannya sebagian besar belum baik, oleh karena itu upaya peningkatan kapasitas Kader Posyandu perlu dilakukan.
Kegiatan sosialisasi peningkatan kapasitas kepada Kader Posyandu untuk mendeteksi dan mencegah Stunting ini dilakukan secara offline, dengan cara para mahasiswa KKN tematik UPI mendatangi satu persatu RW yang ada di Desa Banjaran Kulon dalam rentang waktu 11 Juli 2022 sampai dengan 10 Agustus 2022 dengan jumlah total sebanyak 14 RW.Â
Sebelum melakukan sosialisasi, terlebih dahulu mahasiswa melakukan wawancara dengan pemerintah daerah setempat, jenis wawancara yang dipilih adalah wawancara terbuka dimana jenis wawancara ini dipilih dengan tujuan agar narasumber memiliki kebebasan dalam menjawab pertanyaan dan tidak terpaku kepada jawaban yang baku,Â
selain itu mahasiswa juga terlebih dahulu mengurus perihal perizinan pengadaan program sosialisasi di kantor Desa setempat.
Anissa Lia Susanti yang berperan sebagai penanggung jawab program sosialisasi peningkatan kapasitas Kader Posyandu dalam upaya mendeteksi dan mencegah Stunting pada Kelompok KKN 167 yang dibimbing oleh Ibu Rosarina Giyartini, M.Pd. ini menyebutkan bahwa "Kader Posyandu merupakan penggerak utama dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu.Â
Keberadaan Kader penting dan strategis, ketika pelayanan yang diberikan mendapat simpati dari masyarakat akan menimbulkan implikasi positif terhadap kepedulian dan partisipasi masyarakat. Kader diharapkan berperan aktif dalam kegiatan promotif dan preventif serta mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat.Â
Salah satu permasalahan Posyandu yang paling mendasar adalah rendahnya tingkat pengetahuan kader baik dari sisi akademis maupun teknis, karena itu untuk dapat memberikan pelayanan optimal di Posyandu, diperlukan penyesuaian pengetahuan dan keterampilan kader, sehingga mampu melaksanakan kegiatan Posyandu sesuai norma, standar, prosedur dan kriteria pegembangan Posyandu."Â
Oleh karena itu mahasiswa yang tergabung dalam kelompok kecil KKN 167 setuju bahwa Kader perlu mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan yang benar dalam melakukan penimbangan, pelayanan dan konseling atau penyuluhan gizi.
Kader Posyandu Desa Banjaran merasa bahwa program sosialisasi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan kapasitas mereka mengenai gizi seimbang dan pencegahan Stunting.Â
Para peserta sangat antusias untuk mengikuti setiap materi yang diberikan pada saat sosialisasi.Â
Kader peserta sosialisasi mendapatkan klarifikasi berbagai pertanyaan mengenai gizi yang selama ini berkembang dengan pemahaman yang kurang tepat.Â
Peserta juga menjadi lebih paham mengenai gizi seimbang dan peran penting Kader Posyandu menyampaikan informasi pada masyarakat mengenai pemberian gizi optimal pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagai upaya pencegahan Stunting.Â
Program sosialisasi ini juga membantu Kader untuk dapat mengidentifikasi faktor risiko apa yang menyebabkan  di wilayah kerja Posyandu mereka.Â
Kader Posyandu di Desa Banjaran berharap bisa mendapatkan pelatihan yang berkesinambungan yang bersifat periodik dan terprogram dengan baik sehingga peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat terasah terus-menerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H