Mohon tunggu...
Anis Safitri
Anis Safitri Mohon Tunggu... Penulis - Learner

Teaching and learning www.anissafitri.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara Perempuan, Standar Kecantikan, dan Semua Tuntutan

9 Mei 2021   14:48 Diperbarui: 9 Mei 2021   14:49 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap perempuan itu diciptakan unik. Tak ada yang benar-benar sama. Semua pasti punya ciri khas dari apa yang sudah ia bawa sejak lahir.

Lalu, apakah perempuan bisa disamaratakan dengan sesuatu yang disebut dengan standar kecantikan? Jika saat ini berlaku sebuah standar bahwa perempuan cantik haruslah putih, tinggi, langsing, hidung mancung, rambut panjang, kulit mulus, bibir tipis, mata bulat, lalu bagaimana nasib perempuan yang tidak memiliki bentuk tubuh seperti yang disebutkan tadi?

Semua Perempuan Terlahir dengan Variasi Rupa 

Berbeda orang tua, tentu berbeda rupa anaknya. Ada yang dari keturunan Cina, lalu lahirlah perempuan bermata sipit. Ada orang tua dari keturunan Sunda, lalu lahirlah perempuan berkulit putih khas Sunda. Ada orang tua dari keturunan Jawa, lalu lahirlah perempuan berkulit sawo matang. Ada orang tua dari keturunan Papua, lalu lahirlah perempuan berkulit gelap. Itu baru dilihat dari variasi warna kulit. Ada banyak juga orang tua yang membawa gen bentuk rambut, bentuk hidung, dan postur tubuh yang beragam.

Bisakah Disamaratakan dengan Standar Kecantikan? 

Dengan berbagai variasi rupa perempuan, apakah kira-kira mungkin diseragamkan dengan sebuah standar kecantikan? Adilkah jika perempuan yang terlahir berkulit sawo matang disebut tidak cantik karena syarat standar kecantikan harus putih? Adilkah jika perempuan yang terlahir dengan ukuran hidung yang kurang mancung, kurang tinggi, dan kurang-kurang lainnya dikatakan tidak cantik?

***

Sebelumnya, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya berdamai dengan diri sendiri. Sebuah perjalanan ketika saya tidak pernah mendapatkan masalah kulit, lalu mendapatkannya, lalu insecure hebat, dan saat ini yang masih proses untuk terus mencintai diri sendiri.

Ketika Tiba-Tiba Mendapatkan Jerawat yang Tak Kunjung Sembuh 

Topik jerawat sendiri sudah membuat saya bosan untuk membahasnya. Namun, topik ini ternyata yang membuatku memiliki pandangan berbeda mengenai standar kecantikan.

Setiap perempuan pasti tidak ingin terdapat jerawat di wajahnya. Itulah mengapa banyak obat jerawat yang bertebaran di toko obat dan kosmetik. Saya pun yang tiba-tiba mendapatkan beberapa jerawat langsung berburu obat itu.

Semakin lama, jerawat tak kunjung hilang dari wajah. Saya pun stres. Belum ada jerawat yang sembuh, sudah muncul lagi, lalu ada lagi yang lain. Apa yang salah dengan saya? Saya tak pernah pakai krim abal-abal/krim palsu. Ber-make up saja jarang, apalagi bereksperimen dengan skincare macam-macam.

Singkat cerita, saya berobat di dokter kulit dan mencoba merenungi diri. (Untuk cerita lengkap tentang perjuangan saya melawan jerawat bisa dibaca di buku Seni Menata Cita yang diterbitkan oleh BIKA Indonesia ya). Dari usaha yang saya lakukan itu, perlu waktu yang panjang untuk bisa meyakinkan diri sendiri agar bisa sembuh karena saat itu yang ada di pikiran saya adalah jerawat telah membuat wajah saya menyeramkan. Kadar percaya diri saya turun drastis. Setiap hari hanya ada rasa rendah diri, galau, dan nangis. Mungkin terlihat berlebihan, tapi percayalah, saat itu saya merasa benar-benar terbunuh oleh standar kecantikan yang ada di luar sana.

Jerawat Bukanlah Sesuatu yang Haram, It's Normal

Dilihat dari umurku yang masih di awal-awal 20 tahun, jerawat adalah sesuatu yang normal. Hormon yang tidak stabil dan banyaknya aktivitas di luar ruang adalah secuil dari penyebabnya. Sebenarnya, pengetahuan ini pasti sudah terjabar lengkap di pelajaran IPA saat SMP/Biologi saat SMA. Tapi sekali lagi, namanya juga sedang stres, saat itu saya hanya memikirkan bagaimana jerawat di wajah bisa hilang, pokoknya harus hilang.

Berkaitan dengan pembahasan tentang "Semua Perempuan Terlahir dengan Variasi Rupa", saya menjadi tahu juga jika umat manusia juga terlahir dengan sistem tubuh yang tidak sama. Misalkan, ada orang yang suka makan banyak tapi badannya tetap kurus, ada pula orang yang makan dalam porsi normal tapi tetap gemuk/perlu waktu lebih lama untuk kurus. 

Setelah saya menyimak penjelasan dari beberapa dokter dan ahli kesehatan, ini karena tiap orang punya sistem metabolisme yang berbeda-beda. Masyaallah. Allahuakbar. Allah memang Mahabesar. 

Hal ini membuat saya sadar jika manusia itu tak mungkin disamaratakan dengan sebuah standar kerupawanan yang sebenarnya aneh dan tidak masuk akal. Tak berhenti di situ, saya melihat keajaiban Allah ketika saya becermin. Saat itu, saya memperhatikan kulit wajah saya yang termasuk oily/berminyak dan cukup sensitif dengan tingkat stres dan makanan yang masuk ke mulut. Pori-pori di kulit saya memang cukup besar, sehingga membuat jerawat mudah muncul.

Apakah saya ingin mengajukan banding ke pengadilan Allah karena kondisi kulit wajah saya yang cukup sensitif ini? Hehe... tentu tak akan mampu dan tidak mungkin bisa. Allah yang memberikan kondisi kulit wajah saya seperti ini, pasti ada tujuannya. Allah ingin saya lebih memperhatikan apa yang saya makan. Allah ingin saya lebih repot untuk merawat diri. 

Allah ingin saya tahu betapa pentingnya bersyukur. Sementara di luar sana, Allah pasti memberikan kondisi kulit ke manusia-manusia yang lain dengan kondisi yang berbeda pula. Ada yang kulit normal, kulit kering, dan kulit berminyak juga. Sekali lagi, Allah yang Mahabesar ini membuat saya semakin yakin jika standar kecantikan yang tersebar di luar sana itu TIDAK MASUK AKAL.  

Standar Kecantikan Dibuat Hanya untuk Kepentingan Komersil

Jika menilik dari sejarahnya, standar kecantikan mempunyai asal usul yang panjang jika dijelaskan. Saya ingin merekomendasikan ke teman-teman beberapa tayangan video YouTube dari Kak Gita Savitri yang berjudul "Why Beauty Standards Are Ridiculous" dan dari Remotivi yang berjudul "Kenapa Harus Cantik?". 

Ada juga penjelasan dari Kak Kalis Mardiasih pada bukunya "Muslimah yang Diperdebatkan". Dalam buku tersebut, ada salah satu bab (yang saya lupa judul babnya) membahas tentang fenomena dan asal usul kosmetik yang memiliki klaim flawless, brightening, whitening, dsb.  

Terlepas dari Standar Kecantikan, Perempuan Tidak Boleh Abai dengan Kesehatan

Poin ini termasuk yang saya dapatkan ketika berjuang menyembuhkan jerawat. Saya merasa diingatkan Allah untuk lebih menjaga kesehatan dengan memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Untuk teman-teman yang barangkali tidak memiliki alergi/reaksi jerawat jika mengonsumsi makanan tak sehat, tolong jangan terlena. 

Sayangi tubuh kita sendiri dengan mengonsumsi makanan sehat. Boleh deh jika sesekali ingin minum manis, makan junkfood, yang berminyak, atau yang berlemak. Kita sendiri yang punya kendali atas tubuh sendiri untuk memilah dan memilih. Berpola hidup sehat saja tidak menjamin memiliki masa tua tanpa sakit-sakitan, apalagi jika memilih tidak hidup sehat.

Ini juga berlaku dengan olahraga. Meskipun sudah percaya bahwa cantik tidak harus kurus, tetapi berolahraga juga penting untuk kesehatan. Tak bisa dimungkiri kalau gemuk bisa juga mendatangkan berbagai penyakit. Jadi, olahraga juga penting untuk menjaga kesehatan dan berat badan agar tetap bugar. Jika nanti berat badan menjadi ideal dan kulit wajah menjadi lebih sehat, itu berarti bonus yang perlu disyukuri juga hehe.

Terima kasih teman-teman yang sudah bersedia membaca tulisan ini sampai akhir. Tentukan sendiri standar kecantikan/kerupawanan kalian masing-masing, yaitu dengan menjadi versi terbaik bagi diri sendiri. Mohon maaf jika terdapat kesalahan/sesuatu yang kurang berkenan di hati kalian. Semoga tulisan ini bisa mengurangi kita untuk tidak sering membandingkan diri dengan orang lain, terlebih perihal fisik. Mari bersama mensyukuri apa yang telah melekat di tubuh kita, baik dalam kondisi sehat maupun sakit.

Yakinlah, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun