Setiap perempuan pasti tidak ingin terdapat jerawat di wajahnya. Itulah mengapa banyak obat jerawat yang bertebaran di toko obat dan kosmetik. Saya pun yang tiba-tiba mendapatkan beberapa jerawat langsung berburu obat itu.
Semakin lama, jerawat tak kunjung hilang dari wajah. Saya pun stres. Belum ada jerawat yang sembuh, sudah muncul lagi, lalu ada lagi yang lain. Apa yang salah dengan saya? Saya tak pernah pakai krim abal-abal/krim palsu. Ber-make up saja jarang, apalagi bereksperimen dengan skincare macam-macam.
Singkat cerita, saya berobat di dokter kulit dan mencoba merenungi diri. (Untuk cerita lengkap tentang perjuangan saya melawan jerawat bisa dibaca di buku Seni Menata Cita yang diterbitkan oleh BIKA Indonesia ya). Dari usaha yang saya lakukan itu, perlu waktu yang panjang untuk bisa meyakinkan diri sendiri agar bisa sembuh karena saat itu yang ada di pikiran saya adalah jerawat telah membuat wajah saya menyeramkan. Kadar percaya diri saya turun drastis. Setiap hari hanya ada rasa rendah diri, galau, dan nangis. Mungkin terlihat berlebihan, tapi percayalah, saat itu saya merasa benar-benar terbunuh oleh standar kecantikan yang ada di luar sana.
Jerawat Bukanlah Sesuatu yang Haram, It's Normal
Dilihat dari umurku yang masih di awal-awal 20 tahun, jerawat adalah sesuatu yang normal. Hormon yang tidak stabil dan banyaknya aktivitas di luar ruang adalah secuil dari penyebabnya. Sebenarnya, pengetahuan ini pasti sudah terjabar lengkap di pelajaran IPA saat SMP/Biologi saat SMA. Tapi sekali lagi, namanya juga sedang stres, saat itu saya hanya memikirkan bagaimana jerawat di wajah bisa hilang, pokoknya harus hilang.
Berkaitan dengan pembahasan tentang "Semua Perempuan Terlahir dengan Variasi Rupa", saya menjadi tahu juga jika umat manusia juga terlahir dengan sistem tubuh yang tidak sama. Misalkan, ada orang yang suka makan banyak tapi badannya tetap kurus, ada pula orang yang makan dalam porsi normal tapi tetap gemuk/perlu waktu lebih lama untuk kurus.Â
Setelah saya menyimak penjelasan dari beberapa dokter dan ahli kesehatan, ini karena tiap orang punya sistem metabolisme yang berbeda-beda. Masyaallah. Allahuakbar. Allah memang Mahabesar.Â
Hal ini membuat saya sadar jika manusia itu tak mungkin disamaratakan dengan sebuah standar kerupawanan yang sebenarnya aneh dan tidak masuk akal. Tak berhenti di situ, saya melihat keajaiban Allah ketika saya becermin. Saat itu, saya memperhatikan kulit wajah saya yang termasuk oily/berminyak dan cukup sensitif dengan tingkat stres dan makanan yang masuk ke mulut. Pori-pori di kulit saya memang cukup besar, sehingga membuat jerawat mudah muncul.
Apakah saya ingin mengajukan banding ke pengadilan Allah karena kondisi kulit wajah saya yang cukup sensitif ini? Hehe... tentu tak akan mampu dan tidak mungkin bisa. Allah yang memberikan kondisi kulit wajah saya seperti ini, pasti ada tujuannya. Allah ingin saya lebih memperhatikan apa yang saya makan. Allah ingin saya lebih repot untuk merawat diri.Â
Allah ingin saya tahu betapa pentingnya bersyukur. Sementara di luar sana, Allah pasti memberikan kondisi kulit ke manusia-manusia yang lain dengan kondisi yang berbeda pula. Ada yang kulit normal, kulit kering, dan kulit berminyak juga. Sekali lagi, Allah yang Mahabesar ini membuat saya semakin yakin jika standar kecantikan yang tersebar di luar sana itu TIDAK MASUK AKAL. Â
Standar Kecantikan Dibuat Hanya untuk Kepentingan Komersil