Mohon tunggu...
Anis Safitri
Anis Safitri Mohon Tunggu... Penulis - Learner

Teaching and learning www.anissafitri.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips agar Gagal Dapat Beasiswa! (Motivasi+Pengalaman Pribadi)

24 Juni 2020   23:08 Diperbarui: 25 Juni 2020   10:02 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum, teman-teman!

Halo!

Aku yakin, di Google pasti minim sekali artikel yang bahas tentang tips gagal untuk dapat beasiswa. Atau bahkan tidak ada! hehe...

Mana mungkin ada artikel yang membahas tips agar gagal? Tentunya artikel itu pasti ngga ada pembacanya.

Lalu, artikel ini gimana dong? Apa membahas tentang tips agar gagal mendapatkan beasiswa? :D

Tenang, artikel ini akan membahas tentang kegagalanku mendapat beasiswa + bocoran mengapa aku gagal mendapatkannya. Harapannya, teman-teman bisa belajar dan bisa meminimalisir risiko kegagalannya.

Langsung saja yuk, kita mulai ceritanya ...

- Pengalaman Gagal Lolos Beasiswa Unggulan -

Di kalangan mahasiswa, jenis beasiswa ini dikenal sebagai jenis beasiswa yang mirip Bidikmisi. Miripnya yaitu tentang masa berlaku yang meng-cover penerima beasiswa hingga lulus. Biaya yang di-cover meliputi biaya UKT, biaya hidup, biaya buku, dll. Banyak ya? Tentu dong. Oleh karena itu, peminatnya juga banyak. Jika ingin tahu tentang beasiswa ini, silakan kunjungi website resminya di sini.

Aku terhitung pernah 2x daftar Beasiswa Unggulan, yaitu di batch 1 dan batch 2. Pada batch 1, aku akui dalam persiapan proposal rencana studi, esai, dan kelengkapan lainnya seakan kurang niat. Alhasil, aku tidak lolos seleksi administrasi pada batch 1. Sedih? Tentu. Tapi, masih bisa ikut batch 2. Masih ada harapan.

Pada batch 2, aku perbaiki semuanya. Proposal rencana studi aku buat sebagus, serinci, dan semenarik mungkin. Aku rutin searching pengalaman para penerima Beasiswa Unggulan saat membuat proposal dan esai. Aku teliti bertanya ke kakak tingkat mengenai tips agar lolos seleksi administrasi. Untuk esai, aku tulis ulang yang baru. Kutulis esai yang mampu "menjual diri" dan menjabarkan detail mimpi-mimpi. Bismillah, aku harus berbenah. Setelah semua kelengkapan sudah beres, aku klik submit. Tinggal perkuat doa agar mendapat hasil yang menggembirakan.

Pengumuman aku dapatkan melalui e-mail. Alhamdulillah aku lolos seleksi administrasi pada batch 2 ini! Yeay. Selanjutnya, persiapan wawancara. Sama seperti yang lalu, aku searching pengalaman mahasiswa yang pernah ikut wawancara seleksi beasiswa. Karena terlalu niat, aku tulis daftar pertanyaan yang umum ditanyakan di selembar kertas HVS. Aku berlatih tanya jawab dengan ibuku. Langkah ini bukan untuk menghafalkan jawaban, namun untuk melatihku agar lancar dan siap menjawab pertanyaan apapun dari interviewer (pewawancara).

Hal dilematis muncul. Saat pendaftaran batch 2 ini ternyata bebarengan dengan pendaftaran Beasiswa PPA (yang diadakan kampus). Bingung dan takut. Dari pihak penyelenggara Beasiswa Unggulan yang aku tahu tidak mau diduakan dengan jenis beasiswa lainnya. Tapi, di satu sisi aku ingin mencoba semua peluang yang ada mengingat ayahku akan pension beberapa tahun lagi. Setelah berdiskusi dengan orang tua, aku putuskan untuk tetap mendaftar keduanya. Jika keterima dua-duanya, aku janji akan melepas Beasiswa PPA. Akhirnya, aku juga mendaftar beasiswa PPA yang persyaratannya tidak serumit Beasiswa Unggulan.

Kembali ke persiapan seleksi wawancara Beasiswa Unggulan. Aku mendapatkan jatah melakukan seleksi wawancara di Universitas Ahmad Dahlan Kampus 4. Demi persiapan matang, sebelum hari H aku survei ke sana terlebih dahulu, termasuk memilih rute perjalanan yang paling efektif. Oiya, selain persiapan wawancara, peserta juga harus membuat rekening tabungan khusus jika nanti menerima Beasiswa Unggulan. Aku pun segera membuatnya. Sungguh, mengingat segala persiapan yang kulakukan saat itu, aku seakan memiliki semangat yang berkobar-kobar hehe...

Jika pada akhirnya aku gagal di seleksi Beasiswa Unggulan ini, bagaimana ceritanya? Ceritanya ya di tahap seleksi wawancara ini. Setelah proses wawancara telah dilalui, selang beberapa minggu aku mendapatkan email jika aku gagal (bahasa diplomatisnya belum berkesempatan lolos). Sedih? Jelas! Inilah kesempatan terakhirku untuk daftar Beasiswa Unggulan. Seharian aku menangis, menyesali apa kesalahanku. Karena sebagai informasi saja, biasanya peserta yang sudah masuk seleksi wawancara sudah 90% keterima, maka saat itu harus sudah membuat rekening tabungan khusus. Sungguh, kecewanya bukan main. Hingga aku pun masih sering cek email dan membaca lagi barangkali pemberitahuan gagal itu akan berubah menjadi berita baik.

Bulan berganti bulan, kekecewaan kadang masih menghinggapi. Tapi, ikhlas adalah solusi terbaik biar hidupku tenang. Aku pun mengevaluasi diri mengapa saat itu aku bisa tidak lolos. Apa kesalahanku saat menjawab pertanyaan dari pewawancara? Beberapa kemungkinan pun muncul setelah aku evaluasi diri sendiri.

  • Aku terlalu polos. Inilah kemungkinan yang membuatku tertawa sendiri hingga kini. Saat diwawancarai aku begitu polos menjelaskan bahwa aku sedang dalam proses pendaftaran Beasiswa PPA juga. Aduuuuh. Pewawancara yang notabene seorang psikolog mampu melontarkan pertanyaan yang membuatku kelewatan rileks hingga keceplosan. Aku ingat sekali saat itu aku menjelaskan bahwa aku juga dalam proses pendaftaran PPA. Namun, jika mendapatkan Beasiswa Unggulan, aku siap dan rela melepas Beasiswa PPA jika diterima juga. Hmm... Siapa juga yang rela diduakan? Pihak dari Beasiswa Unggulan tentu berhak untuk tidak percaya 100% dengan janjiku itu. Tapi, dengan kegagalanku ini, aku tak sepenuhnya menyalahkan "keceplosanku" itu. Aku tak menyesal jika saat itu terlalu jujur dalam menjawab. Bagiku, ada pembelajaran menarik yang bisa kupegang seumur hidup, yaitu berani bertanggung jawab atas apa yang aku ucapkan dan lakukan. Kecewa karena gagal itu boleh, tapi jangan kelamaan dan harus lekas bangkit. Masih ada kok kesempatan lain. Mengenai Beasiswa Unggulan yang tak mau diduakan, aku hargai kebijakan itu. Mungkin saja, memang rezekiku bukan di situ. Lagi pula, dengan mendaftar Beasiswa Unggulan, aku belajar membuat perencanaan studi yang matang dan esai yang menjabarkan mimpi-mimpiku. File itu masih tersimpan di laptop. Sesekali bisa aku buka untuk mengenang perjuanganku yang penuh drama demi meraih beasiswa :)  

Begitulah permulaan ceritaku dalam mendaftar beasiswa. Jika ditanya, apa sekarang masih kecewa? Mmm... tidak. Apa masih suka ketawa mengingat kepolosan waktu itu? Jelas iya haha..

Pokoknya, jika gagal daftar beasiswa, jangan terlalu lama mengerutuki diri sendiri. Lekas bangkit ya!

"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku" -- Umar bin Khattab

Karena aku yakin Beasiswa Unggulan itu bukan rezekiku untuk kuliah S1, aku lekas cari beasiswa lain.

Bisa jadi Beasiswa Unggulan akan jadi rezekiku untuk kuliah S2 kelak. Aamiin :)

Lalu, bagaimana cerita perjuangan teman-teman?

Apakah kalian sudah membidik beasiswa?

Jika kalian penasaran/tertarik membaca proposal rencana studi dan esaiku, silakan hubungi email irtifassina@gmail.com atau DM Instagram @irtifassina. Jangan sungkan juga untuk berbagi cerita perjuangan teman-teman ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun