Mohon tunggu...
Anis Rahayu
Anis Rahayu Mohon Tunggu... Editor - UINWSSMG

Dalam rangka memenuhi tugas Esai Ujian Tengah Semester Psikologi Perkembangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19 terhadap Stres Akademik Pada Mahasiswa Ditinjau dari Perspektif Teori Psikososial (Erik Erikson)

19 April 2021   14:34 Diperbarui: 19 April 2021   14:53 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FITK UIN Walisongo, Anis Rahayu, 1903016045, PAI 4B

PENDAHULUAN

Coronavirus disease (Covid-19) telah menjadi sebuah pandemi yang menyerang hampir di seluruh dunia sehingga menyebabkan kegiatan yang melibatkan banyak orang harus dihindari, salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar. Sejak bulan Maret 2020, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh/pembelajaran daring (dalam jaringan)/pembelajaran online mulai dari tingkat pra-sekolah, tingkat dasar, tingkat menengah pertama, menengah atas, hingga perguruan tinggi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Namun dalam pelaksanaannya terdapat kendala dan kekurangan. Beberapa kendala yang dihadapi oleh mahasiswa yaitu signal internet yang kurang mendukung, sebagian mahasiswa kekurangan kuota, banyak gangguan ketika belajar di rumah, mahasiswa merasa kurang fokus belajar tanpa adanya interaksi langsung dengan dosen maupun mahasiswa lain, materi yang disampaikan sulit dipahami, kurangnya kesiapan dosen dalam menyiapkan materi (Gunadha & Rahmayunita, 2020; Utami et al., 2020). Kendala-kendala tersebut menyebabkan stres akademik pada mahasiswa. Tugas yang banyak dengan deadline waktu yang singkat juga menjadikan kendala tersendiri dalam pembelajaran daring. Tugas pembelajaran merupakan faktor utama penyebab stres mahasiswa selama pandemi Covid-19 (PH Liviana, dkk., 2020).

Stres akademik pada mahasiswa tidak hanya terjadi di Indonesia, penelitian wang menyimpulkan bahwa mahasiswa China menunjukkan kecemasan yang lebih tinggi selama pandemi Covid-19 (Wang & Zhao, 2020). Perubahan kurikulum, perubahan kondisi lingkungan, iklim pembelajaran yang baru menyebabkan timbulnya stres akademik. Pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 merupakan iklim pembelajaran yang baru yang dirasakan oleh mahasiswa. Perubahan yang terlalu singkat ini menyebabkan kebingungan pada mahasiswa dan ditambah dengan kendala-kendala yang ditemui mahasiswa saat proses pembelajaran daring menyebabkan mahasiswa menjadi stres. Stres akademik yang dialami mahasiswa dapat mengganggu aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar.

PEMBAHASAN

Berdasarkan perspektif perkembangan psikososial (Erik Erikson), ditinjau dari proses pengembangannya, mahasiswa umumnya berada pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan yang cepat dalam aspek biologis, intelektual, emosional, nilai dan sikap menuju kearah kematangan dan kemantapan kepribadian. Dengan demikian, masa belajar di perguruan tinggi merupakan masa transisi sebagai kepribadian yang mantap dalam masa dewasa. Pada dua tahun pertama kuliah, mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan remaja akhir. Sedangkan pada dua tahun kedua dan seterusnya, mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan dewasa awal.

Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, ke masa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Tidak sedikit mahasiswa yang mengakui dirinya stres dalam mengikuti pembelajaran daring selama pandemi Covid-19. Mahasiswa yang mengalami stres akademik memiliki persepsi yang maladaptif terhadap tuntutan akademik. Stres akademik adalah persepsi subjektif terhadap suatu kondisi akademik atau respon yang dialami mahasiswa berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi negatif yang muncul akibat adanya tuntutan akademik.

Berdasarkan hasil penelitian Livana et al,. (2020) penyebab stres mahasiswa selama pandemi Covid-19 yang banyak dikemukakan adalah tugas perkuliahan. Banyaknya tugas yang dianggap berlebih dengan deadline yang tergolong cepat membuat kesehatan mental mahasiswa terganggu. Mahasiswa menjadi tidak bisa beristirahat cukup karena ada banyak tugas yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

Adapun faktor-faktor lain penyebab stres antara lain: (a) Lingkungan belajar yang berbeda antara pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka yang biasa dilakukan di kelas. Ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa pulang ke kampung halaman karena kebijakan pemerintah tentang pembatasan operasional transportasi di masa pandemi Covid-19, sehingga beberapa mahasiswa harus tetap berada di kost ataupun asrama. Mereka mengatakan bahwa terkadang perasaan sesak karena ruangan yang sempit. Sementara pada mahasiswa yang tinggal di asrama mengatakan bahwa mereka sering merasakan sesak karena ruang kamar yang di huni 2 (dua) sampai 4 (empat) orang perkamar (Maihayana et al,. 2020). Lingkungan seperti ini sungguh tidak kondusif sebagai tempat belajar karena keterbatasan ruang. Lingkungan fisik sangat berperan dalam membuat suasana kondusif yang mendorong peserta didik untuk belajar (Mayangsari & Astuti, 2020). (b) Masalah yang dihadapi mahasiswa yang pulang kampung atau tinggal di rumah yaitu kebisingan. Lingkungan rumah yang berisik hingga mengganggu konsentrasi dalam belajar. Menurut Feidihal (2007) dalam Zwagery et al., (2019), kebisingan yang terjadi dapat berdampak pada gangguan psikologis, seperti perasaan jengkel, kecemasan, dan ketakutan hingga menimbulkan stress. (c) Keterbatasan pemahaman materi oleh mahasiswa dapat menyebabkan stres karena tuntutan pada kemampuan mahasiswa untuk mengerjakan tugas pembelajaran. Keterbatasan ruang membuat mereka tidak bisa leluasa bertanya baik kepada dosen pengajar maupun kepada teman. Sebenarnya di era sekarang mahasiswa dituntut untuk dapat belajar dengan mandiri. Namun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu belajar secara mandiri (Amini et al., 2020). (d) Di tengah kondisi pandemi seperti ini mahasiswa berpotensi tidak bisa memenuhi kebutuhan psikologisnya yaitu kebutuhan akan keterhubungan (Hasan, 2020) dalam Abbas (2020). Metode belajar tanpa tatap muka dan tanpa interaksi langsung membuat mahasiswa menjadi stres karena tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang disayangi termasuk teman perkuliahan. Mereka merasa terisolasi, lelah melihat layar dan tidak ada komunikasi dengan teman-teman. (e) Kelancaran jaringan internet sangat mempengaruhi kinerja mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. Sulitnya akses internet membuat tugas kuliah menumpuk sehingga menimbulkan stres berlebih pada mahasiswa. (f)  Sulitnya mengkoordinir pekerjaan kelompok juga menjadi permasalahan yang menyebabkan stres pada beberapa mahasiswa. Adapun faktor yang menyebabkan stres yaitu adanya perselisihan kesepakatan dengan temannya sendiri, beban kerja yang berlebihan karena tidak membagi tindakan antara teman satu dengan teman yang lainnya (Livana et al., 2020). (g)  Seringkali jadwal perkuliahan mengalami perubahan dan dikabarkan mendadak. Hal ini membuat mahasiswa menjadi cemas saat ingin melakukan kegiatan lainnya. Mereka harus selalu stand by di depan layar handphone maupun laptop untuk menunggu kabar karena takut dan khawatir akan tertinggal perkuliahan. (h) Tidak bisa melakukan hobi seperti biasanya. Padatnya perkuliahan online dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan membuat mahasiswa harus merelakan waktunya untuk terus menatap layar laptop tanpa bisa melakukan hobi mereka. Padahal melakukan hobi merupakan sarana coping stres setelah mengerjakan sesuatu yang membuat diri merasa lelah. (i) Pekerjaan rumah yang menumpuk. Beberapa mahasiswa bahkan merasa tidak memiliki waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi ditambah dengan orangtua yang kurang paham terhadap kesibukan anaknya hingga timbul perasaan marah dan menganggap anak tidak membantu mereka sama sekali. Hal ini membuat mahasiswa semakin stres setiap harinya. (j) Pandemi Covid-19 juga mengakibatkan perubahan dalam hubungan keluarga. Mahasiswa yang terlalu sibuk dengan tugas akademik membuat hubungannya dengan keluarga menjadi renggang. Mereka mulai jarang melakukan komunikasi keluarga dan hanya berdiam diri di dalam kamar sambil mengerjakan tugas. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, dan untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan, misalnya melalui komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain (Watuliu, 2015).

Stres akademik yang dialami mahasiswa dapat mengganggu aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar. Maka diperlukan solusi untuk meminimalisir stres akademik pada mahasiswa. Menurut Gunarya dkk (2011), dalam mencegah stres akademik dapat menggunakan strategi yang disingkat dengan 'STRESS', namun dengan akronim yang berbeda. Kepanjangan dari STRESS yaitu Study Skills, Tempo-Time Management, Rest, Eating and Exercise, Self Talk, dan Social Support.

-Study Skills, berarti dalam menjalani dunia perkuliahan ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, yang ingin diikuti, namun dalam waktu yang terbatas pula. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa perlu memilki skill belajar yang sesuai dengan diri mereka masing-masing sehingga mampu belajar dengan efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada.

-Time Management, yang dimaksud adalah mahasiswa mampu memanajemen waktu sehingga apa yang dilaksanakan dapat tepat waktu dan tepat sasaran.

-Rest, berarti istirahat. Tubuh kita bekerja sesuai dengan pengaturan yang sudah ditentukan, hal ini berarti tiap orang memerlukan istirahat atau jeda terlebih dahulu sebelum memulai kembali aktivitas.

-Eating and Exercise, tubuh kita memerlukan asupan yang seimbang dan latihan atau olahraga yang memadai agar dapat bugar kembali.

-Self Talk, berarti percakapan kalbu yang berisi percakapan positif yang mampu membuat kita menjadi bersemangat lagi. Apabila muncul percakapan kalbu yang negatif, maka kita harus mampu secara sadar mengatur isi percakapan kita agar mendukung hal positif dari dalam diri kita khususnya dengan metode 'stop ganti' untuk percakapan kalbu yang negatif.

-Social Support atau jaringan pendukung. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Maka teman, keluarga dan kerabat diharapkan mampu menjadi Social Support.

Mengenai adanya tugas yang menumpuk sebagai pemicu utama stres, hal ini tidak akan terjadi jika mahasiswa mampu memanajemen waktu dengan baik dan berusaha untuk tidak menunda-nunda dalam pengerjaan tugas. Selain itu juga penting adanya komunikasi antara dosen dengan mahasiswa mengenai kontrak perkuliahan agar jelas dan untuk menghindari kemungkinan hambatan yang akan terjadi selama proses pembelajaran daring. Selanjutnya untuk mengantisipasi keterbatasan kuota yang dimiliki mahasiswa, institusi dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang rendah kuota (tidak memerlukan kuota internet besar) dalam mengaksesnya. Selain itu, terdapat pelayanan berupa kuota gratis dengan cara kerjasama dengan provider untuk mengakses layanan pendidikan.

Menurut pendapat penulis, setiap manusia pasti memiliki keluhan dalam hidupnya. Tidak terkecuali pada kelompok mahasiswa. Terkadang, mahasiswa mengaku bahwa mereka pernah atau bahkan sering mengalami stres dalam mengikuti pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 ini. berdasarkan perspektif teori psikososial Erik Erikson, maka perkembangan manusia ditentukan oleh sejumlah konflik. Kepribadian harus mampu mengatasi konflik pada setiap tahapnya. Setiap tahap perkembangan melibatkan dua pilihan yaitu maladaptif dan adaptif. Mahasiswa yang memilih persepsi maladaptif terhadap tuntutan akademik, maka akan meresponnya dengan reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi negatif sehingga menyebabkan stres akademik. Stres sendiri memiliki efek yang tidak bisa dianggap remeh. Akumulasi stres menyebabkan frustrasi, depresi, kecemasan, dan dapat menyebabkan perhatian pada gangguan hiperaktif, penyalahgunaan zat, antisosial perilaku, dan bahkan kekerasan (Putri, 2014). Agar hal tersebut tidak terjadi, mahasiswa bisa menerapkan strategi STRESS untuk mencegah terjadinya stres akademik.

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab munculnya gejala stres pada mahasiswa selama mengikuti pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 antara lain: tugas perkuliahan, lingkungan belajar, kebisingan, keterbatasan pemahaman terkait materi yang didapat, tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang disayangi termasuk teman perkuliahan, jaringan internet yang terkendala, sulitnya pengerjaan dan mengkoordinir tugas kelompok, tidak bisa melakukan hobi seperti biasa, pekerjaan rumah yang menumpuk, kuota internet yang boros, seringkali jadwal perkuliahan mengalami perubahan dan dikabarkan mendadak, perubahan hubungan keluarga, tidak bisa beradaptasi, serta kejenuhan yang dialami saat pembelajaran daring.

Stres akademik yang dialami mahasiswa dapat mengganggu aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar. Maka diperlukan solusi untuk meminimalisir stres akademik pada mahasiswa. Adapun strategi untuk menghadapi stres selama pandemi Covid-19 yaitu berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang yang dapat dipercayai, menjaga gaya hidup sehat dengan asupan gizi yang cukup, pola tidur yang baik, olahraga dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa dilakukan selama berdiam di rumah, mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam menentukan tahap pencegahan yang tepat dan menghindari berita-berita yang tidak valid, mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan informasi yang membuat semakin cemas dan takut, dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi selama masa pandemi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andiarna, Funsu dan Estri Kusumawati, "Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Stres Akademik Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19", Jurnal Psikologi. (Vol. 16, No. 2, Desember/2020).

Barseli, Mufadhal, dkk., "Konsep Stres Akademik Siswa". Jurnal Konseling dan Pendidikan. (Vol. 5, No.3, 2017).

Kartika, Rira. 2020. Analisis Faktor Munculnya Gejala Stres pada Mahasiswa Akibat Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19. Banjarmasin: t.p.

Priyambodo, Aji Bagus dan Hendi Setyawan, "Problematika Sosial Mahasiswa di Universitas Negeri Malang Ditinjau dari Perspektif Perkembangan Psikososial", Psikologi Sosial di Era Revolusi 4.0: Peluang & Tantangan, (Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, 4 Mei 2019).

Sukmawati, Indah, "Tren Mahasiswa Rentan Stres, Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?", artikel diakses dari https://rs.ui.ac.id/umum/berita/tren-mahasiswa-rentan-stres-bagaimana-cara-mencegah-dan-mengatasinya, (diakses 18 April 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun