4. Nilai dalam Membentuk Prinsip Keberlanjutan dan Jangka Panjang
- Tanggung Jawab dan Keberlanjutan: Nilai tanggung jawab akan membuat Saya cenderung membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan untuk saat ini, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam Modul Guru Penggerak, Saya diajarkan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan yang Saya buat, baik bagi siswa maupun bagi lingkungan pendidikan secara keseluruhan.
5. Penerapan Nilai dalam Proses Pengambilan Keputusan yang Holistik
- Keseluruhan Proses Pembelajaran: Nilai yang Saya pegang akan tercermin dalam cara Saya mendekati pengambilan keputusan yang holistik, yang mencakup aspek akademik, emosional, dan sosial dari pendidikan. Dalam Modul Guru Penggerak, Saya belajar bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan moral siswa, yang dipandu oleh nilai-nilai yang kuat.
Kesimpulan:
Dalam konteks Modul Guru Penggerak, nilai-nilai yang tertanam dalam diri Saya membentuk dasar dari prinsip-prinsip yang Saya terapkan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini menjadi kompas yang membimbing Saya dalam membuat keputusan yang tidak hanya efektif, tetapi juga etis, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan memiliki nilai-nilai yang kuat, Saya sebagai Guru Penggerak dapat membuat keputusan yang mencerminkan tujuan pendidikan yang lebih besar---yaitu membentuk generasi yang cerdas, berkarakter, dan beretika.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan dalam Modul Guru Penggerak sangat berkaitan dengan kegiatan 'coaching' yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran. Coaching memainkan peran penting dalam membantu kita merefleksikan dan mengevaluasi keputusan yang telah kita ambil, serta mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang lebih efektif di masa depan.
1. Refleksi Terhadap Pengambilan Keputusan
- Pengujian Keputusan yang Diambil: Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator membantu Saya menguji dan mengevaluasi keputusan yang telah diambil. Mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam untuk mendorong refleksi, seperti "Apa yang menjadi dasar dari keputusan tersebut?" atau "Apakah keputusan ini selaras dengan nilai-nilai dan tujuan jangka panjang Saya ?"
- Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan: Coaching memungkinkan Saya untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pengambilan keputusan Saya . Fasilitator membantu Saya melihat area di mana Saya telah membuat keputusan yang tepat, serta area yang mungkin memerlukan perbaikan atau penyesuaian.
2. Efektivitas Pengambilan Keputusan
- Evaluasi Dampak: Coaching memungkinkan Saya untuk mengevaluasi dampak dari keputusan yang diambil. Fasilitator membantu Saya menilai apakah keputusan tersebut telah mencapai tujuan yang diinginkan, dan jika tidak, apa yang bisa dilakukan secara berbeda. Misalnya, dalam konteks pembelajaran, Saya mungkin mengevaluasi apakah metode pengajaran yang dipilih efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa.
- Peningkatan Keterampilan Pengambilan Keputusan: Sesi coaching juga dirancang untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan Saya . Melalui bimbingan, Saya dapat mengembangkan strategi untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan, seperti dengan mempertimbangkan berbagai alternatif, mengumpulkan lebih banyak informasi, atau melibatkan lebih banyak pihak dalam proses pengambilan keputusan.
3. Mengatasi Ketidakpastian dan Keraguan
- Menyelesaikan Pertanyaan-pertanyaan Internal: Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali ada pertanyaan atau keraguan yang muncul. Coaching memberikan ruang untuk mengungkapkan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini. Fasilitator dapat membantu Saya mengeksplorasi ketidakpastian, sehingga Saya merasa lebih yakin dengan keputusan yang diambil atau siap untuk meninjau kembali keputusan tersebut jika diperlukan.
- Meningkatkan Kepercayaan Diri: Melalui coaching, Saya bisa mendapatkan umpan balik yang konstruktif, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan. Fasilitator dapat memberikan perspektif lain yang membantu Saya melihat keputusan dari sudut pSaya ng yang berbeda, yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya.
4. Coaching Sebagai Proses Pengembangan Berkelanjutan
- Pembelajaran dari Pengalaman: Coaching dalam konteks Guru Penggerak bukan hanya tentang mengevaluasi keputusan yang telah diambil, tetapi juga tentang pembelajaran berkelanjutan. Setiap sesi coaching adalah kesempatan untuk belajar dari pengalaman, baik itu kesuksesan maupun kegagalan, dan menerapkan pembelajaran tersebut dalam pengambilan keputusan di masa depan.
- Membangun Keputusan yang Lebih Matang: Dengan dukungan dari sesi coaching, Saya dapat membangun pola pikir dan strategi pengambilan keputusan yang lebih matang dan terinformasi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan yang Saya ambil di masa depan lebih konsisten dengan visi pendidikan yang ingin Saya capai sebagai Guru Penggerak.
Kesimpulan
Coaching dalam Modul Guru Penggerak sangat relevan dalam mendukung pengambilan keputusan yang efektif. Melalui coaching, Saya dibantu untuk merefleksikan, mengevaluasi, dan memperkuat keterampilan pengambilan keputusan Saya . Fasilitator atau pendamping dalam sesi coaching berperan sebagai pemandu yang membantu Saya memahami dampak dari keputusan Saya , mengatasi keraguan, dan terus berkembang sebagai pemimpin pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian, coaching menjadi alat yang sangat penting dalam memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang paling tepat dan bermanfaat, baik bagi Saya sendiri maupun bagi orang-orang yang Saya pimpin.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?