Mohon tunggu...
An Ismanto
An Ismanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jalan. Jalan. Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lautan Bintang di Puncak Becici

29 Juli 2016   04:33 Diperbarui: 29 Juli 2016   04:50 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Niat awal menikmati dan mengabadikan pemandangan matahari terbenam dari ketinggian. Terjadi sesuatu di luar rencana, dan kami menyaksikan pemandangan yang lebih memukau.

Teman saya ingin memotret matahari terbit dari Punthuk Setumbu di dekat Candi Borobudur. Tapi, jaraknya lumayan jauh dari Yogya. Lagi pula saat itu sedang musim mudik lebaran, jadi saya pikir jalan ke sana akan macet. Karena itu, saya menawarinya tempat lain yang sama-sama menjadikan ketinggian sebagai daya tarik.

Alternatif pertama adalah Hutan Pinus Mangunan. Di hutan wisata ini, terdapat semacam rumah-rumah pohon, tapi tanpa dinding, hanya berupa panggung kecil yang diletakkan di bagian atas pohon. Saya pikir, kalau kami beruntung, tentu kami bisa menyaksikan pemandangan matahari terbenam dari puncak pohon.

Kalau teman saya menganggap Hutan Pinus kurang menarik, kami bisa melanjutkan ke alternatif kedua, yaitu Puncak Becici. Kedua tempat ini berada dalam satu jalur jalan sehingga lebih mudah diakses. Keduanya hanya terpisah jarak sekitar enam kilometer, yang tetap terasa jauh karena jalur jalannya berkelok-kelok dan naik-turun di tengah hutan.

Hutan Pinus Mangunan dan Puncak Becici terletak di sisi barat lereng pegunungan yang tersambung dengan bentangan pegunungan kapur Gunung Kidul. Tapi, kedua tempat ini masuk termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Bantul.

Kami berangkat naik sepeda motor dari Yogya sekitar pukul setengah lima sore, menyusuri Jalan Imogiri Timur yang padat dengan para pengendara yang pulang kerja. Di Imogiri, kami mengikuti jalan yang menuju ke Makam Raja-raja Mataram, tapi kemudian berbelok ke kanan di pertigaan terakhir sebelum mencapai makam keramat tersebut.

Mesin motor segera mengerang karena jalan langsung menanjak dan berliku-liku. Kadang-kadang, tanjakannya menjulur lurus sehingga motor hanya bisa merayap. Tapi, udara di sepanjang jalan terasa sejuk. Lebih banyak pepohonan di kiri kanan jalan. Ada juga ladang tebu kecil. Di beberapa bagian, jurang menganga tak jauh dari tepi jalan.

Di sebuah tikungan, di sisi kiri jalan, kami dapat melihat bangunan-bangunan di Makam Raja-raja. Saya menawari teman saya untuk berhenti dan memotret, tapi dia menolak. Kami pun terus berjalan dan sekitar setengah jam setelah berangkat, kami tiba di Hutan Pinus Mangunan.

Kami berhenti di tepi jalan dan mengamati suasana. Sudah sangat redup ketika kami tiba di hutan kecil itu karena pepohonan yang tumbuh tinggi menghalangi sinar matahari. Walaupun begitu, masih cukup banyak pengunjung yang hilir-mudik. Dari raut wajahnya, saya tahu teman saya kecewa.

Saya merasa kami akan kesulitan mendapatkan rumah pohon karena banyaknya pengunjung, yang tentu juga ingin mencobanya. Jadi, kami memutuskan untuk mencoba memburu senja di Puncak Becici saja. Kami tinggal menyusuri jalan ke arah utara. Ada beberapa tempat menarik di sepanjang jalan, tapi kami sudah punya tujuan akhir, jadi kami lewati saja.

Udara telah menjadi begitu redup saat kami tiba di area Puncak Becici. Saya sempat ragu apakah bisa mendapatkan pemandangan sunset yang merupakan tujuan utama kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun